Ketua FBN: Kalau Tak Mau Bela Negara Lebih Baik Keluar
(Baliekbis.com), Gangguan intoleransi yang kerap mengancam keutuhan dan kerukunan bangsa hendaknya dapat dipagari dengan semangat kebersamaan dan cinta tanah air. “Untuk itu mari kita bela negara dan bangsa ini. Kalau tak mau bela negara lebih baik keluar dari bangsa ini. Jangan hanya mau cari untung saja di negeri ini,” tegas Ketua DPW Forum Bela Negara (FBN) Bali Agustinus Nahak,S.H. saat Diskusi Panel “Membangun Kerukunan Nasional” di Kampus Mapindo, Badung, Jumat (23/3).
Agustinus yang juga pengacara ini memuji kerukunan yang ada di Bali. Ia bahkan mengatakan kalau mau tanya soal kerukunan datanglah ke Bali. Karena di pulau ini keberagaman begitu luas, semua bangsa ada di sini dan mereka hidup penuh kerukunan. Di sisi lain Agustinus Nahak mengatakan bangsa ini harus bangga karena Indonesia aman. Untuk itu dia minta agar semua menjaga kerukunan yang telah berjalan dengan baik ini. Namun diakui memang ada segelintir orang yang tak mengakui Panasila dan NKRI. Bahkan tak sedikit yang berupaya merongrong bangsa ini. “Rongrongan bukan saja dari dalam juga dari luar. Mereka ini tak ingin Indonesia aman,” tegasnya.
Tantangan juga dihadapi bangsa ini dengan maraknya korupsi, kekacauan dan peredaran narkoba yang merusak mental bangsa ini. Karena faktor itulah Forum Bela Negara ini hadir. “Bela negara bukan dalam arti kita mempersenjatai rakyat. Namun kita melakukan dengan cara-cara yang soft. Mahasiswa yang bisa tamat kuliahnya dengan nilai bagus sudah merupakan salah satu wujud bela negara. Jadi bela negara itu bisa dilakukan sesuai profesi masing-masing,” jelasnya.
Sementara Ketua BKOW Bali AA Tini Gorda mengajak untuk menjaga kerukunan itu dimulai dari diri sendiri, keluarga. Menurutnya tak mungkin menghilangkan kejahatan selama manusia ada. Namun kejahatan bisa ditekan agar tak sampai mengganggu. Hal senada disampaikan Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Indonesia Ida Pangelingsir Agung Putra Sukahet yang mengajak agar seluruh bangsa ini menjadi umat beragama yang baik dan religious. “Marilah beragama dalam keindonesiaan. Tak perlu harus berubah meniru yang ada di luar sana untuk diterapkan di sini,” ujarnya.
Diskusi yang dihadiri oleh Kasrem Letkol Djonie Harianto mewakili Danrem 163 Wira Satya Kolonel I Gede Widiana, juga diikuti sejumlah organisasi massa di antaranya Walubi, Matakin, Forum Pemberdayaan Perempuan Indonesia (FPPI), Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Indonesia, Komunitas Cinta Kamben Bali (KCKB), PHDI, Keuskupan Denpasar, dosen dan mahasiswa dari sejumlah universitas serta Satgas FBN. Dalam sesi tanya jawab, terungkap merosotnya nilai-nilai kerukunan salah satunya karena kurangnya pemahaman tentang Pancasila. “Kalau dulu ada pelajaran P4 atau Pancasila,” ujar salah seorang penanya yang berharap agar pendidikan moral lebih ditingkatkan lagi di dunia pendidikan. Bahkan seorang pendidik melihat merosotnya kerukunan juga tidak terlepas dari penggunaan gadget yang merambah pelajar. (bas)