Haji Bambang “Bom Bali” Bantah Dirinya Maju ke DPD
(Baliekbis.com), Haji Agus Bambang Priyanto,S.H. yang lebih dikenal sebagai relawan bom Bali 2002 menegaskan dirinya tak maju sebagai calon DPD RI sebagaimana kabar yang banyak beredar.
“Saya banyak ditanya, ditelepon apa benar maju sebagai calon DPD karena nama saya mirip dengan nama lain yang maju. Saya tegaskan saya tidak maju berpolitik, saya tetap Haji Bambang “Bom Bali”,” ujarnya dalam sebuah konferensi pers
“Calon DPD Bali Non Krama Adat”, Selasa (9/4) di Kesiman. Relawan bom Bali tahun 2002 ini menegaskan yang layak maju sebagai anggota DPD mewakili Bali, mestinya orang Bali yang selama ini menjaga adat, budaya dan agama Hindu. Ia justru khawatir kalau yang maju itu tak memahami secara mendalam tentang adat, budaya dan agama Hindu karena tak jelas siapa yang akan diwakilinya.
“Anggota DPD itu suara yang mewakili rakyat Bali, bukan komunitas atau golongan tertentu. Yang pantas menjadi perwakilan Bali adalah orang Bali. Yang bisa berbicara soal Bali. Jangan sampai Bali terkoyak koyak, apalagi pariwisata Bali berkiblat pada adat, budaya dan Agama Hindu. Jadi wajar perwakilan Bali ya harus orang Bali,” jelas Haji Bambang.
Akibat santernya kabar seolah-olah dirinya mencalonkan diri sebagai calon DPD, banyak pihak yang menghubungi dirinya baik yang sekadar mengkonfirmasi ataupun yang langsung memberikan dukungan. “Saya jelaskan kepada mereka jika itu bukan saya,” terangnya.
Menurutnya, sesuai dengan namanya Dewan Perwakilan Daerah (DPD), selayaknya mereka yang tampil mewakili Bali adalah krama adat Bali yang sudah turun temurun memang lahir, besar di Bali. Dan selama ini menjaga adat, budaya dan agama Hindu.”Merekalah yang tahu, bagaimana Bali ini, mau diapakan Bali ini ke depan. Dan bagaimana menjaga Bali ini agar tetap lestari seperti yang kita lihat seperti sekarang,” katanya beralasan.
Meskipun resah namanya dikait-kaitkan dengan calon anggota DPD dapil Bali, namun tokoh yang kenyang akan berbagai penghargaan ini juga merasa bersyukur bisa langsung mengklarifikasi di hadapan media. Keresahan Haji Bambang “Bom Bali” bukan tanpa sebab, lantaran masyarakat Bali ketika menyebut Haji Bambang langsung pikirannya tertuju pada dirinya, bukan yang lain.
“Wah ini Haji Bambang bom Bali, nah untuk menghindari salah duga, maka saya luruskan, saya klarifikasi jika itu bukanlah saya,” tandasnya. “Tujuan pelurusan ini tidak lain agar jangan sampai masyarakat yang memilih kecewa, karena itu bukan dirinya. Terus terang ranah saya bukan politik, saya hanya seorang relawan,” tutupnya.
Dalam konferensi pers yang dihadiri sejumlah organisasi itu pada intinya menekankan calon anggota DPD dapil Bali harus bisa dan mampu mewakili daerah yang unik seperti Bali ini. Tentu tidak mungkin akan diwakili oleh ‘tamiu’ yang tidak memahami serta tidak menjalankan adat istiadat dan budaya Bali, walaupun mereka memiliki KTP Bali dan punya hak dipilih dan memilih.
Melihat adanya calon yang tidak memahami adat istiadat serta budaya Bali dan juga dalam kehidupan sehari hari tidak menjalankannya yang ikut dalam pencalonan ini, justru menimbulkan suatu kekhawatiran dari organisasi- organisasi kemasyarakatan yang ada di Bali, baik itu ormas yang punya skup nasional maupun daerah, antara lain Swastika Bali, Patriot Garuda Nusantara, PC NU Denpasar, Tirto Kahuripan Wilayah Bali, Ngaji Urip Wilayah Bali, Taksu Dalem Wilayah Bali, Garam Nusantara Wilayah Bali, Nuswantoro Wilayah Bali, Noto Achlaq Wilayah Bali, Relawan Pengayah Bali Nusantara, Padepokan Tandapa NRTYA, PMII wilayah Bali dan Perjuangan lslam Nusantara wilayah Bali. (bas)