Koster Siap Jadi Marketing Produk Industri Kreatif Bali
(Baliekbis.com), Calon Gubernur Bali nomor urut 1, Wayan Koster mengaku siap menjadi marketing bagi produk kerajinan industri kreatif Bali. Hal itu dikatakan Koater di hadapan warga Desa Adat Tihingan yang meminta Koster membantu memasarkan gong dan gamelan yang diproduksi warga desa ini.
Sebelumnya, seorang warga bernama I Grde Pande Yasa mengeluhkan permodalan dalam mengembangkan usaha gong yang menurutnya satu-satunya di Bali itu. “Terus terang Pak, untuk mengembangkan produksi para pengrajin mayoritas terkendala permodalan. Mohon solusi dari Pak Koster, astungkara 27 Juni terpilih sebagai Gubernur Bali,” kata dia, Kamis malam, (7/3).
Sementara warga lainnya bernama I Made Suarsana meminta kepada Koster yang memiliki jaringan luas untuk ikut memasarkan produk-produk kerajinan yang dibuat warga Desa Tihingan. “Misalnya kan, warga Bali banyak yang transmigrasi ke beberapa daerah. Jumlah mereka besar. Pak Koster yang punya jaringan luas sekiranya bisa membantu agar warga di perantauan bisa membeli gamelan dari kami,” pintanya.
Mendengar harapan tersebut, calon gubernur yang diusung PDI Perjuangan, Hanura, PPP, PAN, PKB dan PKPI itu menyanggupinya. Koster akan menginisiasi kerja sama dengan pemerintah daerah lain yang banyak warga perantauan asal Bali.
“Kaitannya dengan usulan agar saya ikut membantu memasarkan, maka saya akan buka kerja sama dengam pemerintah daerah lain. Misalnya Sulawesi Utara yang banyak transmigran asal Bali, apalagi gubernur di sana satu partai dengan saya,” ucapnya.
Nantinya, ia akan meminta kepada Gubernur Sulawesi Utara untuk membeli produk gamelan asal Desa Tihingan untuk diberikan kepada warga Bali yang ada di sana.
“Saya akan bicara dengan gubernurnya nanti. Saya siap jadi marketing, sales. Siap saya. Kalau saya jadi gubernur, siap memasarkan gong karya desa di sini,” paparnya. Sementara soal permodalan, yang pertama akan dilakukan Koster adalah memproteksi karya seni warga Desa Tihingan melalui hak paten. Ia akan memproses hal itu agar dapat meningkatkan daya jualnya.
Hal yang juga dipikirkan oleh Koster adalah material bahan baku pembuatan gong, utamanya besi agar bisa dibuat sendiri oleh masyarakat Bali. “Sangat perlu kita pikirkan agar materialnya bisa dibuat di Bali. Tinggal dicari sumber-sumbernya untuk material ini. Ini akan dipikirkan. Atau kita pikirkan kerja sama antar pemda daripada transaksi bahan pembuatan gong terutama besinya,” ujarnya.
“Kerajinan ini kan menjadi industri rumah tangga yang dilindungi, dilestarikan dan di-suppor. Maka harus dijaga. Ke depan kita buat materialnya. Saya akan minta ahli dari Udayana mengkaji ini,” tambah Koster. Soal permodalan menurut Koster industri ini sungguhnya amat pasti. Sebab gong dibuat berdasarkan pemesanan. Perbankan, sebetulnya tak perlu ragu mengucurkan pinjaman. Kendati begitu, ke depan pemerintah akan menyiapkan pinjaman lunak untuk para pengrajin dengan bunga yang jauh lebih rendah dari bunga KUR (Kredit Usaha Rakyat). “Nanti tiga bulan pertama tidak usah bayar bunganya. Benefitnya juga kita tingkatkan, minimal 20-30 persen dari harga produksi,” ujarnya. (lit)