Kembangkan Produk Unggulan, Saatnya Petani di Jembrana Olah Kakao Jadi Coklat Bubuk
(Baliekbis.com), Petani di Kabupaten Jembrana sudah saatnya mengembangkan produk unggulan dengan mengolah produksi kakao menjadi coklat bubuk. Selama ini produksi biji kakao di Kabupaten Jembarana di ekspor ke negara-negara kawasan Eropa. Namun pada sisi lain industri coklat di Bali mengimpor bubuk coklat untuk memenuhi kebutuhan pasar domestik, khususnya di sektor pariwisata.
“Saat ini saatnya bagi petani kakao di Jembrana untuk tidak hanya menjual biji kakao mentah, tapi mulai mengolahnya menjadi coklat bubuk. Dengan begitu, mereka bisa meraup keuntungan yang lebih besar,” kata akademisi dari Fakultas Pertanian, Universitas Warmadewa (FP-Unwar), Dr. Ni Made Ayu Suardani Singapurwa, S.TP., M.Si saat ditemui di Denpasar pada Senin (13/5).
Menurutnya, pengolahan biji kakao menjadi coklat bubuk akan memberikan nilai tambah yang signifikan bagi para petani. Selama ini, petani hanya menjual biji kakao mentah dengan harga yang relatif rendah. Namun jika diolah menjadi coklat bubuk, harga jualnya bisa jauh lebih tinggi.
“Pengolahan biji kakao menjadi coklat bubuk tidak sulit. Petani bisa melakukannya dengan peralatan sederhana. Hasilnya pun bisa langsung dijual ke pasar lokal maupun diekspor,” Perempuan yang juga merupakan Kaprodi Teknologi Pangan Hasil Pertanian tersebut.
Suardani menegaskan bahwa saat ini adalah momentum yang tepat bagi petani kakao di Jembrana untuk beralih ke pengolahan coklat bubuk. Dengan demikian, mereka bisa meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan.
Suardani menambahkan upaya sosialisasi dan pelatihan pengolahan biji kakao menjadi coklat sudah pernah dilakukan kepada Kelompok Wanita Tani Kusuma Sari di desa Candikusuma , Jembrana. Lokasinya yang berdampingan dengan hutan Negara membuat kelompok ini jauh dari keramaian dan masih agak tertinggal dalam berbagai hal keterampilan.
Pengembangan penanganan pascapanen tanaman perkebunan kakao dilakukan dalam upaya meningkatkan daya saing produk unggulan yang potensinya cukup besar untuk menjadikan kekuatan ekonomi rakyat di perdesaan. Tujuannya adalah mengurangi kehilangan hasil, baik yang disebabkan kehilangan fisik maupun penyusutan, perbaikan mutu, dan nilai tambah produk pertanian.