Impor Terus Meningkat, Nyoman Parta: Jadikan Garam sebagai Industri Strategis Nasional 

(Baliekbis.com),Masalah impor garam selalu jadi polemik dan mengundang pro dan kontra, tetapi tidak pernah selesai persoalan mendasar dari garam itu.

Menurut Anggota DPR RI Nyoman Parta, pemerintah masih harus mengimpor garam karena jumlah produksi lokal tak mampu memenuhi kebutuhan industri dan kualitas garam lokal tak sepadan dengan kebutuhan industri.

Sementara industri membutuhkan garam dengan spesifikasi cukup tinggi. Kepastian pasokan garam sepanjang tahun, terutama bagi industri belum bisa dipenuhi dari garam lokal.

“Alasan di atas sudah lama dan diulang-ulang setiap tahun,” ujar Parta saat RDP (Rapat Dengar Pendapat) dengan PT Rajawali Nasional Indonesia yang dihadiri langsung Dirut Arief Prasetyo, Kamis (17/2).

Menurut Parta, persoalan kualifikasi garam industri yang lebih tinggi dari garam lokal itu bisa diselesaikan dengan teknologi. Misal agar NaCl memenuhi standar persoalan produksi yang masih tergantung dengan alam, itu bisa diselesaikan dengan teknologi.

“Mestinya dengan bentang pantai nomor 2   terpanjang di dunia, setelah Canada  seharusnya Indonesia tidak impor garam,” tegas politisi PDIP asal Gianyar ini.

Tapi faktanya impor garam setiap tahun makin meningkat. Tahun 2018 impor garam 2,6 juta ton, di tahun 2021 naik menjadi 3 juta ton. Sebaliknya produksi garam nasional mengalami penurunan dari  tahun 2015 sebanyak 2,9 juta ton menjadi 1,3 juta ton di tahun 2021. “Ironi memang,” ujar Parta.

Saatnya pemerintah membuat rencana yang menjadikan garam sebagai  industri strategis  nasional. Pembangunan dengan  mendekatkan rakyat dari sumber alam yang ada di sekitarnnya, bukan saja biaya produksinya murah, tapi juga pembangunan itu akan berkesinambungan.

Jadi kesejahteraan dicapai dengan sumber alam yang tersedia di sekitarnnya. PT Rajawali Nasional Indonesia yang merupakan holding dari BUMN pangan bisa ditugaskan merealisasikan gagasan tersebut.

“PT RNI bisa melakukan langkah membeli garam rakyat lalu diolah kembali dengan teknologi yang memadai, melakukan afirmatif membeli garam petani dengan harga yang lebih baik,” harap Parta. (ist)