Launching Buletin ‘Don’t Gas indonesia’, Kritisi Dampak Energi LNG
(Baliekbis.com), Buletin ‘Don’t Gas Indonesia’, resmi dilaunching di Warung Kubukopi Jalan Hayam Wuruk Denpasar, Jumat (7/7).
Launching buletin perdana setebal 12 halaman yang dirangkai dengan diskusi ini menghadirkan LSM dan seniman, banyak mengangkat isu terkait masalah pemanfaatan LNG (Liquid Natural Gas -gas alam cair) yang dinilai berdampak buruk bagi lingkungan.
Menurut Editor Don’t Gas Indonesia Roberto Hutabarat sumber energi gas saat ini berasal dari batubara. Jadi bukan energi bersih.
Ia menyebut rencana pembangunan infrastruktur Terminal LNG di sekitar pantai Sanur atau Sidakarya sejak awal memang sengaja direkayasa narasinya dengan mengkampanyekan bahwa energi LNG atau gas alam merupakan energi bersih.
Bahkan kehadiran Terminal LNG Sidakarya disebut-sebut sebagai upaya agar Bali Mandiri dalam Energi Bersih.
Padahal dari berbagai laporan penelitian menunjukkan energi gas tidak sebersih dari yang selama ini dibayangkan dan dikampanyekan.
Gas alam (LNG) bahkan memiliki berbagai macam masalah ekologis yang cukup berbahaya dan mengkhawatirkan.
Roberto menyebutkan penggunaan energi LNG yang bersumber dari fosil dan batubara membawa resiko membahayakan karena menghasilkan gas metana.
Permasalahan terkait metana ini menurut UNEP (United Nations Environment Programme) adalah Metana merupakan polutan udara berbahaya dan gas rumah kaca, paparan yang menyebabkan 1 juta kematian dini setiap tahun.
Sementara Ketua Forum Peduli Bali (FPB) Nyoman Mardika mengatakan sejatinya Bali memiliki potensi besar untuk menghasilkan energi baru terbarukan (EBT) dari alam.
Seperti pemanfaatan energi surya dan tenaga angin. Memang hal itu perlu proses waktu. “Yang penting komitmen dan konsistensi untuk itu,” tegasnya. (ist)