KBRI Tokyo Kenalkan Konsep Kampus Merdeka dan Promosi Budaya di Keio University
(Baliekbis.com), Setelah libur Hari Raya Idul Fitri 1443 H, Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI ) di Tokyo kembali memulai safari diplomasi pendidikan dan kebudayaan ke berbagai perguruan tinggi di Jepang melalui program Ambassador Goes To Campus (AGTC). Salah satunya ke Keio University, perguruan tinggi yang masuk daftar Top 300 QS 2022 Ranking dan berminat menjadi mitra Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) dalam program Indonesian International Student Mobility Awards (IISMA).
Sebagai delegasi pertama pada program AGTC di Keio University, Atase Pendidikan dan Kebudayaan (Atdikbud) KBRI Tokyo, Yusli Wardiatno bersama Sekretaris II Fungsi Penerangan, Sosial, dan Budaya (Pensosbud), Jurman Saputra Nazar memperkenalkan konsep Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) dan Program IISMA kepada Wakil Rektor Bidang Kerja Sama Internasional dan Informasi Teknologi, Motohiro Tsuchiya dan Kepala Kantor Kerja Sama Internasional, Tomo Sato.
“Kami harap dengan kunjungan ini akan lebih banyak perguruan tinggi di Negeri Sakura yang masuk menjadi mitra Kemendikbudristek. Kita ketahui, Jepang sangat maju dalam pengembangan keilmuan di perguruan tinggi. Kami ingin lebih banyak mahasiswa S1 Indonesia yang belajar di sini untuk meningkatkan kompetensi baik soft skills maupun hard skills sehingga dapat menjadi lulusan yang siap menjadi pemimpin masa depan bangsa yang unggul dan berkepribadian,” terang Yusli saat dimintai keterangannya pada Selasa (17/5).
Motohiro Tsuchiya pun sangat mengagumi konsep MBKM. Ia menuturkan, Keio University sangat berminat untuk mendaftar menjadi mitra Kemendikbudristek pada tahun 2022 agar mahasiswa S1 Indonesia bisa memilihnya menjadi tujuan universitas dalam Program IISMA tahun 2023.
“Program MBKM sangat menarik dan Jepang seharusnya belajar konsep ini dari Indonesia. Kami juga ingin mengirimkan mahasiswa Keio University untuk belajar di perguruan tinggi di Indonesia. Semoga ada beasiswa khusus dari Pemerintah Indonesia,” harap Tsuchiya.
Sementara itu, sebagai delegasi kedua pada program AGTC di kampus Shonan Fujisawa, Keio University, Duta Besar Republik Indonesia untuk Jepang, Heri Akhmadi melakukan diskusi dengan Dekan Fakultas Lingkungan dan Kajian Informasi, Fumitishi Kato.
Pada kesempatan ini, Dubes Heri memberikan kuliah umum dalam Bahasa Indonesia dengan tema ‘Indonesia – Japan: A Shared Future and History’ di hadapan 60 mahasiswa Jepang yang mengambil mata pelajaran Bahasa Indonesia. Keio University merupakan universitas tertua di Jepang dan merupakan salah satu perguruan tinggi yang menawarkan mata kuliah Bahasa Indonesia dengan pengampunya adalah Petrus Ari Santoso.
“Program AGTC dengan format Kuliah Umum dan promosi serta workshop budaya ini akan menjadi template dalam program KBRI Tokyo di berbagai universitas yang masuk QS Ranking 300 besar. Dengan kombinasi diplomasi pendidikan dan budaya, diharapkan ada peningkatan dalam people-to-people contact yang semakin menguatkan hubungan Indonesia Jepang saat ini dan saat mendatang,” ucap Dubes Heri Akhmadi.
Selain kuliah umum, delegasi KBRI Tokyo juga melakukan promosi budaya Indonesia dengan suguhan berbagai tarian tradisional berupa tari Puspanjali, Bali dan tari Piring, Sumatera Barat. Mahasiswa Keio pun turut serta menyuguhkan tari Ondel-ondel asal Betawi dan pencak silat oleh atlit nasional Jepang Daisuke Aso.
Kemeriahan promosi budaya membuncah ketika mahasiswa Jepang diminta maju ke depan kelas untuk belajar Tari Piring oleh diaspora Indonesia pegiat budaya, Tini Kodrat. Di akhir kunjungannya delegasi KBRI diajak berfoto bersama di depan patung Fukuzawa Yukichi, pendiri Keio University di tahun 1858. (ist)