Libatkan Banyak SDM dan Butuhkan Biaya Besar, Dr. Made Mangku Pastika: Hasil Riset Harus Terserap dan Bermanfaat
(Baliekbis.com), Banyak hasil riset tidak dipakai dan akhirnya menumpuk begitu saja. Padahal sebuah riset memerlukan biaya besar dan melibatkan banyak SDM.
“Saya pernah kedatangan seorang profesor dari Beijing yang mengatakan dari 1.000 hasil riset di negeri itu separonya masuk industri. Idealisme memang penting, tapi riset harus ada pasarnya sehingga tidak numpuk,” ujar Anggota DPD RI Dapil Bali Dr. Made Mangku Pastika,M.M. saat kegiatan reses menyerap aspirasi melalui Vidcon, Rabu (21/10).
Reses yang dipandu Tim Ahli Nyoman Wiratmaja didampingi Ketut Ngastawa dan Nyoman Baskara mengangkat tema: “Peran Badan Riset Daerah dalam Menunjang Kebijakan Publik Berbasis Data” menghadirkan narasumber Sekretaris Badan Riset dan Inovasi Provinsi Bali Nyoman Ngurah Subagia, Putu Sudiarta selaku Dirut PT Bamboo Media dan Ketua LPPM Unud Prof. Dr. Ir. Gede Rai Maya Tenaya.
Mangku Pastika menambahkan di negara maju, banyak riset dibiayai oleh industri sehingga hasilnya langsung bisa terserap dan bermanfaat. “Riset itu bisa jadi ladang bisnis besar seperti dalam riset pembuatan vaksin. Riset itu membutuhkan uang sebab melibatkan SDM profesional dan dukungan fasilitas,” jelas mantan Gubernur Bali dua periode ini.
Menurut Mangku Pastika dalam bidang riset, Indonesia masih ketinggalan dari negara lain. “Ini salah satu sebab kita tak maju, apalagi lebih banyak pake feeling,” tambah mantan Kapolda Bali. Persoalan riset tambah Mangku Pastika sebenarnya bisa dicarikan solusinya. Sebab ada SDM, teknologi dan biaya. Jadi tinggal meramunya saja.
Sebagaimana diungkapkan Putu Sudiarta bahwa kalau soal teknologi pihak swasta lebih siap. Jadi perlu ada sinergi antara pemerintah (daerah) dengan swasta serta kalangan akademisi agar lebih efisien. “Pemerintah yang siapkan datanya, swasta teknologinya dan akademisi yang analisis dan sintesanya sehingga publik dapat value yang terbaik,” tambah Sudiarta. Ia mengingatkan pentingnya kerja berdasarkan data. “Jangan ibaratnya menembak burung di malam hari,” ujarnya.
Ketua LPPM Unud Prof. Rai Tenaya mengakui dana riset di negeri ini sangat kecil dibanding negara lain, sementara harapannya besar. Administrasinya juga ribet. Peneliti harus kumpulkan nota. Ini sangat ganggu peniliti. Untuk itu, Prof. Rai berharap DPD melalui Mangku Pastika bisa memberi masukan ke Menkeu soal ini. “Riset jangan hanya sampai di dokumen, tapi penting hilirisasinya,” harapnya.
Sementara itu Nyoman Ngurah Subagia mengatakan yang menjadi isu strategis yakni perencanaan pembangunan belum sepenuhnya berbasis riset dan inovasi. Juga belum optimalnya kerjasama dengan pihak-pihak yang melaksanakan riset. “Belum adanya pangkalan data. Padahal ini sangat penting. Sebab satu dengan yang lain datanya kerap beda,” ujarnya. (bas)