Ini Daya Tarik Mobil Listrik Menurut Hankook Tire
(Baliekbis.com), Hari Listrik Nasional menjadi momentum nasionalisasi perusahaan energi listrik dan gas. Dalam dunia otomotif, listrik menjadi salah satu energi alternatif pengganti bahan bakar minyak. Gagasan tersebut berkembang menjadi inovasi mobil listrik yang sedang menjadi tren saat ini. Pada hari listrik nasional tahun lalu, pemerintah meresmikan peluncuran Stasiun Penukaran Baterai Kendaraan Listrik Umum (SPBKLU) guna mendukung percepatan kendaraan bermotor listrik berbasis baterai atau motor listrik.
Sementara itu, tren mobil listrik di Indonesia sendiri tampak bergerak positif meski belum melesat. Terlihat dari penjualan mobil hybrid dan mobil listrik berbasis baterai yang mencapai 1.874 unit pada semester I-2021, naik sembilan kali lipat dibanding tahun 2020[1]. Tren ini tentunya didukung produsen mobil global yang gencar memasarkan mobil listrik dengan desain dan fitur canggih, serta dukungan pemerintah dalam mendorong investasi mobil listrik serta komponennya di Indonesia.
Menurut produsen ban premium global Hankook Tire, mobil listrik memang punya sejumlah keunggulan dan nilai tambah yang patut dipertimbangkan pengendara. “Daya tarik mobil listrik adalah kapabilitas mesinnya yang kecil dan suara mesinnya yang senyap. Tetapi, yang paling penting adalah dampaknya bahwa mobil listrik bisa mengurangi emisi karbon.” ungkap Presiden Direktur PT. Hankook Tire Sales Indonesia Yoonsoo Shin.
Dalam rangka memperingati Hari Listrik Nasional, Hankook Tire membagikan sejumlah tips dan pengetahuan bagi masyarakat yang berencana untuk membeli mobil listrik.
Pertama, ketahui jenis mobil listrik apa yang Anda inginkan sehingga sesuai dengan budget serta kebutuhan anda. Mobil listrik terdiri dari dua jenis utama, yaitu Battery Electric Vehicle (BEV) dan Hybrid (HEV). Jenis Hybrid sendiri terdiri dari Non Plug-In Hybrid dan Plug-in-Hybrid (PHEV), dan belakangan ini ada jenis baru, Fuel Cell Electric Vehicle (FCEV).
Battery Electric Vehicle menggunakan mesin bertenaga baterai yang bisa diisi ulang di rumah atau alat isi ulang publik. Jenis ini memiliki emisi “0” karena tidak memiliki knalpot sehingga suara mesin pun nyaris tidak terdengar.
Jenis Hybrid merupakan kombinasi tenaga listrik dan tenaga bensin atau solar. Jenis ini memiliki efisiensi terbaik di dalam kota dengan sistem pengereman regeneratif yang bisa mengisi ulang baterai dan tidak perlu di plug-in. Sementara, Plug-in-Hybrid meski memiliki mode yang sama dengan Hybrid tetap berbeda dalam kapasitas dan cara pengisian tenaganya.
Selanjutnya, Hydrogen Fuel Cell Vehicle adalah mobil listrik yang menggunakan sel tunam (sel bahan bakar), umumnya gabungan antara hidrogen dengan oksigen yang menciptakan tenaga listrik dan hanya mengeluarkan air dari knalpotnya. Mobil ini juga memiliki emisi “0” dan juga jarak tempuh mobil yang sangat baik.[2]
Berbagai macam produsen mobil listrik berlomba-lomba menawarkan fitur berteknologi canggih seperti park assist camera, high resolution intelligent displays, touch-screens, wiper, lampu otomatis, bahkan ada beberapa mobil listrik yang mampu memiliki fitur kemudi otomatis atau Autonomous Driving. Desain yang unik hingga nyaris menyamai kendaraan super-car meningkatkan kenyamanan, kepraktisan, dan pengalaman personal bagi para pengendara.[3]
Kedua, ketahui jarak tempuh yang mampu dihasilkan setiap baterai karena tiap jenis mobil listrik memiliki batasan jarak masing-masing. Untuk mobil Hybrid, biasanya memiliki kapasitas sekitar 0.6 kWh hingga 2.4 kWh dengan jarak tempuh sekitar 16-64 km sekali charge sebelum berganti ke bensin, sementara Plug-in-Hybrid memiliki kapasitas 8,8 kWh hingga 42.2 kWh dengan jarak tempuh 16-80 km. Selanjutnya, untuk kendaraan berbasis baterai (BEV) terkini memiliki kapasitas sekitar 28.9 kWh hingga 200 kWh dengan ekspektasi jarak tempuh dari 177 hingga 400 km lebih. Terakhir, untuk FCEV menggunakan gas hidrogen dengan kapasitas 4-5 KG lebih untuk kendaraan pribadi yang setara dengan 134 kWh hingga 168 kWh lebih dengan ekspektasi jarak tempuh 260 hingga 1.000 km lebih.
