Kembali Hadir di Denpasar, Festival Film Kemanusiaan Memasuki Tahun Kedua
(Baliekbis.com), Yayasan Kino Media kembali mengadakan Festival Film Kemanusiaan (FFK) 2023 untuk menyapa penggemar perfilman Bali di tahun keduanya. Festival yang diadakan pada 15-16 Desember di MASH Denpasar, telah memilih sejumlah film untuk merespons isu-isu sosial terkini dan menavigasi kompleksitas isu kemanusiaan yang ada. Di tahun kedua, FFK 2023 mencoba menjadi platform yang memperluas pandangan penonton terhadap spektrum kemanusiaan yang luas.
“Kehidupan manusia melibatkan serangkaian pengalaman yang melibatkan banyak tegangan yang berkelanjutan dalam kehidupan sehari-hari, buatku itulah yang membuat kita harus terus mendefinisikan ulang kemanusiaan,” ujar Ahmad Fauzi, Direktur Festival Film Kemanusiaan menjelaskan kata “kemanusiaan” dalam festival ini. Oleh karenanya dalam festival ini, film-film yang dipilih berusaha untuk memantik pembicaraan tentang kemanusiaan dari berbagai sudut pandang.
FFK 2023 akan menayangkan tiga film dokumenter, yaitu Ambulance (2016) karya Mohamed Jabaly, You and I (2020) karya Fanny Chotimah, dan dua film dari Trilogi Awyu karya Wulan Putri yaitu Mama Lihat Awan Jatuh (2023) dan Asu Pemige, Sawa Pemige (2023). Fokus yang diberikan pada dua film dari Trilogi Awyu, yang merupakan hasil dari kolaborasi Greenpeace, Project Multatuli, Perempuan Berkabar dan Pusaka, menyoroti hubungan intrinsik antara manusia dan alam. “Film yang mengangkat kisah suku Awyu yang harus berjuang untuk mempertahankan tanah adat mereka ini, menunjukan jika isu kemanusiaan juga terkait dengan persoalan ekologi dan perjuangan sehari-hari,” ujar Fauzi.
Pemilihan ketiga film tersebut dilandasi oleh pemahaman tentang kemanusiaan secara luas. Pemilihan film ini juga dapat dilihat sebagai upaya untuk membangkitkan solidaritas global dan kesadaran terhadap perjuangan kelompok-kelompok masyarakat di wilayah-wilayah yang mungkin tidak mendapat perhatian luas. Misalnya pemilihan film Ambulance (2016) yang dilakukan dengan kerjasama dengan Palestine Film Institute. Film dokumenter ini bercerita tentang perang terakhir di Gaza pada musim panas 2014. Mohamed Jabaly, seorang pemuda dari Kota Gaza, bergabung dengan kru ambulans saat terjadi serangan habis-habisan oleh tentara Israel. “Kemanusiaan adalah nilai universal yang harus dikedepankan, dan di Gaza hari ini terjadi pelanggaran HAM besar-besaran.” pungkas Stanis Obeth Hollyfield, selaku Manajer Festival.
Festival Film Kemanusiaan 2023 juga akan diiringi dengan diskusi terkait dengan film yang ditampilkan. Harapannya festival ini dapat memantik diskusi dan pemahaman lebih mendalam tentang isu-isu kemanusiaan yang sedang dihadapi oleh masyarakat di seluruh dunia. Sama seperti di tahun sebelumnya, Holly berharap di tahun ini, Festival Film Kemanusiaan bisa membuka kesadaran dan wawasan tentang berbagai isu kemanusiaan dan bagaimana cara berpartisipasi dalam menyelesaikannya. “Festival ini adalah yang kedua kalinya untuk kami, dan kebanyakan pengurusnya adalah anak-anak muda. Harapan kami Festival Film Kemanusiaan ini bisa terus berlangsung dan menjadi ruang untuk dialog tentang isu kemanusiaan,” harap Holly.