Laut yang Tercemar, Ikan yang Hilang: Menyelamatkan Perairan dari Pencemaran

(Baliekbis.com), Laut adalah sumber kehidupan yang tak ternilai bagi manusia dan berbagai makhluk hidup lainnya. Ia menyediakan makanan, mata pencaharian, dan keindahan alam yang tak tergantikan. Namun, dalam beberapa dekade terakhir, kondisi laut kita semakin memprihatinkan. Pencemaran yang terus meningkat, baik dari sampah plastik, limbah industri, hingga tumpahan minyak, telah mengancam keberlangsungan ekosistem laut.

Jika kita tidak segera bertindak, dampak dari pencemaran ini tidak hanya akan dirasakan oleh biota laut, tetapi juga oleh kita sebagai manusia yang bergantung pada laut untuk pangan dan mata pencaharian. Salah satu penyebab utama pencemaran laut adalah sampah plastik. Setiap tahun, jutaan ton plastik berakhir di lautan, dan plastik ini membutuhkan ratusan tahun untuk terurai. Hewan- hewan laut, seperti penyu dan burung, sering kali menelan plastik, yang dapat menyebabkan kematian akibat tersumbatnya saluran pencernaan.

Lebih parah lagi, mikroplastik yang terurai dapat masuk ke dalam rantai makanan dan akhirnya dikonsumsi oleh manusia, berpotensi menimbulkan masalah kesehatan yang serius. Menurut artikel yang ditulis oleh Jambeck yang berkjudul “Plastic Waste Inputs From Land Into The Ocean” yang dipublikasikan di jurnal Science menyatakan, sekitar 4,8 hingga 12,7 juta metrik ton plastik masuk ke lautan setiap tahun.

Angka ini menunjukkan betapa seriusnya masalah pencemaran plastik di lautan kita. Plastik yang terurai menjadi mikroplastik dapat mengganggu sistem pencernaan hewan laut dan mengakibatkan kematian. Selain itu, mikroplastik juga dapat mengikat zat berbahaya, seperti pestisida dan logam berat, yang kemudian dapat masuk ke dalam tubuh hewan laut dan manusia.

Pencemaran laut tidak hanya disebabkan oleh plastik. Limbah industri dan domestik yang mengandung bahan kimia berbahaya, seperti logam berat dan pestisida, juga mencemari dalam sebuah artikel yang berjudul “Literature Review: Dampak Mikroplastik Terhadap Kesehatan Lingkungan Indonesia menyatakan, perairan pesisir cenderung mengandung Ayu Aulia, dkk Lingkungan Pesisir, Biota Laut dan Potensi Risiko Kesehatan” yang dipublikasikan di Jurnal konsentrasi mikroplastik yang lebih tinggi dibandingkan dengan sungai. Hal ini disebabkan oleh akumulasi limbah plastik dari berbagai sumber, termasuk aktivitas manusia di wilayah pesisir, aliran sungai, dan pembuangan langsung ke laut.

Terumbu karang, yang merupakan habitat penting bagi berbagai spesies ikan, mengalami kerusakan akibat pencemaran ini. Akibatnya, populasi ikan menurun, yang mengancam keberlangsungan perikanan dan kesejahteraan masyarakat pesisir yang bergantung pada hasil laut, menurut astikel yang ditulis oleh Hughes, T. P., et al, dengan judul “Global Warming And Recurrent Mass Bleaching Of Corals yang dipublikasikan di Nature. Dalam sebuah artikel yang berjudul “Dampak Tumpahan Minyak (Oil Spill) di Perairan Laut pada Kegiatan Industri Migas dan Metode Penanggulangannya”, yang ditulis oleh Sulistyono yang dipublikasikan di jurnal Forum Teknologi mengatakan, polusi dari tumpahan minyak di laut akibatnya akan sangat cepat dirasakan oleh masyarakat sekitar pantai dan sangat signifikan merusak makhluk hidup di sekitar pantai tersebut.

Badan Dunia Group of Expert on Scientific Aspects of Marine Pollution (GESAMP) mencatat sekitar 6,44 juta ton per tahun kandungan senyawa hidrokarbon masuk ke dalam perairan laut dunia. Dampak terhadap tumpahan minyak dapat berdampak langsung terhadap organisma yang meliputi dampak lethal (kematian), sublethal, plankton dan ikan migrasi. Tumpahan minyak dari kapal tanker dan kilang minyak juga memberikan dampak yang sangat merusak bagi laut. Minyak yang mencemari perairan dapat menyebabkan kematian massal makhluk laut dan merusak ekosistem pesisir. Burung laut yang terkena tumpahan minyak sering kali kehilangan kemampuan terbang dan akhirnya mati karena tidak dapat mencari makan. Kerugian ekonomi yang ditimbulkan dari pencemaran ini juga sangat besar, terutama bagi sektor perikanan dan pariwisata.

