Mantra-Kerta Gagas Bangun Pasar Pertanian Gandeng Pasar Seni di Bangli
(Baliekbis.com), Problem mendasar yang membuat surutnya minat anak muda untuk menggeluti industri pertanian adalah kerap terguncangnya stabilitas harga yang merugikan petani. Adalah hal klasik di saat panen harga jatuh sehingga petani menjadi rugi bahkan terjerat hutang. Jika ini terus terjadi, maka pertanian di Bali akan ditinggalkan oleh anak muda dan menjadi pilihan terakhir di bidang usaha. Untuk mengatasi hal itu perlu terobosan cerdas yang realistis dan aplikatif.
Hal tersebut disampaikan Calon Gubernur Bali nomor urut 2 Ida Bagus Rai Dharmawijaya Mantra di sela-sela acara kampanyenya di sejumlah lokasi di Kabupaten Bangli, Kamis (5/4), di antaranya Pasar Taksu, Pasar Kedisan, Pasar Seni Geopark, dan dua Lembaga Perkreditan Desa (LPD) di Desa Pengotan dan Kayuambua.
Menurut Rai Mantra, persoalan di atas harus diatasi secara terpadu dan berkesinambungan. Mula-mula yang harus diberdayakan adalah petaninya agar produktivitas mereka unggul dan kemampuan manajemennya pun baik. Untuk menopang itu, dari sisi modal produksi, selain memberi pelatihan mengenai industri pertanian, pemerintah juga perlu memberi subsidi pupuk dan keringanan pajak bagi sawah-sawah produktif.
“Dengan cara ini, para petani akan menjadi lebih berdaya dan memiliki posisi tawar yang lebih tinggi,” ujar Rai Mantra. Namun langkah itu belum cukup. Untuk menghindari spekulasi harga di saat produksi berlimpah, masyarakat petani perlu dibekali dengan pengetahuan teknologi pasca panen. Sehingga jika komoditi tertentu tidak laku akibat permainan para spekulan, petani dapat mengolahnya menjadi produk ikutan yang nilai ekonomisnya tak kalah tingginya.
“Bahkan sisa-sisa produknya pun dapat dimanfaatkan menjadi produk kerajinan yang mendatangkan keuntungan ekonomis,” imbuh putra Prof. IB Mantra yang dikenal sebagai peletak dasar LPD di Bali itu. Karena Bali dikenal sebagai daerah wisata, Rai Mantra juga menawarkan gagasan membangun pasar komoditi pertanian yang bergandengan dengan pasar seni. Kombinasi tersebut, menurut Rai Mantra, akan menjadi objek wisata alternatif dimana wisatawan dapat menikmati suasana pasar tradisional yang nuansanya berbeda dengan pasar-pasar yang ada selama ini.
Langkah lainnya, membuat regulasi yang mewajibkan hotel dan restoran membeli buah, sayuran, dan komoditas pertanian lainnya yang dihasilkan oleh petani lokal. “Semua itu terangkum program “Simantri + PasTI” yang termuat dalam Nawacandra,” tegas Rai Mantra. Sementara cagub Rai Mantra blusukan di pasar lain, cawagub Sudikerta mengunjungi para pedagang di Pasar Singhamandawa dan Pasar Kintamani. Sudikerta prihatin melihat situasi pasar yang rusak dan kumuh. “Pasar terkesan seperti permukiman kumuh. Ke depannya kami akan jalankan renovasi dan revitalisasi agar pasar ini tertata dengan rapi dan sesuai dengan fungsinya,” ujarnya.(nwm)