I Wayan Gde Yudane Hadirkan “A New Music for Gamelan”
(Baliekbis.com), Sebuah konser musik baru untuk gamelan (A New Music for Gamelan) digelar di Bentara Budaya Bali (BBB), pada Senin (30/10), menghadirkan komposisi terkini karya komposer I Wayan Gde Yudane. Berlokasi di Jl. Prof. Ida Bagus Mantra No.88A, bypass Ketewel, Gianyar, pertunjukan new music for gamelan ini menampilkan empat buah komposisi yang merupakan respon kreatif dari puisi Ketut Yuliarsa.Empat komposisi tersebut antara lain: Spring (11:30), Aquifers (26:00), Ephemeral (3:20), dan Journey (35:00). Seluruhnya dipresentasikan oleh Gamelan Wrdhi Cwaram, sebuah sekaa gamelan yang didirikan pada tahun 1998 di Padang Sambian, Denpasar. Sebagai music director adalah Sang Nyoman Putra Arsawijaya.
Para pemain terdiri dari Sang Nyoman Putra Arsa Wijaya, I Ketut Widianta, A.A. Raka Suyadnya, Ida Made Adnya Gentorang, I Gusti Agung Bagus Chandrastika Wangsa, Gusti Putu Lokantara Makalena, I Gede Panca Gangga, I Nyoman Yuda Pertama Putra, Gusti Agung Putu Retno Saputra, Agus Dody Aryawan, I Gede Yudi Krisnajaya, I Wayan Arik Wirawan, I Nyoman Abdi Sucipta, I Made Jaya Subandi, I Made Sumantra, A. A. Putu Atmaja, I Wayan Sudiarta, I Made Oka Antara, I Made Oka Dwi Antara, Putu Eka Deri Sasmitha, Putu Agus Satria Setyawan.
New Music for Gamelan adalah sebentuk penciptaan gending baru dari perangkat gamelan (warisan terdahulu) yang disikapi secara baru pula. Kebaruan itu tecermin semisal adanya pengolahan instrumentasi, pelarasan, orkestrasi, warna suara dan sebagainya. Semangat kebaruan itu pula terwakili oleh capaian teknik permainan berikut struktur dan sistem kerja antar instrumentasi.
Dengan demikian, melahirkan sebentuk kebaruan sudut pandang, terutama adanya tata racik gending baru yang pada giliran berikutnya menciptakan pengetahuan dan perbendaharaan teknis racik baru.
Pertunjukan New Music for Gamelan ini dibuka dengan penampilan Legong Semaradhana yang ditarikan oleh Ida Ayu Wayan Prihandari dan Ida Ayu Gayatri Wulansari. Sebagai music director yakni Ketut Widianta.
Menuju Europalia
Komposer I Wayan Gde Yudane telah menghasilkan karya musik konser, teater, instalasi maupun film. Ia juga meraih penghargaan Melbourne Age Criticism sebagai Creative Excellent pada Festival Adelaide, Australia (2000) berkolaborasi dengan Paul Gabrowsky; Penghargaan Helpman sebagai Musik Orisinal Terbaik, Adikara Nugraha dari Gubernur Bali sebagai Kreator Komposisi Musik Baru (1999).
Karya-karya Yudane kali ini merefleksikan perjalanan pencarian kreativitasnya guna merambah wilayah penciptaan baru, memperkaya kemungkinan musik gamelan serta merefleksikan keberanian sang kreator untuk menyikapi sesuatu yang sudah baku dan mentradisi, guna melahirkan karya baru yang orisinal dan unggul.
Dihadirkan sebagai bagian perjalanan menuju pentas Europalia di Paris, empat komposisi ini dicirikan oleh kesanggupan menghadirkan melodi lembut dan sangat hening sepanjang pertunjukan.
Europalia adalah festival budaya internasional, pertama kali diselenggarakan di Brussel pada tahun 1969 serta telah diikuti oleh banyak negara di dunia. Indonesia merupakan negara Asia ke empat dan negara Asia Tenggara pertama yang ditunjuk untuk menjadi negara tamu di festival tersebut. Akan dihadirkan 20 eksibisi, 100 pertunjukan musik, 27 pementasan tari-tarian, 27 teater & pemutaran film, serta 34 karya sastra dari Indonesia, berlangsung selama empat bulan (Oktober 2017-Januari 2018) serta dijadwalkan dibuka oleh Presiden Republik Indonesia Joko Widodo dan Raja Belgia.
Sebelumnya Yudane juga pernah tampil dalam berbagai festival internasional, sebut saja Festival Jazz Wangarata, Australia (2001), keliling Eropa dengan Teater Temps Fort, Grup France and Cara Bali, juga Festival Munich dan La Batie. Karyanya: musik film ‘Sacred and Secret’ (2010), Laughing Water and Terra-Incognita, dan Arak (2004), serta sebagainya.
Adapun konsep pertunjukannya kali ini berangkat dari elastisitas, yakni perenggangan waktu dan tempo serta kespontanan di dalam kesetikaan juga kebersamaan, merespon ombak (vibrato) pada gamelan Semarandhana guna menciptakan ruang meditatif di mana nada-nada melodi terhubung secara imajinasi di dalam benak para pendengar.
Komposer sohor Selandia Baru, Jack Body, mengapresiasi karya-karya Wayan Yudane yang memperkenalkan konsep orkestra gamelan baru dengan capaian yang terbilang sungguh-sungguh baru; memanfaatkan ruang keheningan dan pengaturan irama pernafasan sebagai suatu kesatuan musikal yang utuh menyeluruh. Dengan demikian, Gamelan Bali hadir sebagai bentuk seni yang terus hidup dan berdialog dengan publik abad ke-21 melalui suara-suara yang penuh keyakinan diri. (ist)