Kendaraan Keluaran Terbaru hanya Konsumsi BBM RON Tinggi
(Baliekbis.com), Spesifikasi mesin kendaraan terbaru hanya sesuai untuk pemakaian bahan bakar minyak (BBM) Research Octane Number (RON) tinggi. Jika diisi dengan BBM RON rendah maka performa menjadi tidak optimal dan konsumsi BBM menjadi boros.
“Bisa jadi juga merusak mesin karena tidak sesuai dengan peruntukkannya,” jelas Sekretaris Umum Gabungan Industri Otomotif Indonesia (Gaikindo), Kukuh Kumara di Jakarta, Jumat (26/6/2020).
Spesifikasi mesin kendaraan tersebut, lanjut Kukuh, karena Gaikindo mengikuti regulasi yang dikeluarkan Pemerintah.
Dalam hal ini, sesuai dengan Peraturan Menteri (Permen) Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Nomor 20/Setjen/Kum.1/3/2017 tanggal 10 Maret 2017 tentang Baku Mutu Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Tipe Baru Kategori M, N, dan O.
“Kami mengikuti aturan dari KLHK. Semua kendaraan sudah disiapkan untuk memenuhi standar emisi Euro-4,” katanya.
Dengan demikian, kendaraan bermotor memang seharusnya hanya diisi dengan BBM berkualitas tinggi. Dan ketentuan tentang BBM yang sesuai tersebut, sudah tertulis pada buku panduan ketika konsumen membeli kendaraan bermotor.
“Kalau tidak diisi dengan BBM yang disarankan, performa tidak optimal, emisi gas buang jelek. Akibatnya udara semakin kotor dan juga lebih boros,” katanya.
Kukuh menambahkan, bukan berarti BBM dengan RON tinggi hanya khusus untuk mobil keluaran terbaru, namun kendaraan keluaran lama pun, juga lebih baik menggunakan BBM berkualitas.
Sementara itu Humas Club Ayla Indonesia (CAI) Adjie Sambogo menyatakan kualitas BBM memang sangat mempengaruhi performa kendaraan. Dengan BBM RON tinggi, setidaknya dengan RON 90 ke atas, tarikan jadi lebih enteng, daya tanjak juga kuat.
“Apalagi kalau RON 92 ke atas, sangat nyaman, bersih di mesin, dan tangguh ketika menanjak. Kita pernah naik ke Tawangmangu, Cemorosewu, ternyata sangat enteng,” kata dia.
Bahkan, lanjutnya, BBM RON tinggi juga lebih hemat dibandingkan BBM dengan RON rendah, dari Jakarta ke Semarang hanya mengisi BBM sebesar Rp200 ribu dengan jarak tempuh mencapai 400 kilometer. “Artinya, meski harga per liter kelihatan lebih tinggi, namun sebenarnya lebih ekonomis,” kata dia.
Perbandingan mengenai BBM dan tinggi dan RON rendah, lanjut dia, juga sering ditemui di antara anggota CAI. “Ketika touring ke Lampung sebelum pandemi, ada anggota kami yang memakai premium. Dan ternyata dia selalu tercecer, performa kalah jauh,” imbuhnya.
Oleh karena itu menurut Adjie, dari sekitar 1000 member CAI di seluruh Indonesia, mayoritas menggunakan BBM RON tinggi, sekitar 70 persen memakai BBM RON 92 ke atas, 25 persen BBM RON 90, dan sisanya BBM RON rendah.
“Biasanya, yang memakai BBM RON rendah memang yang pemilik kendaraan keluaran lama. Kalau yang baru, hampir seluruhnya dengan BBM berkualitas, yaitu yang memiliki nilai oktan tinggi,” katanya.(ist)