Kick Off Program KEBAYA Tahap II, “Belajar dari Jauh: Tenun Ikat Bali-Uzbek-Tajikistan”
(Baliekbis.com), Kick Off Program Tenun KEBAYA (Tenun untuk Kuat Ekonomi Berdaya) yang didukung penuh oleh Sampoerna Untuk Indonesia (SUI) dan dilaksanakan oleh BEDO (Business and Export Development Organization), berlangsung Kamis (10/3) di Kampus UNR Denpasar.
Pada Kick Off Program KEBAYA Tahap II ini dilaksanakan Workshop Hybrid dengan judul “Belajar dari Jauh: Tenun Ikat Bali- Uzbek-Tajikistan”.dengan menghadirkan narasumber dari Indonesia dan mancanegara, yaitu Mr. Abdulloh Mirzaahmedov dari Margilan Crafts Development Center, Uzbekistan yang merupakan produser ikat generasi ke-9 di Uzbekistan. Ms. Nigina Ikromi, National Coordinator RUTSIS Project Tajikistan, Ms. Nadezhda Zdravkova dari IKAT Connection yang merupakan pakar internasional dalam industri kreatif Asia Tengah.
Juga narasumber dr. Luh Wayan Sriadi, Founder Tenun Putri Mas, Jembrana serta tamu kehormatan Dubes RI untuk Tajikistan Fadjroel Rahman. Sebagai moderator Adinindyah, Co-Founder LAWE, sebuah usaha sosial bermisi pelestarian tenun tradisional Indonesia dan pemberdayaan perempuan, yang juga anggota BEDO (Business and
Export Development Organization. Workshop selain secara daring juga dihadiri langsung langsung Ketua Yayasan BEDO Jeff Kristianto, Sampoerna Untuk Indonesia Arga Prihatmoko serta Rektor UNR Dr. Tirka Widanti serta dari kalangan pengusaha dan akademisi.
Acara ini berjalan secara daring dari 4 titik, yaitu Bali-Indonesia, Dushanbe-Tajikistan, Khudjand-Tajikistan dan Margilan- Uzbekistan, dengan tujuan bertukar ilmu mengenai produksi, desain dan teknik Ikat dari Asia Tengah dan Bali, serta untuk mempromosikan kolaborasi antara produsen dan untuk membuat kontak bisnis.
Diharapkan acara ini dapat membuka wawasan baru tentang tenun ikat dari berbagai negara, sehingga generasi muda Indonesia dapat memahami kekuatan dan kelemahan ikat Bali dibandingkan dengan yang lain, untuk membantu para penenun memasuki pasar digital.
Peserta talkshow mencakup 100 produsen tenun ikat dan organisasi bisnis untuk ekspor
kerajinan dari Asia Tengah dan Bali, mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi, Dekranasda Bali dan Dewan Kerajinan Bali.
Program KEBAYA (Kuat Ekonomi Berdaya) Tahap I
kerja sama Sampoerna Untuk Indonesia
(SUI) dan dilaksanakan oleh BEDO telah
berjalan di Jawa Barat, Jawa Timur dan Bali pada 2021. Menurut Ketua Yayasan BEDO Jeff Kristianto KEBAYA Tahap I tahun 2021 lalu berhasil membentuk kelompok wirausaha perempuan dan kelompok usaha PKK, melalui kegiatan PASAR IBU di ratusan kecamatan, yang masih aktif sampai saat ini. Mereka saling bantu memasarkan produk kelompok dan produk UMKM di area sendiri, dan juga memasarkan melalui jejaring toko
kelontong SRC (Sampoerna Retail Community).
Sedangkan Program KEBAYA Tahap II tahun ini dilakukan hanya di Bali, dengan fokus pada Tenun Endek Bali. Program ini bermitra dengan Dekranasda Provinsi Bali. Program KEBAYA Tahap II direncanakan akan mendampingi UMKM Tenun Endek dan Pemuda/Pemudi Banjar setempat di 5 kabupaten di Bali untuk penguatan pemasaran era digitalisasi.
UMKM akan menyiapkan produk dengan kualitas yang konsisten dan cara kerja yang aman dan nyaman. Sedangkan pemuda/pemudi Banjar membantu memasarkan produk Tenun dengan social media dan marketplace. “Juga ada pembuatan buku Tenun Endek Bali dengan QR Code untuk dokumentasi motif Tenun Endek Bali dan masyarakat (pembaca buku) bisa mengakses penenun langsung dengan QR code yang ada di tiap motif yang ditampilkan. Banyak motif kreasi Tenun
Endek Bali yang ditiru dan diproduksi di luar Bali, sehingga popularitas Tenun Endek Bali tidak
dirasakan manfaatnya oleh pencipta motif tersebut,” ujar Jeff.
Jeff menambahkan dengan melibatkan pelaku dari Asia diharapkan ada kolaborasi dan peluang pasar baru bagi perajin Bali. Apalagi produk kerajinan Tajikistan dan Ubezkistan ini banyak memasuki pasar Eropa. “Jadi ini peluang kolaborasi yang bagus bagi market perajin Bali,” tambah Jeff.
Hal serupa disampaikan Dubes RI untuk Tajikistan Fadjroel Rahman yang melihat potensi pasar kerajinan ini cukup bagus. “Tenun Bali menarik perhatian dunia dan memiliki peluang pasar yang bagus,” ujarnya.
Founder Tenun Putri Mas di Jembrana dr. Luh Wayan Sriadi menjelaskan di Bali perkembangan tenun baik tenun songket maupun tenun ikat cukup bagus. “Namun karena pandemi ini perajin kesulitan pemasaran,” jelas Sriadi yang sampai saat ini masih mempekerjakan 50 tenaga.
Dikatakan pihaknya memproduksi tenun menggunakan bahan ramah lingkungan. Dengan konsep “From small village to global market”, ia berharap melalui pertemuan dengan pelaku luar negeri akan membantu membuka akses pasar.
Sementara Arga Prihatmoko dari SUI menegaskan pihaknya komit mendukung pemberdayaan ekonomi masyarakat. Ia berharap UMKM bisa berkolaborasi dengan Tajikistan dan Uzbekistan.
Rektor UNR mengatakan menenun merupakan aktivitas budaya yang sudah lama berkembang di Bali. Namun kalau dulu sebagai pekerjaan sampingan, sekarang sudah jadi profesi. (bas)