Jaman Modern, Calonarang Tetap Digemari
(Baliekbis.com), Pada era modern di jaman sekarang, Drama Tari Calonarang ternyata tetap diminati masyarakat Bali. Hal itu juga tidak terlepas dari unsur magis dan sakralnya. Maka tak mengherankan, masyarakat begitu mendengar akan digelar Calonarang, keinginan atau rasa penasaran akan muncul untuk segera bisa menyaksikannya.
Memang ada beberapa kalangan merasa takut menyaksikan pementasan Calonarang. Sebagaimana diugkapkan Made Suantara asal Banjar Penyaitan Denpasar Barat yang juga pemain Drama Tari Calonarang, Selasa (19/12). Menurutnya saat menyaksikan Calonarang, rasa takut itu muncul semata karena adanya unsur magis dan sakral. Artinya Calonarang pada era modern ini bisa membikin bulu kuduk merinding, membayangkan kengerian dengan sosok-sosok menyeramkan, sekaligus mengantarkan pikiran mereka kepada orang-orang yang sakti akan bertarung kedigjayaan. “Selain itu, para penari yang melakoni Calonarang sebelum pentas sudah mengikuti berbagai ritual dengan maksud agar hal yang sifatnya negatif bisa dihidari,” terangnya.
Meski demikian, tambah Made Suantara, Calonarang kini sangat populer, sangat digandrungi. “Setiap saat kita dengar orang mementaskan Calonarang, atau lakon yang lain seperti Balian Sakti, Balian Batur dan Balian Basur. selalu dipadati penonton dari berabagai daerah. “Entah mereka tahu dari mana, yang jelas pentas Calonarang itu menjadi trend di masa kini,” ucapnya.
Suantara menambahkan pementasan Calonarang biasanya diadakan pada tengah malam dengan tujuan agar nilai mistik dan kesakralanya hidup. Hal ini pula yang membawa kesan seram. Apalagi masyarakat yang menonton juga ingin mengatahui siapa di balik tokoh Calonarang seperti yang menjadi bangke matah, siapa yang menjadi pandung, siapa yang nyaluk rangda.
Ditambahkan, fenomena mistik ini telah menggejala di seluruh masyarakat Bali. Biasanya pemain mengundang leak yang sangat ditunggu-tunggu dan saat inilah suasana seram akan terasa di kalangan penonton. Sudah tentu saat momen ini biasanya jarang ada yang berani meninggalkan arena pementasan. (sus)