Kemiskinan dan Kesenjangan Sosial Masih Menjadi Masalah Serius di Indonesia
(Baliekbis.com), Gubernur Bali Wayan Koster memaparkan visi pembangunan Bali yang tertuang dalam Nangun Sat Kerthi Loka Bali, dalam acara International Conference on Inclusive Economic Growth: Reducing Poverty and Inequality yang juga merupakan rangkaian dari even IMF-World Bank Forum 2018 di Hotel Anvaya, Kuta, Rabu (10/10). Dalam acara yang dihadiri Menteri Bappenas Bambang Brodjonogero dan Presiden International Fund for Agriculture Development (IFAD), Gilbert F Houngbo menyatakan saat ini Pemprov Bali tengah fokus terhadap pembangunan terhadap manusia, konservasi alam dan budaya. “Arti yang terkandung dalam visi tersebut adalah menjaga kesucian alam Bali beserta isinya demi mewujudkan masyarakat Bali yang sejahtera,” ujarnya.
Selain itu, Ia juga menyatakan konsep Tri Hita Karana yaitu cara hidup untuk memelihara keseimbangan antara manusia dengan manusia, manusia dengan alam sera manusia dengan Tuhan. Salah satu dari konsep tersebut yaitu hubungan dengan alam juga bertujuan untuk menjaga kelangsungan kehidupan manusia itu sendiri. Menurutnya konsep ini sudah mendunia dan diadopsi oleh banyak negara.
Dalam kesempatan itu, Ia juga mengapresiasi terpilihnya Bali sebagai tuan rumah perhelatan internasional IMF-World Bank 2018. Menurutnya dengan berlangsungnya di Bali, tentu akan memberikan keuntungan baik bagi Indonesia maupun Bali itu sendiri, seperti infrastruktur, peningkatan jumlah wisatawan dan tentu saja berimbas kepada lapangan pekerjaan serta peningkatan promosi pariwisata. “Saya ucapkan selamat datang di Bali, semoga vibrasi kesucian dan keindahan alam Bali, serta keramah-tamahan masyarakatnya akan memberikan kekuatan dan inspirasi bagi seluruh peserta. Saya yakin pertemuan ini akan berjalan dengan baik, lancar dan sukses. Dan tentu saja bisa melahirkan rumusan mengenai hal-hal terbaik bagi kemajuan perekonomian dunia,” tandasnya.
Sementara itu, Presiden IFAD Gilbert F Houngbo menekankan pentingnya peningkatan sistem pertanian untuk mengurangi angka kemiskinan di dunia. Ia menyatakan bahwa kemiskinan banyak terjadi di daerah pinggiran daripada di daerah perkotaan, sehingga Ia menekankan pentingnya perluasan lahan pekerjaan di daerah tersebut seperti petani maupun nelayan. Menurutnya IFAD adalah lembaga khusus PBB yang bertujuan untuk menyediakan pendanaan dan menggerakkan sumber-sumber tambahan untuk program-program yang khusus dirancang untuk pengembangan ekonomi wilayah miskin, terutama dengan mengembangkan produktivitas agrikultural. Misi IFAD adalah untuk memberdayakan masyarakat miskin di pedesaan dengan tujuan menghapuskan kemiskinan. IFAD bergerak di bidang pertanian dengan dasar bahwa 75% penduduk miskin di dunia—sejumlah 720 juta manusia—hidup di daerah terpencil dan sangat bergantung dengan aktivitas pertanian untuk mempertahankan hidupnya. Ia juga menambahkandalam melakukan aktivitasnya, IFAD bekerjasama dengan pemerintah, donor, organisasi non-pemerintahan, dan rekanan lainnya. IFAD berfokus pada solusi country specific, yang akan meningkatkan akses penduduk miskin kepada jasa finansial, pasar, teknologi, lahan, dan sumber daya alam.
Menteri Bappenas Bambang Brodjonegoro mengatakan, masalah kemiskinan dan kesenjangan sosial memang masih ada di Indonesia. Ia menambahkan angka kemiskinan saat ini di Indonesia memang tercatat di titik terendah, namun pemerintah tetap mengupayakan pengentasannya. “Salah satunya adalah dengan mengurangi subsidi yang tidak tepat sasaran,” ujarnya.
Selain masalah kemiskinan hal yang menjadi perhatian pemerintah adalah kesenjangan sosial. Ia menambahkan beberapa hal yang menyebabkan lambatnya penanganan kemiskinan dan kesenjangan antara lain kurangnya akses pelayanan keuangan di daerah pinggiran, kepemilikan lahan sampai saat ini mayoritas dari kalangan menengah ke atas, kurangnya akses teknologi informasi hingga ke pelosok serta masih banyak daerah-daerah pinggiran yang terdampat bencana alam. Beberapa langkah pemerintah untuk menguranginya antara lain peningkatan sistem pendidikan, kesehatan serta nutrisi untuk masyarakat dan peluasan lapangan pekerjaan.
Lebih lanjut Ia juga menyebutkan bahwa Bali merupakan Provinsi terbaik ke empat di Indonesia. Hal itu bisa dilihat dari tingginya pertumbuhan ekonomi, rendahnya angka kemiskinan, tingginya kapabilitas penduduk dalam mengakses berbagai kesempatan, serta tingginya persamaan gender serta kesenjangan sosial yang rendah. Akan tetapi di sini juga terlihat bahwa di Bali tercatat bahwa sektor manufaktur cukup rendah, karena sektor utama Bali adalah industri pariwisata. Untuk itu, Ia menyatakan Bali memerlukan langkah strategis untuk menanggulangi sektor pariwisata yang cukup riskan. “Salah satunya adalah revitalisasi sistem pertanian untuk mem-back up sektor wisata. Sektor pertanian juga bisa mendongkrak sektor lainnya seperti Industri Kecil dan Menengah,” tandasnya. (sus)