Masterclass Mi-Reng Festival, Arif Bagus Prasetyo Dorong Komposer Muda Eksplorasi Puisi Untuk Musik Gamelan Baru

(Baliekbis.com), Kritikus sastra Arif Bagus Prasetyo yang juga Penyair, penerjemah dan kurator Seni Rupa mengharapkan komposer generasi muda melakukan eksplorasi puisi agar menghasilkan garapan musik gamelan baru.

“Pada dasarnya puisi mengandung unsur musik, unsur musikalitas itu bisa dieksplorasi jadi komposisi musik baru,” kata Arif Bagus Prasetyo ketika sebagai pembicara Masterclass (Lokacipta) New Music for Gamelan (Mi-Reng) Festival yang membawakan materi “Musikalitas dan Puisi dan Kreasi Alihmedia” di Gianyar, Jumat (11/4).

Ia juga alumnus International Writing Program di University of Iowa, Amerika Serikat dan menyelesaikan pendidikan pascasarjana ilmu linguistik konsentrasi penerjemahan di Universitas Udayana (Unud).

Penghargaan yang diperolehnya, antara lain: Penghargaan Sastra Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Tahun 2022 Kategori Kumpulan Esai Sastra; hadiah Kritik Sastra Tahun 2007 dan Kritik Seni Rupa Tahun 2005 dari Dewan Kesenian Jakarta; dan Anugerah Widya Pataka Tahun 2009 dari Pemerintah Provinsi Bali. Esai sastranya dibukukan dalam Epifenomenon dan Saksi Kata. Buku puisinya adalah Mahasukka, Memento, dan Memento: Poems. Ia menulis buku seni rupa: Mangu Putra: Nature, Culture, Tension; Melampaui Rupa; dan Stephan Spicher: Eternal Line on Paper. Juga menghasilkan puluhan buku terjemahan.

Menurutnya, puisi, atau sastra secara umum, tidak hanya hidup sebagai teks yang tersurat, tetapi juga setiap diksi terpilihnya mengumandangkan bunyi, serta terangkai dalam ritme dan menyampaikan arti tertentu.

Hakikatnya dalam puisi, bunyi tidak tercerai dari arti. Dalam berbagai tradisi, puisi telah mengalami alih media ke dalam musik, pertunjukan, dan seni lintas media.

Di ranah gamelan, eksplorasi antara kata dan suara telah mewarnai keberadaan komposisi, seturut kehadiran tembang, geguritan, kidung, hingga eksplorasi bunyi dalam sebagai dinamika komposisi gamelan kontemporer. Masterclass ini mengupas relasi antara puisi dan musik, khususnya dalam konteks gamelan dan seni pertunjukan.

Peserta tidak hanya akan mendalami bagaimana struktur dan bunyi dalam puisi dapat diadaptasi ke dalam musik gamelan, tetapi juga bagaimana proses alih media memungkinkan eksplorasi kreatif yang lebih luas; mulai dari pertunjukan vokal eksperimental, sinergi puisi dan gerak, hingga pengolahan puisi dalam konteks audiovisual yang memungkinkan terdepankannya kebaruan dalam kekinian.

Selain itu, puisi memiliki dimensi ritmik-akustik. Untuk mencapai kualitas konkret bahasa puisi, bunyi dan nada (tone) digunakan sebagai unsur-unsur yang memiliki makna sendiri.

Penyair memilih kata-kata tertentu dalam baris atau bait untuk menghasilkan bunyi atau nada yang berhubungan langsung dengan isi pernyataan. Unsur akustik dapat meningkatkan makna puisi.

Berdasarkan jumlah kaki dalam baris puisi, metrum/meter dapat dibedakan menjadi: monometer (1), dimeter (2), trimeter (3), tetrameter (4), pentameter (5), hexameter (6).

Iambic Pentameter adalah metrum popular dalam puisi dan drama Bahasa Inggris karena dianggap dekat dengan irama ujaran alami (natural speech).

Sesuai namanya, iambic pentameter terdiri dari 5 kaki iambic. Contohnya baris pertama puisi “Elegy Written in a Country Church Yard” (1751) oleh Thomas Gray.

Ia pun mencontohkan musikalisasi puisi yang populer di Indonesia adalah karya Reda Gaudiamo – Ari Malibu yang menyanyikan puisi Sapardi Djoko Damono, sekurangnya ada 2 album.

Popularitas musik-puisi Reda-Ari (dan validasi/restu sang penyair Sapardi) tampak membuatnya menjadi semacam model standar musikalisasi puisi di Indonesia modern. Juga karena Reda sering menjadi juri musikalisasi puisi di berbagai event.

