Karya Ngusaba Desa Adat Kedonganan, Dr. Mangku Pastika: Penting Menanamkan Makna Upacara agar Bisa Dilaksanakan dengan Baik
(Baliekbis.com), Anggota DPD RI Dapil Bali Dr. Made Mangku Pastika,M.M. mengingatkan penting menanamkan makna upacara (agama) dalam diri agar bisa berperilaku sesuai dengan jalan yang diberikan oleh Ida Sang Hyang Widhi (Tuhan) dan para leluhur dalam kehidupan sehari-hari.
“Proses ritual upacara keagamaan yang digelar dengan sakral serta menghabiskan biaya besar, hendaknya diikuti dengan penyucian diri dari masing-masing umat untuk senantiasa berperilaku yang baik dan berguna bagi diri, keluarga dan masyarakat,” pesan Dr. Mangku Pastika saat menghadiri Karya Ngusaba Desa yang dipusatkan di Pura Bale Agung Desa Adat Kedonganan Kuta Selatan, Kabupaten Badung, Sabtu (8/10). Dalam kesempatan tersebut Mangku Pastika yang hadir dalam rangkaian reses, didampingi Tim Ahli Nyoman Baskara, Ketut Ngastawa dan Nyoman Wiratmaja juga melakukan persembahyangan bersama.
Dalam sambutannya, mantan Gubernur Bali dua periode ini mengaku salut dengan partisipasi krama (warga) yang begitu kompak mendukung pelaksanaan Ngusaba Desa. Ngusaba Desa kali ini merupakan ritual berskala besar yang dilaksanakan untuk pertama kalinya di desa adat yang terkenal dengan potensi perikanan dan pariwisatanya itu.
“Momen Ngusaba Desa juga tepat karena digelar sehabis kita berjuang menghadapi pandemi COVID-19. Semoga dengan rangkaian upacara ini dapat menyucikan lingkungan kembali,” ujar Mangku Pastika yang kini duduk di Komite 4 DPD RI ini.
Mangku Pastika pun berharap agar pelaksanaan ritual upacara yang juga merupakan tradisi budaya Bali yang telah mengakar dalam kehidupan sehari-hari hendaknya terus dipelihara sehingga tetap ajeg di tengah era globalisasi ini. “Kita harus merasa beruntung tinggal di Kedonganan karena sudah banyak diberikan anugerah. Jadi, tidak ada alasan untuk mengingkari hal ini dan teruslah menjaga apa yang sudah diwariskan,” harap Mangku Pastika.
Kepada para tokoh masyarakat dan tokoh agama diharapkan terus bisa membimbing umat dalam berperilaku (baik) sehingga nantinya umat bisa berbakti pada leluhur dan Tuhan.
Sementara itu, Bendesa Desa Adat Kedonganan I Wayan Mertha mengatakan Karya Ngusaba Desa tersebut baru pertama kali dilaksanakan. “Sudah direncanakan oleh empat bendesa adat sebelumnya, tetapi ada saja halangan, sehingga baru bisa dilaksanakan sekarang. Setelah pelaksanaan Ngusaba Desa ini, untuk ke depannya akan dilaksanakan setiap 20-30 tahun sekali,” ujarnya.
Rangkaian Karya Ngusaba Desa sudah dimulai sejak 10 Agustus 2022. Sedangkan puncaknya nanti pada 10 Oktober mendatang bertepatan Purnama Sasih Kapat. Keseluruhan rangkaian upacara berakhir pada 18 Oktober 2022 yang ditutup dengan ritual Nyegara Gunung.
Mertha menyampaikan ritual Karya Ngusaba Desa tersebut menghabiskan biaya hingga Rp2,7 miliar, yang bersumber dari dana desa adat, dukungan LPD Kedonganan, BUPDa Kedonganan, pasar desa, para pengusaha dan punia dari krama (warga).
“Tidak ada papeson (kewajiban) untuk tiap individu, tetapi yang ada adalah punia (urunan) seikhlasnya dari krama, baik uang ataupun barang. Hingga 7 Oktober, punia yang sudah terkumpul sebanyak Rp1,09 miliar lebih,” kata Mertha. Ia juga menyampaikan terima kasih atas dukungan berbagai pihak dan krama Desa Adat Kedonganan sehingga Ngusaba Desa dapat terlaksana dengan lancar. (ist)