Dampak pencemaran laut yang semakin parah ini menimbulkan berbagai masalah, baik bagi lingkungan maupun manusia. Populasi ikan yang semakin berkurang akibat pencemaran menyebabkan ketidakseimbangan ekosistem, yang pada akhirnya dapat mengganggu rantai makanan. Selain itu, konsumsi ikan yang telah terkontaminasi zat berbahaya dapat membahayakan kesehatan manusia.

Menurut laporan dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), konsumsi ikan yang terkontaminasi dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan, termasuk gangguan neurologis dan kanker. Selain itu, pencemaran laut juga berdampak pada sektor ekonomi, khususnya bagi masyarakat yang bergantung pada hasil laut sebagai mata pencaharian utama. Para nelayan menghadapi penurunan hasil tangkapan akibat rusaknya habitat ikan dan meningkatnya kadar polutan di laut. Hal ini menyebabkan harga ikan menjadi lebih mahal dan daya beli masyarakat terhadap produk laut menurun. Industri perikanan yang terdampak juga dapat memicu meningkatnya angka pengangguran di wilayah pesisir.

Sektor pariwisata pun tidak luput dari dampak pencemaran laut. Pantai yang tercemar oleh sampah plastik dan limbah industri menjadi kurang menarik bagi wisatawan. Hal ini berakibat pada berkurangnya jumlah wisatawan yang berkunjung, sehingga merugikan sektor ekonomi lokal yang bergantung pada pariwisata, seperti hotel, restoran, dan pedagang kecil. Jika kondisi ini terus dibiarkan, maka pendapatan dari sektor pariwisata akan menurun drastis dan berdampak pada perekonomian daerah. Oleh karena itu, langkah nyata harus diambil untuk mengatasi permasalahan ini dan menyelamatkan laut dari kerusakan lebih lanjut. Salah satu cara untuk mengurangi pencemaran laut adalah dengan mengurangi penggunaan plastik sekali pakai. Masyarakat perlu didorong untuk menggunakan produk ramah lingkungan dan mendaur ulang sampah plastik agar tidak mencemari laut.

Pengelolaan limbah industri dan domestik juga harus ditingkatkan agar tidak ada lagi limbah berbahaya yang dibuang langsung ke laut. Pemerintah dan organisasi lingkungan perlu berperan aktif dalam menjaga kelestarian terumbu karang dan mengawasi aktivitas perikanan agar tetap berkelanjutan. Edukasi dan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya menjaga kebersihan laut juga harus terus digalakkan. Kampanye lingkungan dan gerakan pembersihan pantai dapat menjadi langkah awal dalam meningkatkan kesadaran publik akan bahaya pencemaran laut.

Masyarakat memiliki peran penting dalam menjaga kebersihan laut. Setiap individu dapat berkontribusi dengan cara sederhana, seperti mengurangi penggunaan plastik sekali pakai, membuang sampah pada tempatnya, dan berpartisipasi dalam kegiatan pembersihan pantai. Selain itu, masyarakat juga dapat mendukung kebijakan pemerintah yang bertujuan untuk mengurangi pencemaran laut, seperti larangan penggunaan kantong plastik dan pengelolaan limbah yang lebih baik. Pendidikan lingkungan juga sangat penting untuk meningkatkan kesadaran masyarakat. Sekolah-sekolah dapat mengintegrasikan pendidikan lingkungan ke dalam kurikulum mereka, sehingga generasi muda dapat memahami pentingnya menjaga kebersihan laut sejak dini.

Dengan meningkatkan kesadaran dan pengetahuan masyarakat, diharapkan akan muncul generasi yang lebih peduli terhadap lingkungan dan berkomitmen untuk menjaga kelestarian laut. Untuk mengatasi masalah pencemaran laut secara efektif, diperlukan kolaborasi antara pemerintah, industri, dan masyarakat. Pemerintah perlu menetapkan regulasi yang ketat terhadap limbah industri dan penggunaan plastik. Selain itu, pemerintah juga harus menyediakan fasilitas daur ulang yang memadai dan mendukung penelitian tentang teknologi ramah lingkungan. Industri juga memiliki kewajiban untuk mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan yang ditimbulkan dari operasional mereka.

