Jaga Baya Dulang Manggap “Kawal” Ida Betara Melasti
(Baliekbis.com), Serangkaian Karya Balik Sumpah, Mlaspas dan Pujawali di Pura Penataran Agung Catur Parahyangan Ratu Pasek Linggih Ida Betaha Mpu Ghana di Punduk Dawa Klungkung, Jaga Baya Dulang Manggap se-Bali all out ngaturang ayah selama pelaksanaan acara besar tersebut. Salah satunya saat Ida Betara melasti ke Pantai Pura Goa Lawah Minggu (3/6), semeton Jaga Baya Dulang Manggap (JBDM) seluruh Bali tumpah ruah bersama dengan ribuan pemedek lainnya ngiring Ida Betara Lelangit Hyang Mpu Gana dari Pura Catur Parahyangan Ratu Pasek di Punduk Dawa berjalan kaki menuju Pura Goa Lawah.
Melasti yang merupakan simbol penyucian pra lingga dan pajenengan Hyang Pasupati dan Hyang Tri Purusa (di Mandala Uttama Luhur) dan Ida Betara Lelangit Hyang Mpu Gana (di Mandala Uttama Madya) berjalan khidmat, lancar dan tertib. Hal ini tak terlepas dari peran serta krama pemedek dan anggota Jaga Baya Dulang Manggap yang sigap membantu selama pelaksanaan acara. Ketua Jaga Baya Dulang Manggap (JBDM) Buleleng Putu Pasek Agung Dibia Atmaja yang ditemui di sela- sela acara melasti menyatakan bahwa salah satu sikap yang mesti dimiliki anggota Jaga Baya Dulang Manggap adalah rame ing gawe sepi ing pamrih. “Sebagai jagabaya mesti berjiwa giat melakukan pekerjaan tanpa memikirkan imbalan apapun” tegas pria yang akrab disapa Gung Paul ini. Menurutnya ilmu pengetahuan yang dimiliki dan kerja yang dilakukan sebagai wujud bhakti dan yadnya kepada Hyang Widhi Wasa.
Ditambahkannya anggota Jaga Baya Dulang Manggap se-Bali secara bergantian ngaturang ayah selama prosesi mulai dari tanggal 17 Mei 2018 sampai dengan 18 Juni 2018. “Tugasnya antara lain bertugas mekemit, mengatur lan mengarahkan pemedek serta ngiringang para Pandita saat ngaturang penganyar 9 kabupaten/kota, tegasnya lagi. Pihaknya berharap keterlibatan Jaga Baya Dulang Manggap dapat membantu kelancaran dan ketertiban karya besar tersebut. Selain membantu kelancaran prosesi upacara, keberadaan Jaga Baya Dulang Manggap baginya merupakan sebuah wadah pemersatu umat. Sebab prinsip yang dipegang yaitu masih tasireng swagotra kabeh dapat memunculkan rasa kasih dan guyub pada keluarga sendiri serta semeton. “Jika dilaksanakan dengan baik akan dapat menumbuhkan rasa persatuan dan kerukunan,” tegas Gung Paul lagi. Pihaknya menghimbau umat yang pedek tangkil agar mengikuti arahan Jaga Baya sehingga pelaksanaan karya berjalan aman, lancar dan tertib. “Jika sudah berjalan lancar tentunya persembahyangan dapat berlangsung khidmat dan umat merasa nyaman ngaturang bhakti,” pungkasnya. (wira)