Menaker: Tingkat Pendidikan Angkatan Kerja Masih Didominasi Pekerja Lulusan SMP ke Bawah
(Baliekbis.com), Situasi pasar tenaga kerja Indonesia kini berkembang positif berkat pembangunan ekonomi. Tingkat partisipasi angkatan kerja juga meningkat menjadi 69,20% pada Februari 2018.
“Dan tingkat pengangguran saat ini mencapai titik terendah dalam sejarah bangsa yaitu 5,13%,” ujar Menteri Ketenagakerjaan
RI M. Hanif Dhakir, Selasa (9/10) saat membuka “Rakor Pelatihan dan Produktivitas tahun 2018 di Bali” di Hotel Aston Denpasar.
Namun Menaker mengatakan tingkat pendidikan angkatan kerja masih didominasi oleh pekerja dengan lulusan SMP ke bawah sebesar 58,76%, terutama di sektor pertanian dan konstruksi. Meski jumlah pekerja keterampilan menengah dan tinggi terus meningkat sekitar 3% setiap tahun selama 4 tahun terakhir.
Untuk meningkatkan kualitas tenaga kerja, pada dasarnya supply tenaga kerja harus selalu selaras dengan demand dari proyeksi pertumbuhan ekonomi dan sektor prioritas yang diputuskan oleh pemerintah. “Dalam hal kualitas, kita harus dapat memastikan supply tenaga kerja berkualitas dengan memaksimalkan informasi pasar tenaga kerja, standar kompetensi kerja, akreditasi, dan sertifikasi,” ujar Menaker.
Ia mengaku optimis dapat meningkatkan sumber daya manusia di Indonesia untuk menarik lebih banyak investasi dan memperkuat daya saing produk lokal dengan menggunakan semua institusi akademik yang ada.
Seperti universitas, lembaga pendidikan kejuruan seperti SMK, Politeknik, dan lembaga pelatihan kejuruan seperti BLK, dan LPK pemerintah/swasta/industri lainnya.
Presiden Joko Widodo mengatakan bahwa setelah memusatkan percepatan pembangunan infrastruktur di 2015-2017, kini harus fokus pada pengembangan sumber daya manusia di Pendidikan dan Pelatihan Kejuruan (Vocational Education and Training) di 2018-2019. “Hal ini menstimulasi tidak hanya kementerian dan lembaga terkait untuk berpikir lebih visioner dari sebelumnya, tetapi juga mendorong sektor swasta untuk lebih terlibat aktif dalam mempersiapkan supply tenaga kerja kita secara masif,” jelas Hanif Dhakiri.
Saat ini Indonesia sudah memasuki bonus demografi merupakan suatu fenomena, di mana struktur penduduk sangat menguntungkan dari sisi pembangunan. Sebab jumlah penduduk usia produktif sangat besar, sementara proporsi usia muda semakin kecil dan proporsi usia lanjut belum banyak dan puncaknya tahun 2030.
Pada saat itu populasi pekerja Indonesia akan berada di puncak dan pertumbuhan ekonomi akan menurun setelah itu. “Jadi pada intinya, saat ini dan 10-15 tahun ke depan adalah waktu yang sangat penting bagi Indonesia untuk bekerja lebih keras dan lebih cerdas untuk mengatasi tantangan ini,” ujarnya.Tantangan penting lainnya bagi Indonesia adalah bagaimana harus mempersiapkan generasi muda lebih baik.
Dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya, diakui generasi muda Indonesia menghadapi lebih banyak kesulitan untuk memilih dan mendapatkan pekerjaan yang layak. Dan juga, mempertimbangkan tren dan situasi persaingan global saat ini, industri lebih cenderung untuk mempekerjakan pekerja yang lebih berpengalaman, daripada membina pekerja muda yang tidak berpengalaman untuk memenangi persaingan.
Terkait perkembangan ekonomi dan industri, Indonesia saat ini masih dalam posisi middle income trap. Karena struktur industri masih didominasi oleh pertanian, pariwisata, industri padat karya, dan beberapa industri berat dan kimia. “Tidak ada cara untuk mencapai tahap Revolusi Industri 4.0 tanpa mencapai tahap industri berbasis teknologi terlebih dahulu,” tegasnya. Rakor diikuti Pejabat Tinggi Pratama,
Ketua Komite Pelatihan Vokasi,
Kepala Dinas Tenaga Kerja Provinsi Bali, para Kepala Dinas yang membidangi ketenagakerjaan seluruh Indonesia, Kepala BLK UPTP dan UPTD seluruh Indonesia. (bas)