Ketiga, ketahui kemampuan isi ulang atau charging tenaga listrik, untuk kendaraan Hybrid menggunakan regenerative braking yaitu pengisian tenaga dengan rem. Sementara untuk Hybrid dan PEV memiliki dua jenis charger mobil listrik, yaitu charger adaptor dan fast charging adaptor. Charging adaptor adalah model umum yang tidak memerlukan watt yang besar, dengan bentuk yang berbeda-beda seperti bentuk wall charging, adaptor khusus, atau kabel colokan soket standar listrik rumah 220V dan lebih terjangkau di perumahan dengan kebutuhan listrik rata-rata. Namun, pengisian daya ulang memerlukan 8 jam karena amperenya yang kecil. Sementara, untuk fast charging adaptor pengisian daya bisa lebih cepat dalam hitungan menit, namun memerlukan daya listrik yang besar lebih dari 3.000 watt.[4] Sementara untuk mobil listrik berbasis hidrogen hanya memerlukan pengisian gas Hidrogen saja dengan jangka waktu 3-5 menit pengisian.
Keempat, bandingkan efisiensi baterai antar jenis mobil listrik demi mengetahui seberapa hemat mobil Anda. Hal ini dikarenakan baterai yang tidak efisien bisa meningkatkan harga penggunaan sehari-hari anda tiap tahun demi meraih jarak tempuh sama seperti mobil lainnya.
Harga pasar mobil listrik di Indonesia kini mencapai kisaran 400 hingga 900 juta. Harga yang relatif mahal tersebut dipengaruhi oleh baterainya, karena, tiap jenis mobil listrik memiliki material baterai khusus dan tempat penyimpanan tersendiri; semakin tinggi kapasitas baterainya semakin mahal harganya. Ditambah lagi dengan sensor dan software canggih yang mengatur voltase, pengisian daya, energi yang dikeluarkan dan juga temperatur tiap baterai. [5]
Yang tak kalah penting, mobil listrik juga perlu didukung dengan kualitas ban yang sepadan, antara lain memiliki daya angkut yang lebih besar dibanding ban konvensional guna menahan beban mobil listrik yang lebih berat. Ban mobil listrik yang baik dapat mengurangi hambatan gulir dan mengurangi emisi karbon yang dikeluarkan dari gesekan roda.
Gencarnya investasi pemerintah pada mobil listrik dibuktikan dengan diresmikannya pembangunan pabrik baterai mobil listrik pertama di Karawang, Jawa Barat pada bulan September lalu. Peresmian ini menjadi bentuk komitmen pemerintah Indonesia dalam mengembangkan ekosistem industri baterai dan kendaraan listrik. Hal ini pun disambut baik oleh Hankook Tire.
Presiden Direktur PT. Hankook Tire Sales Indonesia Yoonsoo Shin, menyampaikan bahwa sebagai produsen ban yang siap menunjang perkembangan kendaraan masa depan, Hankook sudah menyiapkan portofolio produk untuk mobil listrik yaitu ban Kinergy AS EV dan Ventus S1 Evo 3 EV versi all-electric vehicles yang saat ini sudah dipasarkan di pasar Eropa, Amerika Serikat, dan Asia Pacific di mana pasar mobil listrik sudah berkembang.
Ban Kinergy AS EV kini tersedia dalam ukuran 16 hingga 19 inci yang mengusung teknologi sound absorber yang mampu mengurangi kebisingan maksimal hingga 9.2db, desain pola tapak untuk performa mengemudi dalam segala kondisi cuaca, dan menggunakan komponen terbarunya serta penguatan silikon yang dicampur secara optimal demi menambah durabilitas ban.
Sementara ban Ventus S1 Evo 3 EV yang kini tersedia dalam ukuran 18-21 inci mengusung teknologi anti bocor Hankook SEALGUARD®, bead-packing dan kekakuan lateral agar gerakan ban tetap terkendali meski dalam kecepatan tinggi, dan memiliki komponen tapak ban dengan cengkraman tinggi dalam kondisi jalanan basah ataupun kering.