Karya Padudusan Agung Pura Samuantiga Bedulu, Mulai 1 April Dilaksanakan Tradisi Ngambeng
(Baliekbis.com), Karya Padudusan Agung dan Ida Bhatara Tedun Kabeh, di Pura Kahyangan Jagat Samuantiga, di Desa Adat Bedulu, Kecamatan Blahbatuh, Gianyar dilaksanakan Rabu, (16/3).
Rangkaian upacara tahunan di Pura Samuantiga ini, akan diawali dengan nyambut karya. Serangkaian upacara nyambut karya, akan diawali dengan pecaruan yang dilaksanakan 1 April 2022.
Bendesa Pura Samuantiga, I Gusti Ngurah Made Serana, mengungkapkan hal itu, saat dijumpai di Pura Samuantiga, (31/3).
Menurut Gusti Ngurah Made Serana, bersamaan dengan nyambut karya, juga sebagai pertanda mulai dilaksanakan tradisi Ngambeng. Tradisi ngambeng ini, bermakna untuk pemberitahuan kepada masyarakat, bahwa di Pura Samuantiga segera akan dilaksanakan piodalan ataupun karya agung.
Dalam tradisi ngambeng itu, biasanya lebih banyak melibatkan anak anak dari usia sekolah dasar. Kawanan pengayah anak anak ini, memasuki rumah warga. Setelah mengucapkan salam Om Swastyastu, anak anak juga mengucapkan ” Tyang ngambeng…”, biasanya pemilik rumah biasanya menghatur keperluan bahan upacara untuk dipersembahkan ke Pura Samuantiga, melalui pengayah ngambeng. Biasanya berupa beras, janur maupun bahan upacara lainnya secara tulus dan iklas, tanpa paksaan.
Selain kelompok anak anak, tradisi ngambeng juga dilakukan kelompok yowana dari anggota sekaa teruna pengempon Pura Samuantiga. Ngambeng juga kerap dilakukan pengayah khusus Pura Samuan Tiga yang disebut Parekan bagi kaum laki lakinya, pengayah Permas bagi pengayah wanita. Ngambeng oleh Parekan maupun Permas ini, biasanya lebih mengkhusus untuk mencari bahan upacara tertentu. Misalnya bunga merak untuk menghias dan bungkak atau kelapa muda.
Selain tradisi ngambeng, pada hari nyambut karya, warga juga mulai maturan pawilet. Maturan pawilet ini, biasanya berupa beras, telur, maupun material lain yang dapat menunjang pelaksanaan upacara. Berbeda dengan ngambeng yang dijemput pengayah ngambeng, dalam maturan pawilet justru dilakukan umat dari berbagai daerah, datang ke Pura Samuantiga, untuk menghaturkan berbagai bahan penunjang upacara. Warga yang maturan pewilet ini, lebih banyak dilakukan oleh warga pengempon Pura Samuantiga. Maupun warga pengempon Pura yang tinggal di luar daerah maupun uang sudah menikah ke luar lima desa adat pengempon.
Menurut Ida Bagus Parsa, Pengkingsir Saba Pura Samuantiga, lima desa adat pengempon Pura Samuantiga itu, masing masing Desa Adat Wanayu Mas, Desa Adat Taman, Desa Adat Bedulu, yang ada Perbekelan Desa Bedulu Kecamatan Blahbatuh. Sedangkan dua desa adat lainnya, Desa Adat Tengkulak Kaja dan Desa Adat Tengkulak Tengah Perbekelan Desa Kemenuh Kecamatan Sukawati, Gianyar.
Dikelaskan Ida Bagus Parsa, tradisi ngambeng dan maturan pawilet ini berlangsung sekitar sembilan hari. Tahun ini dilaksanakan mulai tanggal 1 – 9 April 2022. Selanjutnya, usai tradisi ngambeng dan maturan pawilet, dilakukan upacara pengrawuh. Hari ini, biasanya menjelang malam hari, ditandai dengan adanya sinar berbentuk bola api dari atas area Pura Samuantiga menuju manda suci Pura. Fenomena ini biasanya dilihat oleh Pemangku Pura dan beberapa orang yang ada di area suci Pura.
Dua hari setelah pengrawuh, dilalukan upacara Negtegan lan Munggahan Sinari, tepatnya 12 April 2022, Pukul 09.00 Wita. Keesokan harinya, 13 April 2022 dilaksanakan Mapekeling Karya lan Nyangling. Upacara Nyangling ini, merupakan tahapan untuk menyucikan secara simbolis, seluruh bahan upakara yang akan digunakan dalam Karya Padudusan Agung. Pada hari ini, juga dilakukan nunas tirta pakuluh atau air suci dari Puncak Gunung Agung di Karangasem.
Tiga hari menjelang puncak karya, digelar upacara Mapepada, Ngamedalian Ida Bhatara lanjut Ngias pretima Ida Bhatara, serta Memben Banten. Keesokannya, 15 April 2022, dilaksanakan upacara Tawur Panca Sanak Agung.
Puncak Karya Padudusan Agung yang dilaksanakan Minggu 17 April 2022 pukul 09.00 WITA. Dalam prosesi Mukiang Karya ini juga dirangkai dengan upacara Mapeselang dan upacara Memasar. Setelah dilaksanakan puncak Karya Padudusan Agung, setiap harinya dilakukan upacara Nganyarin yang melibatkan seluruh desa adat, melalui masing masing Pemerintah Kabupaten dan Kota di Bali, upacara Nganyarin oleh Pemerintah Provinsi Bali.
Tiga Hari setelah puncak Karya Padudusan Agung, 20 April, Ida Bhatara Ratu Manca dan Ida Bhatara Pura Penataran Sasih Pejeng budal menuju Pura Payogan masing masing. Ritual ini, diawali dengan tradisi Masiat Sampian yang iikuti lebih dari 400 pengayah Parekan dan puluhan Permas. Parekan adalah pengayah khusus dari kelompok pria, sedangkan Permas adalah pengayah dari kalangan perempuan.
Serangkaian Karya Padudusan Agung ini, juga dilaksanakan piodalan di Pura Dalem Puri yang ada di sisi timur Pura Kahyangan Jagat Samuantiga. Selain Pura Dalem Puri, di area Pura Samuantiga juga terdapat Pura Pelinggih Sedaan Atma, Pura Geduh, Pura Titi Gonggang.
Selanjutnya Pemelastian akan dilaksanakan pada hari ke sebelas, tanggal 28 April 2022, mulai Pukul 05.00 sampai selesai. Tradisi ini dilakukan dengan berjalan kaki, yang melibatkan ribuan orang pengiring menuju Pantai Masceti di Desa Medahan. Blahbatuh.
Sebagai akhir dari rangkaian Karya Padudusan Agung, dilaksanakan Ida Bhatara Masineb tanggal 29 April 2022. Dan keesokan harinya, dilangsungkan tradisi Mejaga jaga yang dirangkai Mecaru Eka Sata dan Panca Sata. Mecaru ini lemudoan disusul sengan ritual Penyepian Pura. Seperti hari raya Nyepi pada tilem kesanga, Penyepian Pura dilakukan dengan menjalankan catur berata penyepian, dan menutup area suci Pura Samuantiga, selama sehari penuh, selama 24 jam.
Dengan ritual penyepian ini, maka usai sudah rangkaian Karya Padudusan Agung Pura Samuantiga di Desa Adat Bedulu, Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar. (ist)