Ada upaya eksplorasi kemungkinan musikalisasi puisi yang lebih variatif, baru, segar, berbeda dengan model popular Ari-Reda atau musik berbau folk song. Contohnya Festival Musikalisasi Puisi Digital Nasional 2020 oleh Badan Bahasa.

Dijelaskan pula mengenai penafsiran puisi, menerjemahkan pesan yang ingin disampaikan oleh puisi dan mengejawantahkannya menjadi nada, harmoni dan suasana yang sesuai.

Musikalitas, merujuk pada kreativitas dalam menciptakan komposisi nada, harmoni dan suasana yang tepat, serta mengelaborasi berbagai alat musik baik modern maupun tradisional, sehingga mampu menunjang penyampaian pesan dari puisi yang dibawakan.

Koherensi antara bentuk puisi dan bentuk musik memaksakan puisi agar dapat masuk ke dalam pola komposisi musik yang telah diciptakan terlebih dahulu.

Pemenggalan puisi terdengar kurang tepat dan cenderung merusak suasana puisi yang ingin disampaikan.

Banyak penyair mengaku (atau dianggap orang) puisinya berasal dari musik. Biasanya karena si penyair punya kedekatan dengan musik (suka musik, main musik, punya sejarah dan latar belakang musik).

Contoh kasus, penyair besar Amerika, Walt Whitman (1819-1892). Konon Whitman menulis puisi dengan metode Opera Italia (Robert D. Faner).

Banyak pernyataan Whitman dalam surat, esai & puisi menunjukkan antusiasme & kecintaan terhadap musik. Adikarya Whitman, Leaves of Grass, memuat ratusan istilah musik (muncul di ribuan tempat di buku), termasuk istilah terkait opera (composer, performer, tokoh).

Banyak puisi Whitman memakai judul berbau musik (contoh: “Song of Myself”) dan mengandung ungkapan bernansa musik (contoh, di awal “Passage to India”: Singing my days. / Singing the great achievements of the present,/ Singing the strong light works of engineers).

Namun, puisi Whitman justru tidak musical secara puitik. Menjauh dari kemerduan metrum Inggris impor yang dikembangkan dalam puisi Amerika pada masanya.

Sementara itu, peserta seniman milenial Gayatri Pradnya mengaku mendapatkan banyak manfaat mengikuti acara Masterclass (Lokacipta) New Music for Gamelan (Mi-Reng) Festival.

Acara itu dihadiri dari berbagai kalangan diselenggarakan di Ketewel, Gianyar, Rabu (2/4/2025). Mi-Reng Festival dihadiri Kurator, Wayan Gde Yudane dan Warih Wisatsana.

Kegiatan itu diselenggarakan oleh Mi-Reng, didukung oleh Kementerian Kebudayaan (Kemendikbud) Republik Indonesia dan Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) melalui Program Pemanfaatan Hasil Kelola Dana Abadi Kebudayaan, dan kali ini bekerja sama pula dengan Bentara Budaya Bali.

“Acara menarik, banyak manfaat baik ilmu dan pelajaran, bnyak pembicara untuk tambah wawasan,” ujarnya.

Sedangkan Mahasiswa Jurusan Sendratasik Universitas PGRI Mahadewa Indonesia Putu Ayu Kartika Dewi, merasa senang mengikuti acara itu untuk melengkapi pelajaran dari kampusnya. Materi yang disampaikan Arif Bagus Prasetyo juga membahas tentang Jawa Kuno.

Masterclass dilakukan secara langsung (tatap muka) di lokasi. Sesi akan melibatkan presentasi, diskusi, dan praktik langsung sesuai dengan tema masing-masing masterclass.

Pertama, Sistem Pelarasan dalam Gamelan dan Tantangan Kekinian akan menghadirkan Narasumber I Made Kartawan, Ph.D pada Hari Rabu, 2 April 2025.

Kedua Eksplorasi Microtonality dalam Gamelan, Narasumber Septian Dwi Cahyo dan Putu Lia Veranika, Hari Sabtu, 5 April 2025.

Ketiga, Rekaman Gamelan dan Produksi Suara untuk Pertunjukan Live, Narasumber Janu Janardhana, Selasa, 8 April 2025.

Keempat, Musikalitas dan Puisi dan Kreasi Alihmedia, Narasumber Arif Bagus Prasetyo, Jumat, 11 April 2025.

Kelima, Melampaui Tradisi: Komposisi dan Penciptaan Baru, Narasumber Dewa Alit, Senin, 14 April 2025.

Leave a Reply

Berikan Komentar