Gubernur Pastika Fokus Tingkatkan Taraf Hidup Warga Miskin
(Baliekbis.com), Gubernur Bali Made Mangku Pastika memimpin rapat Evaluasi Program/Kegiatan Pembangunan Provinsi Bali Semester II Tahun 2017 yang diikuti jajaran pemerintah yang ada di Bali di Gedung Wiswa Sabha Utama, Kantor Gubernur Bali, Selasa (23/1). Rapat evaluasi kali ini mengambil tema ‘Melalui Evaluasi Semester II Tahun 2017, Kita Tingkatkan Kinerja dan Daya Saing Menuju Bali Mandara’.
Dalam paparan ini terungkap hampir seluruh target yang ditetapkan pada RPJMD Bali 2013-2018 sudah berhasil dilampaui. Misalnya angka PDRB Bali yang sudah menyentuh angka 46,52 juta/tahun sudah melampaui target tahun 2018 sebesar 45,11 juta/tahun. Begitu juga dengan Inflasi tahun 2017 yang berada di angka 3,3% lebih baik dari target tahun 2018 sebesar 5,35%. Tingkat pengangguran per Agustus 2017 sebesar 1,48% juga lebih baik dari target RPJMD 2018 yang mematok angka 2%. Selain itu apabila dibandingkan dengan provinsi tetangga seperti Jawa Timur dan NTB, data-data statistik menunjukkan Bali lebih baik dari provinsi tersebut.
Gubernur Bali Made Mangku Pastika secara umum memberi apresiasi atas berbagai capaian tersebut. Meskipun ia tetap mengkritisi capaian tersebut, khususnya persoalan kemiskinan di Bali. Meskipun angka kemiskinan menurun, gini ratio membaik dan angka pengangguran menurun, ternyata 70 persen dari orang miskin yang bekerja masih tetap miskin. “Berarti kualitas pekerjaannya tidak menghasilkan uang yang cukup,” kata Pastika.
Pastika juga menyoroti soal kuantitas riil warga miskin di kabupaten/kota. Menurutnya kabupaten/kota dengan persentase kemiskinan kecil ternyata secara kuantitas memiliki warga miskin lebih banyak dibandingkan kabupaten yang prosentase angka kemiskinannya besar. Denpasar misalnya, meski angka kemiskinan hanya 2,27 persen, secara kuantitas setara dengan 20,70 ribu orang. Sedangkan Klungkung dengan angka kemiskinan 6,29% memiliki warga miskin sebanyak 11,15 ribu orang.
Pastika meminta kepada pejabat di Bali agar memikirkan langkah apa yang dilakukan untuk mengatasi masalah-masalah ini. Misalnya ia memikirkan perlunya pelatihan agar produk yang dibuat oleh masyarakat lebih baik dan harganya lebih mahal. Menurutnya apa yang dipaparkan pada rapat evaluasi hari ini merupakan kompas atau pelita yang harus dimanfaatkan untuk membuat kebijakan. “Kita pembuat kebijakan dan pelaksana kebijakan, kita yang harus berpikir apa yang harus dikerjakan,” kata Pastika. (sus)