Harapan Keberlanjutan Program Pengentasan Kemiskinan Mencuat di PB3AS
(Baliekbis.com), Podium Bali Bebas Bicara Apa Saja edisi hari Minggu (8/4) dimeriahkan dengan penampilan mahasiswa Universitas Warmadewa dan berbagai orasi, diantaranya tentang program pengentasan kemiskinan. Podium yang dibuka pagi hari di Lapangan Puputan Margarana Denpasar tersebut dibuka dengan senam bersama mahasiswa dan civitas akademika Universitas Warmadewa. Selanjutnya orasi pertama disampaikan Kepala Bidang Pencatatan Sipil Dinas Kependudukan, Pencatatan Sipil dan Keluarga Berencana Provinsi Bali Ketut Rai Sukerta. Sukerta menyayangkan tingginya angka perceraian akhir-akhir ini. Padahal pernikahan adalah sesuatu hal yang sakral berdasarkan pertimbangan yang matang dua keluarga dan mengundang banyak orang untuk menyaksikan pernikahan tersebut. Ia menduga salah satu penyebab perceraian adalah kurangnya kesadaran masyarakat untuk melibatkan pemerintah dalam proses pernikahan tersebut. Ia memaparkan dari 875 ribu lebih orang menikah di Bali, hanya 277 ribu lebih yang memiliki akte pernikahan. Dampaknya, ketika terjadi permasalahan dalam pernikahan, pemerintah tidak tahu dan tak bisa membantu memediasi. “Pada kesempatan ini kami menghimbau apabila ada keluarga atau handai taulan yang menikah agar didorong untuk mencari akta perkawinan,” ujarnya. Apalagi menurutnya untuk mendapatkan akta itu tak dipungut biaya, alias gratis.
Selanjutnya ada Komisioner KPU Provinsi Bali Divisi SDM dan Partisipasi Masyarakat Dr. Ni Wayan Widiastuti MSi kembali mensosialisasikan Pilkada Bali yang memasuki tahapan kampanye mulai tanggal 15 Februari hingga 23 Juni mendatang. Ia juga terus berharap agar masyarakat proaktif memastikan apakah dirinya sudah masuk ke dalam daftar pemilih sementara. Salah satunya melalui stan yang dibuka berdekatan dengan PB3AS. Sedangkan untuk debat publik calon gubernur akan dilaksanakan sebanyak 3 kali, yakni tanggal 28 April, 26 Mei dan 22 Juni 2018. Kemudian ada Kepala UPT Monumen Perjuangan Rakyat Bali (MPRB) Bajra Sandi, Dewa Made Ardana yang menjawab keluhan tentang rusaknya mainan anak di areal Puputan Margarana yang disampaikan di Podium minggu lalu. Menurut Dewa Ardana, mainan anak yang berada di lapangan puputan adalah buatan perajin lokal asal Tabanan yang kualitasnya berbeda dengan mainan bantuan pemerintah pusat yang ada di Taman Janggan. Oleh karena itu ketika pemakaian tidak semestinya gampang rusak. Meski pihak UPT sudah memasang peringatan maksimal untuk anak umur 10 tahun, namun kenyataannya masih ada orang dewasa yang menggunakan dan menyebabkan kerusakan. Pihaknya sudah sempat memperbaiki namun karena kurang kesadaran merawat sehingga rusak lagi. Untuk itu ke depan pihaknya sudah mengajukan bantuan CSR dari perusahaan untuk membuat mainan dengan standar internasional seperti yang ada di Taman Janggan. Bukan itu saja, ada rencana juga melalui kerjasama CSR untuk membuat taman skateboard, BMX dan sepaturoda. Tak lupa ia mengundang masyarakat untuk mengunjungi fasilitas yang ada di Bajra Sandi, yakni diorama sejarah Bali. Menurutnya justru saat ini kebanyakan pengunjung datang dari luar Bali.
Ketut Caniari, mahasiswi Universitas Warmadewa menyampaikan harapan kesetaraan bantuan pemerintah untuk universitas negeri dan swasta. Menurut mahasiswi lulusan SMA Bali Mandara ini, universitas swasta memerlukan perhatian yang sama dengan universitas negeri. Oleh karena itu ia berharap pembagian BIDIKMISI dan bantuan pemerintah lainnya dapat lebih merata di semua universitas. Apalagi menurutnya universitas swasta juga bisa berprestasi dan go international. Salah satunya bagaimana Unwar menjadi universitas pertama yang menerapkan Transendental Meditation dan sudah bekerjasama dengan Maharsi University, AS.
Mahasiswa Unwar lainnya, Agus Juniarta menyampaikan harapannya agar program SMA Bali Mandara dan program pengentasan kemiskinan lainnya bisa terus dilanjutkan pasca Gubernur Bali Made Mangku Pastika menyelesaikan masa baktinya. Menurutnya pendidikan adalah jalan untuk memutuskan kemiskinan. Ia mencontohkan adik kelasnya yang kini memperoleh beasiswa kedokteran. Jika sudah menjadi dokter, anak tersebut bisa mengubah kondisi ekonomi keluarganya. Ia bahkan berharap nantinya semua kabupaten di Bali memiliki sekolah sejenis SMA Bali Mandara. Dosen Fakultas Ekonomi Unwar Dr. I Made Suniastha Amerta S.S M.Par juga menyampaikan harapan agar program Bali Mandara berlanjut. Salah satunya yang sudah dilakukan di kampus Unwar adalah bagaimana mewujudkan Bali Clean and Green. Selain itu ia berharap pemerintah memikirkan kembali alternatif untuk sektor pariwisata mengingat masih ada kemiskinan di Bali, khususnya setelah melihat dampak erupsi Gunung Agung terhadap perekonomian.
Pengembangan pariwisata bermula dari pariwisata budaya. Itu adalah budaya agraris. Tradisi masyarakat agraris. Ternyata pariwisata yang sudah berkontribusi besar untuk APBN belum bisa mengentaskan kemiskinan di Bali. Dengan erupsi gunung agung, pariwisata bukan satu2nya sektor yang bisa diandalkan. 200 juta hilang akibat erupsi. Penampilan dan orasi mahasiswa Unwar mendapat apresiasi dari warga masyarakat. Wayan Wisnaya berharap penampilan dan orasi tersebut dapat menginspirasi calon pemimpin Bali ke depan. Selanjutnya ada Lanang Sudira yang menyampaikan harapannya agar pariwisata Bali tidak dijual murah. Ia mencontohkan pariwisata di Singapura yang terjaga kualitas dan kebersihannya. Namun wisatawan di Singapura memang harus merogoh kocek lebih dalam dibandingkan di Bali yang menurutnya jauh lebih murah. Terakhir ada Ikhsan dari Mitshubishi Pusat yang mensosialisasikan lomba senam khusus perempuan yang akan dilaksanakan tanggal 21 April mendatang. PB3AS kali ini dimeriahkan juga dengan penampilan band akustik, marching band dan kuis dari Universitas Warmadewa. (sus)