Ketua TP PKK Provinsi Bali Jadi Narasumber Perempuan Bali Bicara
(Baliekbis.com), Ketua TP PKK Provinsi Bali Ny. Putri Koster bersama Prof. I Made Damriyasa selaku Koordinator Kelompok Ahli Pembangunan dan Rektor Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar Prof. Wayan Adnyana menjadi narasumber dalam acara Perempuan Bali Bicara di Studio Bali TV, Jumat (3/2).
Mengawali arahannya, Ny. Putri Koster menyampaikan bahwasannya PKK dalam pergerakannya akan melakukan aksi sosial dan sosialisasi, dan kehadiran PKK kali ini dalam rangka melakukan sosialisasi kepada masyarakat terkait Pembangunan Adat, tradisi, seni, budaya dan kearifan lokal Bali. Dimana tahun ini merupakan tahun kelima kepemimpinan Gubernur Bali, Bapak Wayan Koster dan dalam kepemimpinannya telah berhasil membangun peradaban dengan 44 tonggak penanda Bali Era Baru. Hal ini merupakan hasil kerja keras semua elemen baik pemerintah dan dukungan masyarakat.
Wanita yang akrab dipanggil Bunda Putri ini menambahkan di tahun akhir periode pertama kepemimpinan Bapak Wayan Koster, banyak hal yang sudah dilakukan bersama para jajaran pemerintah termasuk di dalamnya para kelompok ahli Gubernur Bali yang telah berkontribusi besar dalam penyusunan berbagai kebijakan maupun peraturan baik itu Pergub maupun Perda. Jadi Pergub maupun Perda yang dihasilkan merupakan hasil pemikiran, diskusi yang panjang dari ratusan orang yang berkompeten di dalamnya, bukan keputusan sendiri atau orang perorangan. Adanya Perda dan Pergub sangatlah penting sehingga segala kebijakan memiliki payung hukum yang jelas.
Bunda Putri menambahkan PKK sebagai mitra kerja dari pemerintah terus melakukan sosialisasi terhadap berbagai kebijakan, peraturan ataupun hasil kerja pemerintah sehingga diketahui oleh masyarakat. Dengan demikian masyarakat menjadi paham dan turut berpartisipasi aktif dalam menyukseskan program program yang tercakup dalam Visi Nangun Sat Kerthi Loka Bali. PKK melakukan sosialisasi dengan menghadirkan para akademisi maupun praktisi yang paham betul terkait kebijakan yang diambil sehingga masyarakat mendapatkan informasi yang jelas dan pemahaman yang benar sehingga masyarakat yang sejahtera akan terwujud sejalan dengan tujuan dari pergerakan PKK yaitu untuk meningkatkan kesejahteraan yang dimulai dari terwujudnya kesejahteraan di tingkat keluarga lalu di tingkat desa, kabupaten, dan akhirnya terwujud kesejahteraan kita bersama. Di hulu, pemerintah menyiapkan regulasi, rencana dan kebijakan, lalu di tengah masyarakat mendukung dan melaksanakannya dan akhirnya di hilir akan terwujud kesejahteraan bersama
Sementara itu Prof. Damriyasa menyampaikan bahwasannya terdapat tiga aspek utama yaitu manusia, alam dan budaya yang dituangkan dalam 44 tonggak penanda Bali era baru untuk membangun Bali, membangkitkan Taksu Bali. Bapak Gubernur beserta jajarannya bekerja keras menata Bali baik secara fundamental dan komprehensif berdasarkan nilai-nilai kearifan lokal Sat Kerthi. Untuk itu diperlukan kesadaran seluruh lapisan masyarakat untuk bersama-sama membangun kembali Taksu Bali. Hal-hal lama yang mungkin hilang atau berubah tergerus baik oleh kemajuan zaman ataupun regulasi yang kurang mendukung, kita tata kembali, bangkitkan dan perkuat keberadaannya. Seperti misalnya penguatan kedudukan desa adat, perlindungan terhadap pratima, penggunaan garam lokal Bali dan termasuk salah satunya minuman tradisional Bali yaitu arak Bali. Dengan pemanfaatan produk lokal kita akan mampu menggerakkan roda perekonomian kita mengingat kita memiliki pasar dan potensi yang luar biasa yang jika kita kembangkan dan tata kembali akan menjadi sumber kesejahteraan yang luar biasa bagi kita bersama.
Hal senada juga disampaikan Prof. Wayan ‘Kun’ Adnyana dimana keberpihakan Gubernur Bali terhadap pembangunan budaya seni, adat dan tradisi diwujudkan secara nyata dalam 44 tonggak sebagai penanda Bali era baru. Dari 44 tonggak tersebut sekurangnya ada 19 yang masuk dalam rumpun penguatan budaya, dimana pondasi pembangunan Bali berbasis pada penguatan budaya Bali. Memasuki dunia era baru, kemajuan kebudayaan Bali telah mampu membentuk karakter manusia Bali. Misalnya saja penggunaan pakaian adat setiap hari Kamis, kita lihat di lingkungan sekolah misalnya lintas agama menggunakan busana adat ke sekolah dimana hal ini menunjukkan toleransi dan harmoni antar pemeluk agama. Tidak itu saja, rasa bangga kita menggunakan kain tenun Endek beberapa tahun lalu mungkin berbeda dengan saat ini dimana kita bangga menggunakan kain tenun kita dalam berbagai kesempatan dan bahkan kain tenun kita tidak hanya digunakan dalam skala lokal tetapi juga nasional dan bahkan digunakan oleh para pemimpin dunia. Untuk itu mari kita bersama sama mendukung berbagai program yang dicanangkan pemerintah karena pemerintah tidak bisa bekerja sendiri untuk mewujudkannya. Dengan demikian akan terwujud masyarakat Bali yang metaksu dan di sisi lain dapat mengikuti kemajuan perkembangan yang ada tanpa meninggalkan nilai adat, budaya dan tradisi yang telah diwariskan oleh para leluhur kita. (pem)