Perusahaan harus berkomitmen untuk berinvestasi dalam teknologi yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan, serta mengimplementasikan praktik bisnis yang mendukung pelestarian alam. Dengan langkah ini, industri tidak hanya berperan dalam menjaga kebersihan laut, tetapi juga dapat memperkuat reputasi mereka di mata konsumen yang kini semakin sadar akan pentingnya keberlanjutan dan tanggung jawab sosial perusahaan. Selain itu, industri yang proaktif dalam mengurangi jejak karbon dan limbah mereka dapat menjadi pelopor dalam upaya mitigasi perubahan iklim. Perusahaan dapat melakukan inovasi dalam produk atau layanan yang mengurangi ketergantungan pada sumber daya alam yang terbatas dan mengurangi pencemaran. Misalnya, perusahaan dalam sektor energi dapat beralih ke penggunaan sumber energi terbarukan, atau industri manufaktur dapat mengurangi penggunaan bahan kimia berbahaya yang mencemari air dan tanah. Selain itu, pengembangan teknologi untuk mendaur ulang limbah plastik menjadi bahan yang lebih ramah lingkungan juga harus didorong.

Banyak penelitian telah menunjukkan bahwa plastik dapat diolah kembali menjadi bahan bakar atau material yang lebih mudah terurai. Inovasi semacam ini tidak hanya mengurangi volume sampah plastik yang mencemari laut, tetapi juga membuka peluang baru dalam industri daur ulang yang ramah lingkungan. Dengan menggunakan teknologi canggih, seperti pirolisis dan bioteknologi, plastik yang terbuang bisa diubah menjadi energi atau produk baru yang bermanfaat, yang membantu mengurangi ketergantungan pada sumber daya alam yang terbatas. Selain plastik, pencemaran akibat bahan kimia dari pertanian juga menjadi perhatian. Pupuk dan pestisida yang mengandung zat beracun sering kali terbawa oleh air hujan dan akhirnya bermuara ke laut. Hal ini dapat menyebabkan eutrofikasi, yaitu ledakan pertumbuhan alga yang menghabiskan oksigen di dalam air dan mengancam kehidupan laut lainnya. Selain itu, penggunaan pestisida yang berlebihan juga dapat mempengaruhi rantai makanan di laut.

Pestisida yang terlarut dalam air bisa meracuni plankton, yang merupakan makanan utama bagi banyak spesies ikan. Akibatnya, organisme yang lebih besar juga terkontaminasi oleh racun yang terkandung dalam pestisida tersebut. Efek kumulatif dari pencemaran kimia ini dapat mengganggu keseimbangan ekosistem laut dan mengancam ketahanan pangan yang bergantung pada hasil laut. Oleh karena itu, diperlukan praktik pertanian yang lebih berkelanjutan dan penggunaan bahan kimia yang ramah lingkungan. Pencemaran suara di laut juga menjadi isu yang sering kali diabaikan. Aktivitas manusia seperti pengeboran minyak, lalu lintas kapal, dan penggunaan sonar militer dapat mengganggu komunikasi hewan laut, terutama paus dan lumba-lumba. Gangguan ini dapat menyebabkan mereka kehilangan orientasi, kesulitan mencari makan, dan bahkan terdampar di pantai. Oleh karena itu, regulasi mengenai kebisingan di laut perlu diperketat untuk melindungi kehidupan laut.

Secara keseluruhan, pencemaran laut adalah permasalahan kompleks yang memerlukan solusi dari berbagai aspek. Dengan kerja sama antara pemerintah, industri, dan masyarakat, kita dapat mengurangi dampak pencemaran dan menjaga keberlanjutan laut bagi generasi mendatang. Kesadaran akan pentingnya menjaga laut harus ditanamkan sejak dini, agar kita semua dapat menikmati manfaat dari ekosistem laut yang sehat dan lestari. Dengan langkah-langkah konkret yang dilakukan secara kolektif dan inovatif, kita dapat memastikan bahwa laut tetap menjadi sumber kehidupan yang berkelanjutan untuk masa depan yang lebih baik.

Penulis : I Gusti Ngurah Bagus Roni Rihena

Prodi Manajemen Sumber Daya Perairan Fakultas Pertanian, Sains Dan Teknologi Universitas Warmadewa

Leave a Reply

Berikan Komentar