Majukan Bangli, Ketut Mardjana: Pemkab Harus Bersinergi dengan Masyarakat
(Baliekbis.com),DPK Peradah Indonesia Bangli kembali menggelar Diskusi Bersama Peradah (DIPA) Bangli untuk yang keempat kalinya, serangkaian dengan peringatan Hari Sumpah Pemuda 2019, di gedung PHDI Bangli pada Sabtu (26/10/2019).
Tak kurang dari 250 pemuda – pemudi Bangli hadir pada DIPA Bangli #4 ini, dan membuka diri untuk berubah dan aktif untuk membawa Bangli bangkit ke arah yang lebih baik. Bersama dengan berbagai organisasi kepemudaan di Bangli, DIPA Bangli #4 diisi dengan diskusi bertemakan “Pemuda, Pariwisata, dan Ekonomi Kreatif”, dengan menghadirkan narasumber yang berkompeten dibidangnya, di antaranya Dr. I Ketut Mardjana selaku Ketua PHRI Bangli, Ni Luh Putu Ary Pertami Djelantik, pengusaha kelahiran Bangli yang produknya telah mendunia, serta I Gede Gita Purnama A.P., S.S., M.Hum, akademisi Sastra Bali dan dosen di Universitas Udayana.
Dalam diskusi tersebut, I Ketut Mardjana yang juga pemilik Toya Devasya memaparkan berbagai permasalahan pariwisata yang ada di Bangli, yang menjadi ujung tombak pendapatan daerah.
Menurut Ketut Mardjana, pencapaian wisatawan di Bangli masih jauh dari target, yang artinya perencanaan pengembangan pariwisata belum diikuti dengan langkah-langkah yang diimplementasikan dengan baik.
“Kalau saja pemerintah daerah bekerja sama dengan komponen-komponen di masyarakat dalam pengembangan pariwisata, tentu akan jauh lebih besar (pencapaian wisatawan-red). Saat ini saya masih melihat gap, jadi stakeholder tidak terlibat langsung dalam membangun pariwisata,” paparnya. Ketut Mardjana menjelaskan pentingnya penunjang potensi pariwisata. Menurutnya, kalau saja di Bangli dibangun Pasar Seni, apalagi notabene Bangli juga pusat seni Bali, tentunya akan menarik lebih banyak wisatawan.
“Jadi pembangunan di sini hendaknya betul-betul bisa memilah-milah. Itulah yang disebut dengan zona ekonomi. Apa yang menjadi potensi di daerah-daerah di Bangli harus diidentifikasi dengan baik. Dan yang paling penting bagaimana awareness dari pemda bisa mendorong pembangunan infrastruktur yang menopang pariwisata,” katanya.
Pria asal Kintamani ini menyebutkan pengembangan jaringan internet dan komunikasi harus kuat untuk mendukung digital marketing, lalu aksesibilitas seperti jalan harus ada.
“Kalau ini terjadi, maka akan bisa memunculkan gairah bagi masyarakat untuk membangun sarana-sarana dan itu juga bisa menarik pariwisata yang lebih besar lagi,” ujarnya.
Sementara terkait anggaran, mantan Dirut PT Pos Indonesia ini mengatakan disinilah kepiawaian seorang pemimpin dibutuhkan. “Pertama bagaimana kita mempromosikan dan melobi pemerintah pusat bahwa bagaimana anggaran penting untuk menggaet wisawatan. Selain itu bagaimana kita menggaet investasi masuk kesini, karena anggaran tidak hanya dari pemerintah tapi juga dari swasta. Itu akan berlanjut ke hal yang lebih besar, karena begitu pembangunan terjadi akan meningkatkan tingkat kunjungan wisatawan. Nah inilah yang akan menjadi kunci kesejahteraan masyakat,” paparnya.
Tidak lupa, I Ketut Mardjana memberikan apresiasi tinggi atas diskusi yang menghadirkan 250 orang peserta ini. Karena ini bisa menjadi sarana pemuda untuk berbicara seperti tentang olahraga dimana Bangli tidak punya GOR.
“Ya bagaimana kita mengharapkan seorang juara datang dari Bangli kalau GOR saja kita tidak punya. Ini yang harus dibangun. Lalu di Sekaa Teruna Teruni (STT). Bagaimana kita membangkitkan agar ana-anak muda ini kreatif dalam bidang seni, misalnya sanggar. Dan kalua kita bisa membangun sanggar budaya di Bangli, sebagai tempat mengekspresikan dan mengaktualisasikan keinginan mereka, maka anak muda akan menjadi jauh lebih baik,” jelasnya.
Sementara NI Luh Putu Ary Pertami Djelantik yang turut “membakar” semangat pemuda-pemudi Bangli yang hadir pada diskusi tersebut mengatakan, pemuda Bangli harus kreatif dan menjadi ujung tombak dalam menggali potensi yang ada di desa mereka. Ni Luh Djelantik mencontohkan, pemuda Bangli bisa memulai dengan memanfaatkan kamar kosong yang ada di rumah untuk pariwisata.
Kamar tersebut bisa disewakan ke wisatawan, lalu bisa ditambahkan dengan program-program menarik seperti mengajari wisatawan membuat canang. “Jadi bisa dimulai dari yang kecil dulu dan maksmalkan teknologi seperti handphone. Selain itu kalian harus disiplin waktu saat belajar maupun bersosialisasi. Dan yang tidak kalah penting, tambah skill kalian baik itu Bahasa, komputer, dan yang lain,” ujarnya dihadapan peserta diskusi. Diakhir diskusi, wanita kelahiran Bangli ini berpesan agar pemuda Bangli yang merantau untuk ingat pulang dan turut aktif membangun Bangli. “Jangan lupa pulang kampung, kemanapun nanti kalian akan merantau, Bangun Bali dari Bangli. Mbok Ni Luh siap menemani,” ujarnya.
I Putu Edi Suastawan, S.P. selaku Ketua Panitia DIPA Bangli #4 mengatakan kegiatan kali ini juga diisi dengan pemberian penghargaan Pawakānugraha kepada I Dewa Agung Ayu Alamanda Diastari, atas prestasinya menjadi duta Bali dalam pasukan pengibaran bendera pusaka (Paskibraka) saat upacara Kemerdekaan RI di Istana Negara 17 Agustus 2019. Selain menerima penghargaan Pawakānugraha , siswa SMA 1 Bangli ini juga mendapatkan apresiasi dari Dr. I Ketut Mardjana yang memberikan uang pembinaan dan fasilitas menginap di Toya Devasya.
Edi memaparkan, peringatan Sumpah Pemuda 2019 oleh pemuda Bangli dilanjutkan dengan gerakan Memerdekakan Danau Batur dari Sampah Plastik. ”Ini merupakan gerakan yang berkelanjutan yang kami lakukan sejak Agustus yang lalu,” terangnya. Program utama lain yang tidak kalah menarik pada DIPA Bangli #4 ini adalah peluncuran buku antologi puisi Bali Anyar Puspanjali.
Menurut Ketua DPK Peradah Indonesia Bangli I Ketut Eriadi Ariana, S.S., buku antologi puisi Puspanjali ini menjadi sarana pemuda Bangli untuk bangkit dan menyuarakan kegelisahan dan keinginan untuk berubah dan membawa Bangli menjadi lebih baik. (ari)