Kalangan Pengusaha Sambut Positif Program Bali Bangkit BPR Lestari Rp 1,2 Triliun
(Baliekbis.com), CEO BPR Lestari Bali Pribadi Budiono mengatakan usaha pariwisata yang berhenti akibat terdampak Covid-19 kondisinya sangat susah karena revenuenya nol. Kalau ini tidak diberikan kelonggaran atau program untuk recovery, pengusaha bisa menjual bisnisnya kepada orang lain.
“Kalau hanya satu atau dua orang, tidak masalah. Tapi kalau semuanya tidak jalan maka akan terjadi penjualan secara massive, akan terjadi pergeseran kepemilikan. Kalau yang beli orang-orang sini maka tidak masalah. Tapi kalau yang beli orang luar Bali atau asing maka ini jadi problem. Orang Bali akan tersingkirkan,” jelasnya saat launching program Bali Bangkit yang digelar secara virtual, Kamis (25/3).
Dalam Program Bali Bangkit ini, BPR Lestari Bali siap mengucurkan dana (kredit) Rp1,2 triliun untuk para pengusaha di Bali. Dikatakan Budiono, BPR Lestari harus memberikan kontribusi kepada masyarakat Bali karena BPR Lestari tumbuh dan berkembang di Bali, yakni dalam bentuk recovery dana.
“Kita berharap mereka bangkit memulai usahanya kembali untuk menghidupkan bisnis yang sempat mati suri. Adanya hidup kembali maka kesejahteraan akan kembali, taksu Bali tetap terjaga. Banyak ada tempat wisata bagus di daerah lain namun hanya Bali yang memiliki taksu ini, ada taksu Bali yang tidak dimiliki daerah-daerah lain.
Dana Rp1,2 triliun dari BPR Lestari untuk recovery Bali, diakui angka ini memang kecil namun diharapkan bisa sebagai trigger untuk meningkatkan kebangkitan pariwisata Bali.
Dikatakan pula dengan adanya vaksinasi dari pemerintah, pihaknya yakin pariwisata akan segera dibuka oleh pemerintah. Karena dengan dibukanya pariwisata kembali, maka usaha-usaha yang bergelut di bidang pariwisata, bisa menggunakan dana ini untuk prepare atas dibukanya usaha kembali.
Sementara Ketua Kadin Bali Made Ariandi mengatakan Program ini sangat bagus. Ia berharap bisa mempercepat pergerakan ekonomi.
Ketua Umum BPD HIPMI Bali Pande Agus Permana Widura mengatakan Bali hampir 13 bulan mengalami masa sulit. Sekitar 80% orang Bali bergantung di pariwisata. “Teman-teman di HIPMI melakukan restrukturisasi. Kita butuh melakukan top up, ibarat mobil, pariwisata butuh bensin untuk dipanaskan setiap hari. Ketika bensin ini habis selama setahun akibat lumpuhnya pariwisata, maka harus diisi kembali,” ujarnya.
Dikatakan sebetulnya masih banyak bisnis lain yang bisa dilakukan. Pihaknya sangat mengapresiasi apa yang diberikan BPR Lestari untuk masyarakat Bali. Bali memang harus mendapat hal khusus. Ketika pariwisata masih bagus, Bali penyumbang terbesar devisa negara.
“Sekarang kita urutan ke-34, terpental jauh sekali, jadi urutan terakhir. Ketika pariwisata begitu menggiurkan, itulah yang diikuti oleh banyak pengusaha dan anak muda. Padahal sudah ada banyak hotel malah bangun hotel lagi. Tidak terjun ke tenun endek padahal banyak dibutuhkan tenaga kerja. Harus ada diversifikasi bisnis,” harapnya.
Wakil Sekretaris PHRI Bali mengakui selama 13 bulan tanpa pendapatan, masyarakat Bali ibaratnya sudah habis nafas.
“Kami dari PHRI Bali selalu berusaha agar tidak sampai menjual aset, bersabar namun entah sampai kapan kita harus bertahan karena pandemi ini tidak bisa ditebak. Kami berharap ada bantuan berupa pinjaman yang bisa ditindaklanjuti oleh BPR Lestari,” harapnya.
Untuk keberlanjutan ke depannya menurutnya perlu berbagai upaya agar Bali bangkit. “Mudah-mudahan program BPR Lestari bisa diikuti oleh bank-bank lain,” jelasnya.
Menjawab harapan peserta, Pribadi Budiono menjelaskan dana Rp1,2 triliun disiapkan untuk bisnis yang terdampak. Tidak hanya pariwisata juga turunannya seperti akomodasi, transportasi, dll.
“Untuk sektor yang lain kami ada program tersendiri. Kita berikan bunga yang relatif murah di kelas BPR,” jelasnya. Terkait NPL (non performing loan-kredit bermasalah), dikatakan memang naik dibanding tahun-tahun sebelumnya, namun naiknya tidak terlalu tinggi. (bas)