ITB STIKOM Bali Kembangkan Media Digital untuk Pembelajaran Kata Kolok di Desa Bengkala

(Baliekbis.com), ITB STIKOM Bali kembali menunjukkan komitmennya terhadap pengabdian kepada masyarakat melalui Program Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) berbasis Teknologi Tepat Guna (TTG). Bertajuk “Penunjang Pembelajaran Isyarat Kata Kolok serta Layanan Publik dan Informasi Digital Sekolah Inklusi Bengkala Buleleng Bali,” program ini dirancang untuk mendukung pembelajaran bahasa isyarat Kolok, digitalisasi informasi sekolah inklusi, serta pengembangan layanan publik berbasis teknologi di Desa Bengkala.

Desa Bengkala, yang dikenal sebagai “Desa Kolok” karena keberadaan komunitas tuli-bisu (kolok), telah menjadi desa prioritas ITB STIKOM Bali sejak 2022. Keterlibatan perguruan tinggi ini dilatarbelakangi kebutuhan mendesak untuk memberdayakan komunitas kolok melalui pendidikan, teknologi, dan aksesibilitas digital.

Tim PKM ITB STIKOM Bali, yang diketuai oleh Dr. Dian Rahmani Putri, M.Hum., bersama anggota, yaitu I Gede Suardika, S.Kom., M.Kom., Dr. Dadang Hermawan, S.E., M.M., Ak., Ida Bagus Suradarma, S.E., M.Si., Ni Nyoman Wulan Antari, S.E., M.M., dan Ida Ayu Maharani, S.S., M.Hum., melakukan FGD (Focus Group Discussion) di Kantor Perbekel Desa Bengkala pada Rabu (15/1). Kunjungan ini disambut langsung oleh Perbekel Desa Bengkala I Made Astika.

Kegiatan FGD ini juga dihadiri oleh dosen-dosen bidang ilmu IT dan Manajemen ITB STIKOM Bali yang melaksanakan Penelitian dan PKM berbeda di antaranya Ni Putu Linda Santiari, S.Kom., M.Kom., I Putu Ramayasa, S.Kom., M.Kom., I Wayan Kayun Suwastika, SE., MM., Sindyawati Rari Duli Goran Tokan S.E.,M.M., dan Ni Putu Dilia Dewi, S.Pd., M.Hum.

Sebelumnya, pada 29 September 2024, tim PKM telah melakukan observasi dan audiensi dengan Pemerintah Desa Bengkala serta pertemuan dengan para guru di SD Negeri 2 Bengkala. Hasil observasi mengungkapkan bahwa SD Inklusi Bengkala, yang memiliki 74 siswa (termasuk 5 siswa tuli-bisu dan 1 siswa autis), sudah memiliki fasilitas bangunan yang memadai. Namun, sekolah ini masih menghadapi berbagai tantangan, seperti kurangnya alat peraga, minimnya bahan pustaka, dan terbatasnya media pembelajaran Kata Kolok yang hanya berupa buku dan kamus cetak. Selain itu, publikasi informasi tentang sekolah dan bahasa isyarat Kata Kolok sebagai muatan lokal juga masih perlu ditingkatkan.

Untuk menjawab tantangan tersebut, ITB STIKOM Bali menghadirkan beberapa solusi, antara lain:

  1. Pengembangan media digital pembelajaran Kata Kolok dalam bentuk platform online untuk menunjang proses pembelajaran secara lebih luas dan mudah diakses.
  2. Workshop pelatihan untuk guru-guru di SD Inklusi Bengkala tentang penggunaan media digital ini.
  3. Monitoring dan evaluasi untuk memastikan media yang dikembangkan dapat berjalan optimal.
Perbekel Desa Bengkala, I Made Astika

Program ini mendapat sambutan positif dari Perbekel Desa Bengkala, I Made Astika saat menerima kunjungan FGD ITB STIKOM Bali. Astika menilai bahwa program ini memberikan dampak besar bagi komunitas kolok dan sekolah inklusi.

“Kami mengucapkan terima kasih kepada ITB STIKOM Bali karena telah menjadikan Desa Bengkala sebagai bagian dari program pengabdian masyarakat. Program ini sangat bermanfaat, terutama bagi warga penyandang disabilitas dan sekolah inklusi di Desa Bengkala. Harapan kami, program ini dapat berkelanjutan untuk memperkenalkan Desa Bengkala dan komunitas kolok ke masyarakat luas melalui inovasi digital,” ujar I Made Astika.

Ni Luh Putu Ratniasih, guru SD Negeri 2 Bengkala

Hal senada juga diungkapkan oleh Ni Luh Putu Ratniasih, guru di SD Negeri 2 Bengkala, yang berharap media pembelajaran dan website yang dikembangkan dapat membantu sekolah menjangkau masyarakat luas. “Kami berharap media digital ini dapat memudahkan proses pembelajaran dan memberikan akses informasi yang lebih baik tentang SD Negeri 2 Bengkala kepada masyarakat umum,” ungkapnya.

Dengan keberlanjutan program PKM ini, ITB STIKOM Bali berharap dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa Bengkala sekaligus menyebarluaskan bahasa isyarat Kata Kolok sebagai pengetahuan publik. Program ini juga menjadi contoh sinergi antara perguruan tinggi, pemerintah, dan masyarakat dalam menciptakan solusi berbasis teknologi yang inklusif dan berkelanjutan.

Leave a Reply

Berikan Komentar