Mengkhawatirkan, Pengguna Rokok Elektrik di Kalangan Remaja Meningkat Tajam
(Baliekbis.com), Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali Dr. dr. I Nyoman Gede Anom mengatakan perokok di Indonesia terus meningkat, termasuk yang usia muda.
“Ini masalah serius yang harus ditangani dengan baik. Apalagi Indonesia termasuk jumlah perokoknya terbanyak di dunia. Yang usia remaja di atas 15 tahun mencapai 28 persen. Pengguna rokok elektrik di kalangan remaja makin tinggi. Di Bali jumlahnya dua kali dari rata-rata nasional. Ini mengkhawatirkan,” ujar Kadiskes Nyoman Gede Anom pada acara Diseminasi “Studi Perkembangan Rokok Elektrik dan Upaya Berhenti Merokok di Bali”, Kamis (30/11) di Ruang Sidang Prof. dr. I Goesti Ngoerah Gde Ngoerah, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.
Diseminasi hasil penelitian terkait rokok elektrik dan upaya berhenti merokok digelar Center for NCDs, Tobacco Control and Lung Health (Udayana CENTRAL) bekerjasama dengan Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) Pengurus Daerah Bali dipandu Dr. I Made Kerta Duana, SKM.,MPH diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan penyusunan kebijakan.
Berdasarkan data, di Bali, persentase merokok pada penduduk umur ≥ 15 tahun 2021 mencapai 19,58%. Di tahun 2022 menjadi 17,91%. Selain rokok konvensional, tren rokok elektrik kini menjadi salah satu ancaman besar bagi peningkatan perilaku merokok, khususnya di kalangan remaja. Prevalensi penggunaan rokok elektronik (elektrik) pada orang dewasa di Indonesia meningkat 10 kali dari 0.3% pada tahun 2011, menjadi 3.0% pada tahun 2021 (GATS 2021).
Prevalensi penggunaan rokok elektronik di Bali
4,2% lebih besar dari rata-rata nasional 2,8%. Berdasarkan Data Riskesdas (Riset Kesehatan
Dasar) tahun 2018 di Indonesia, penggunaan rokok elektronik pada usia remaja justru angkanya lebih tinggi. Pada remaja di Indonesia usia 10 hingga 18 tahun angkanya 10.9%, sedangkan di Bali
usia 10 hingga 18 tahun presentasenya sebesar 20,18%.
Direktur Pengendalian Penyakit Tidak Menular Dr. Eva Susanti, S.Kp, M.Kes. mengatakan penting untuk menurunkan prevalensi perokok pada anak remaja. “Perlu edukasi dan pendampingan agar mereka berhenti merokok,” ujarnya.
Ketua Umum LPAI Prof. Dr. H. Seto Mulyadi, S.Psi, M.Si. yang akrab disapa Kak Seto mengapresiasi penelitian yang dilakukan untuk melindungi anak-anak dari bahaya rokok. Menurutnya remaja adalah masa-masa yang mudah dipengaruhi. Pengendalian emosi anak itu penting sehingga pendekatan kepada anak agar digencarkan lebih efektif. Ia menegaskan agar sekolah yang di dekatnya ada toko rokok elektrik perlu mendapat perhatian.
Sementara itu Ketua Udayana CENTRAL dr. Putu Ayu Swandewi Astuti, MPH., Ph.D. menegaskan selain rokok konvensional pengguna rokok elektrik makin marak. Saat ini 2 dari 3 laki-laki dewasa merokok.
Ia berharap aturan pelarangan iklan di luar ruang agar dipatuhi. Apalagi pengaturan penjualan rokok sudah ada SE Gubernur. “Di luar negeri ada zonasi. Seperti di India dan negara bagian Amerika sehingga bisa mengurangi warga untuk membeli rokok,” jelasnya.
Sejumlah upaya juga telah dilakukan oleh Udayana Central dalan upaya mengendalikan tembakau seperti pembentukan kebijakan Kawasan Tanpa Rokok (KTR), Evaluasi dan Monitoring Kebijakan KTR, Workshop dan Sosialisasi Kebijakan terkait KTR, dan lain sebagainya.
Berbagai program masih terus dilakukan untuk
menekan perilaku merokok. Selain program tersebut, Udayana Central juga melakukan berbagai
penelitian, yang bertujuan untuk mengevaluasi program yang sudah berjalan maupun menggali
informasi terkini tentang perkembangan rokok konvensional maupun elektrik.
Pada diseminasi turut menyampaikan paparan Ketua IAKMI Bali Ni Made Dian Kurniasari, SKM,MPH, Dr. dr. I Ketut Suarjana, MPH. Juga hadir dari World Health Organisation (WHO) Indonesia – National
Profesional Officer for Tobacco Free Initiative Dr. Dina Kania. (bas)