Kebanggaan dan Kesetiaan akan Lestarikan Bahasa Lokal (Bali)
(Baliekbis.com), Director BASAbali.org Gde Nala Antara mengatakan adanya sikap bangga dan setia terhadap bahasa lokal sangat penting. “Kalau sudah setia dan bangga, maka bahasa lokal takkan punah. Kuncinya ada pada orang (Bali) itu sendiri. Jadi kita tak bisa hanya andalkan pemerintah,” jelas Gde Nala didampingi Founding Director Alissa dalam jumpa pers terkait rencana Penganugerahan Linguapax (Penghargaan internasional pelestarian bahasa lokal), Rabu (28/11) di Kubu Kopi. Penganugerahan Linguapax akan dilaksanakan pada tanggal 1 Desember. 2018 di Museum ARMA Ubud.
Dikatakan Bali sebagai tujuan wisata juga bisa jadi ancaman bagi bahasa lokal namun di sisi lain dapat memperkaya bahasa lokal. Untuk itu pengakuan terhadap bahasa lokal sangat penting dalam upaya melestarikannya. “Di Jawa dan Sulsel sudah ada regulasi untuk melestarikan bahasa lokal,” ujarnya. Ia menambahkan yang juga jadi ancaman bahasa lokal justru bahasa nasional (Indonesia) karena telah mengerdilkan bahasa lokal. Internasionalisasi istilah-istilah pada teknologi modern juga mempengaruhi perkembangan bahasa lokal. “Ke depan yang penting harus ada regulasinya untuk melestarikan bahasa lokal,” harapnya.
Gde Nala menambahkan teknologi modern juga mempengaruhi bahasa Bali. Ia mencontohkan generasi sekarang banyak gunakan LPG, sehingga mulai melupakan kayu bakar (saang), paon, baa, dll. Meski demikian, Gde Nala tetap yakin bahasa lokal (Bali) akan bisa tetap bertahan bahkan berkembang. Menurutnya sekitar 75 persen penduduk Bali masih menggunakan bahasa Bali. Bahkan di luar Bali penggunaan bahasa Bali terus berkembang. “Yang di luar Bali malah lebih kuat penggunaan bahasa Bali di lingkungan keluarganya, khususnya,” tambah Nala yang sehari-hari sebagai dosen ini.
Bahasa Bali adalah salah satu dari sekitar 7.000 bahasa daerah di dunia dan satu dari sekitar 652 bahasa di Indonesia yang telah berhasil diidentifikasi dan divalidasi. Sebagaimana dilansir kompas.com, Kepala Bidang Perlindungan Pusat Pengembangan dan Perlindungan Badan Bahasa Jakarta, Ganjar Harimansyah, menuturkan bahwa UNESCO pada 2009 mencatat sekitar 2.500 bahasa di dunia, termasuk lebih dari 100 bahasa daerah di Indonesia terancam punah. Sedangkan sebanyak 200 bahasa telah punah dalam 30 tahun terakhir dan 607 posisinya tidak aman.
Bahasa, aksara, dan sastra Bali sesungguhnya adalah jiwa atau rohnya kebudayaan Bali. Ada banyak pengetahuan dan sastra yang menggunakan bahasa dan aksara Bali sebagai medianya. Maka, upaya pelestarian bahasa menjadi sangat penting, termasuk dalam hal ini bahasa Bali. Tidak sedikit para pecinta dan pemerhati bahasa Bali melakukan berbagai upaya untuk merevitalisasi bahasa Bali.
Era milenial, yang mana internet adalah media informasi yang sangat berpengaruh juga dimanfaatkan menjadi media penyebarluasan, pelestarian, sekaligus pengembangan pengetahuan dan informasi berbasis budaya Bali. Alhasil, upaya-upaya pelestarian bahasa Bali secara digital ini tidaklah sia-sia. Tahun 2018 ini Bali melalui BASAbali -BASAbali Wiki sebuah situs web yang berbasis pengetahuan bahasa dan budaya masyarakat Bali- meraih penghargaan internasional dari Linguapax atas prakarsa revitalisasi bahasa, dalam hal ini bahasa Bali. (bas)