Gung De: Atraksi City Tour Potensi Wisata Andalan Kota Denpasar
(Baliekbis.com), Denpasar selain memiliki objek wisata pantai yang mempesona, juga ada potensi lain yang bisa meningkatkan pendapatan masyarakat dan daerah (PAD). City tour, salah satunya.
Cuma sayangnya, menurut A.A. Gede Agung Aryawan,ST yang akrab disapa Gungde, potensi ini
sepertinya belum banyak digarap. Padahal kalau program city tour ini jalan dengan baik akan sangat besar kontribusinya.
Menurut Gungde yang juga calon legislatif (caleg) DPRD Kota Denpasar Dapil Denpasar Selatan dari Partai Golkar nomor urut 2 ini, banyak objek dan keragaman budaya yang bisa “dijual” untuk wisatawan dalam mendukung program city tour ini. Sebab Denpasar sebagai pusat ibukota memiliki banyak peninggalan berupa keragaman seni dan budaya, baik Hindu maupun budaya lainnya.
“Potensi ini kalau bisa dikelola dengan baik bukan saja akan melestarikan seni dan budaya yang ada juga bisa meningkatkan pendapatan,” jelas Gungde yang juga Kelian Adat Banjar Sakah Desa Pemogan Denpasar ini, Minggu (27/1).
Rute city tour ini bisa dirancang dengan start dari Lapangan Puputan, Masjid Suci Jalan Hasanuddin, Kampung Arab, Tukad Badung, Puri Pamecutan, kawasan Gajah Mada, Gereja di Jalan WR Supratman dan Jalan Kepundung, serta finisnya bisa di makam keramat Siti Khadijah (Gusti Made Rai).
Potensi lainnya adalah kehidupan pasar yang belakangan ini mulai banyak didatangi wisatawan. Pasar Badung, Pasar Kumbasari, Pasar Burung Satria hingga pasar (internasional) Sindu Sanur merupakan potensi besar yang bila ditata dengan baik akan memikat wisatawan. Bahkan Jalan Gajah Mada sebagai kawasan heritage juga memiliki daya tarik tinggi. Contoh sederhanya, banyak wisatawan dan anak muda nongkrong di kawasan itu menikmati kuliner, minum kopi.
Di Denpasar juga ada museum yang memiliki daya tarik bagi wisatawan. Kawasan Renon dengan Bajra Sandi-nya bahkan tiap hari banyak dikunjungi turis, ini bisa jadi contoh. “Sekarang yang penting ada keseriusan untuk menatanya. Saya yakin Denpasar bisa semakin berkembang dan masyarakatnya makin sejahtera,” jelas Gungde.
Ditambahkan Gungde, meski masyarakat Denpasar heterogen dengan berbagai kepercayaan namun hingga saat ini kehidupan berjalan dengan rukun dan damai. Warga hidup berdampingan dengan rukun dan harmonis. Kebudayaan juga bisa berkembang. Terbukti dari begitu melegendanya berbagai kebudayaan luar di tanah Bali, misalnya tarian Baris Cina, Barong Landung, bahkan penggunaan uang kepeng (pis bolong) atau permainan tradisional ceki.
“Semuanya itu mengandung unsur budaya dari luar, tapi tetap bisa padu dan padan dengan budaya Bali. Inilah harmonisasi budaya yang mestinya bisa jadi modal untuk membangun lebih maju lagi,” tambahnya. (sus)