Masyarakat Diharapkan Dapat Melestarikan Subak
(Baliekbis.com), Setelah melakukan pembelajaran dan pemantauan di lapangan sejak 2 September lalu, Bali Internship Field School For Subak (BIFSS) 2018 yang diselenggarakan oleh Balai Pelestarian Pusaka Indonesia (BPPI) akhirnya ditutup. Penutupan BIFSS dilaksanakan dengan memberikan solusi dan mempresentasikan kegiatan selama sekolah lapangan di Museum Subak Gianyar, Jumat (7/9).
Kabid Kesenian Dinas Kebudayaan Kabupaten Gianyar Anak Agung Gede Agung yang menutup kegiatan tersebut menyampaikan ucapan terimakasihnya kepada seluruh pihak yang telah membantu mensukseskan acara BIFSS tersebut.
“Terimakasih yang sebesar-besarnya saya sampaikan kepada seluruh pihak yang telah mensukseskan pelaksanaan kerjasama ini, besar harapan kami semoga kegiatan ini dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya kepada peserta dan dapat dipakai sebagai pedoman dalam menimba ilmu selanjutnya” ujar Agung Gede Agung.
Lebih lanjut dikatakannya bahwa dengan terselenggaranya BIFSS dapat memberikan pembelajaran serta meningkatkan kesadaran masyarakat. “BIFSS diharapkan dapat bermanfaat untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam melestarikan sistem Subak, yang merupakan sistem irigasi tradisional yang dijiwai oleh konsep Tri Hita Karana” Imbuh Agung Gede Agung.
Ketua dewan pimpinan BPPI Catrini Pratihari Kubontubuh mengucapkan terimakasih atas keramahan Kabupaten Gianyar selama kegiatan berlangsung. Ia menjelaskan bahwa pelaksanaan BIFSS ke 4 tahun 2018 ini mengambil tema Resilient Of Subak System For Natural Disaster Preparednes yang artinya Ketangguhan Subak dalam kesiap siagaan menghadapi bencana.
“kegiatan BIFSS kali ini berfokus pada petani, karena petani sebagai subyek dalam subak sehingga para petani harus tangguh dalam mempertahankan subak. Tangguh yang dimaksud memiliki makna kemampuan mengembalikan diri dari situasi sulit” ujar Catrini.
Ditambahkannya bahwa kegiatan BIFSS telah terlaksana sejak tanggal 2 September 2018, dimana dalam sekolah lapang tersebut siswanya diajak meninjau langsung dampak erupsi Gunung Agung di Telagawaja dan Desa Rendang. Siswa juga diajak mengunjungi Cekingan Rice Terace dan Desa Nyuh Kuning.
Disamping itu para peserta juga diajak untuk mempelajari dan memahami tradisi budaya Bali. Pada hari keempat peserta diajak berdiskusi dan membuat proposal mengenai solusi yang ditawarkan untuk menghadi permasalahan yang dihadapi khususnya masalah yang terkait dengan pelestarian subak. (abg)