Janger Anak di PKB Kisahkan Perang Saudara Sunda Upasunda
(Baliekbis.com), Sanggar Seni Gita Balagana SD Saraswasti 1 Denpasar Duta Kota Denpasar menampilkan Janger Anak-anak dengan judul Sunda Upasunda pada ajang Pesta Kesenian Bali (PKB) ke 40 di Kalangan Angsoka Art Center Denpasar Rabu (18/7). Sebelum membawakan janger, peserta yang merupakan siswa SD Saswasti 1 Denpasar ini turut menghibur pengunjung PKB dengan lelawakan yang sontak mengundang tawa penonton yang hadir
Koordinator Gede Suarjana mengatakan Janger Anak-anak yang mengambil judul Sunda Upasunda ini menceritakan salah satu kisah dalam kitab Adi Parwa. Dimana, diceritakan dua orang raksasa kembar melakukan tapa yang sangat tekun, kedua raksasa tersebut bernama Raksasa Sunda dan Raksasa Upasunda. Keduanya bertapa bermaksud untuk mendapatkan anugrah agar dapat menguasai khayangan, Keduanya bertapa sangat keras dan tekun sehingga membuat para dewa di kayangan menjadi khawatir. Jangan-jangan tapanya berhasil sehingga niatnya untuk menguasai khayangan dan mengusir para dewa dari suarga.
Mengatasi hal itu, lanjut Suardana di carilah upaya oleh para dewa untuk menggagalkan kehendak dari dua raksasa sakti tersebut Dewa Brahma kemudian meminta kepada Dewa Wiswakarma untuk menciptakan seorang bidadari yang sangat cantik untuk menggoda tapa dari kedua raksasa tersebut. Dewa Wiswakarma pun akhirnya menciptakan seorang bidadari yang cantik, dengan menggunakan bunga ratna dan biji wijen bernama Dewi Nilotama. Saking cantiknya bidadari tersebut membuat Dewa Brahma pun berkepala empat agar dapat menyaksikan kecantikan bidadari Dewi Nilotama dari segala arah. Demikian pula dengan Dewa lndra menjadi bermata seribu untuk dapat melihat kecantikan Dewi Nilotama dari segala penjuru.
Bidadari Dewi Nilotama kemudian menjalankan tugasnya ke dunia untuk mengganggu tapa raksasa Sunda dan Upasunda. Dalam tapanya yang berat tersebut raksasa tersebut sangat terpesona dengan kecantikan dari bidadari Dewi Nilotama. Kedua raksasa tersebut kemudian menghentikan tapanya dan berusaha untuk mendapatkan bidadari cantik itu Raksasa Sunda dan Upasunda yang kembar dan sama-sama sakti tersebut akhirnya berperang mati-matian.
Akibatnya, duniapun menjadi genjing karena perkelahian dasyat antara dua saudara kembar raksasa tersebut Akhirnya kedua raksasa tersebut menemui ajalnya lantara memperebutkan Dewi Nilotama. Dewa di kayangan pun kembali merasa lega dan tidak kawatir lagi dengan rencana dari kedua raksasa tersebut. Karena Bidadari Dewi Nilotama diciptakan dari bunga ratna maka atas jasa tersebut, bunga ratna mendapat wara nugraha (anugrah) sebagai bunga utama untuk memuja Hyang Widhi dan para Dewa. Sebagai bunga utama untuk kegiatan keagamaan untuk sarana pemujaan. Sehingga sampai saat ini masyarakat Hindu Bali di Bali menggolongkan bunga ratna sebagai bunga yang utama, selain bunga tunjung dan lain lain.
Menurutnya dalam peperangan pementasan itu Sunda berubah menjadi rangda dan Upasunda berubah menjadi barong. “Kenapa mengambil barong dan rangda karena kami ngambil filosofi yaitu rwa bhineda dan di Bali dikenal tidak bisa dipisahkan sehingga kedua imbang,” ungkapnya. Penampilan yang dibawakan oleh 50 orang , penari 38 orang dan penambuhnya 12 orang ini diharapkan agar anak-anak tetap bisa melestarikan budaya Bali dan selalu mencintai seni.(ayu)