Merawat Toleransi “Di Mana Bumi Dipijak, Di Sana Langit Dijunjung”
Dharma Shanti dan Halalbihalal menjadi tonggak nilai integrasi kebudayaan dan sosial melebihi nilai toleransi dalam kerukunan beragama berkelanjutan serta memperkuat ketahanan nasional.
(Baliekbis.com), Dalam kegiatan sosialisasi Empat Pilar “Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhinneka Tinggal Ika” di Puri Agung Karangasem yang dihadiri Anggota MPR RI I.B. Rai Dharmawijaya Mantra dan sejumlah tokoh agama, tokoh adat dan tokoh puri, topik ‘Toleransi, Budaya dan Integrasi’ menjadi perhatian dan bahasan peserta yang hadir.
Hubungan sosial kebudayaan antara umat Hindu dan ‘braya’ Muslim di Karangasem adalah wujud implementasi nilai-nilai kebhinekaan yang menggambarkan toleransi yang mendalam di tengah keberagaman.
“Keberagaman bukanlah penghalang, melainkan sumber energi bangsa dalam menghadapi segala ancaman, gangguan, hambatan, dan tantangan utamanya di tengah perkembangan dunia modern dan digital yang semakin pesat,” ujar Rai Mantra.
Dalam masyarakat yang majemuk seperti di Indonesia, keragaman budaya dan sosial menjadi sangat penting dan urgen saat ini. Terlebih di tengah makin pesatnya perkembangan teknologi (digitalisasi) dan budaya modern yang tidak menutup kemungkinan bisa menggerus budaya bila tidak kita tanggap.
“Karena itu menjaga keragaman budaya dan toleransi akan dapat menjadi sarana memajukan dan mempersatukan masyarakat dan bangsa menuju ke arah yang lebih baik,” ujar Rai Mantra yang juga Anggota Komite III DPD RI ini.
Bahkan saat ini, toleransi yang merupakan sikap saling menghargai dan menerima perbedaan, termasuk perbedaan budaya boleh dikatakan sangat mutlak harus bisa dipelihara dan dilaksanakan seluruh bangsa ini tanpa melihat suku, agama, ras dan antar golongan. “Toleransi menjadi harga mati”.
Toleransi sangat strategis untuk menciptakan lingkungan yang harmonis, di mana setiap individu dapat hidup berdampingan tanpa adanya diskriminasi atau konflik.
Toleransi memungkinkan individu untuk menghargai dan menerima perbedaan budaya, sehingga menciptakan lingkungan yang harmonis dan saling menghormati. Toleransi membantu memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa dengan mendorong individu untuk saling bekerja sama. “Sikap toleransi dapat mencegah konflik karena setiap individu memahami dan menghargai perbedaan yang ada,” tegas mantan Walikota Denpasar ini.
Toleransi sebenarnya bukan hal baru bagi bangsa ini. Di zaman dulu banyak peribahasa yang menggambarkan tentang toleransi ini.
Sebut saja, peribahasa “Di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung” yang mengandung makna bahwa seseorang sudah sepatutnya mengikuti atau menghormati adat istiadat yang berlaku di tempat ia hidup atau tinggal. Dengan kata lain, seseorang harus bisa beradaptasi dengan tempat tinggalnya (bukan hanya tempat asal).
Ada pula pepatah ‘Di rumah beraja-raja, di hutan berberuk-beruk’ yang artinya: Seseorang harus dapat menyesuaikan diri dengan tempat tinggalnya.
Toleransi sebenarnya merupakan salah satu pengejawantahan dari ajaran agama. Toleransi dalam beragama itu penting untuk mencegah konflik dan diskriminasi antara umat beragama.
Pemimpin agama Paus dalam pernyataannya mengatakan
Tuhan bukan monopoli satu agama. Tuhan ada untuk semua umat, apapun agamanya. Beragama adalah cara atau jalan menuju ke arah Tuhan. Kita bisa melewati jalan yang berbeda tetapi punya tujuan yang sama. “Tuhan tidak beragama. Sebab Dia bukan jalan. Dia adalah tujuan,” kata Gandhi.
Toleransi antarumat beragama
Toleransi antarumat beragama adalah sikap saling menghormati, menghargai, dan menerima perbedaan keyakinan agama. Ini berarti tidak memaksakan keyakinan diri sendiri kepada orang lain, tidak mencela atau menghina agama lain, dan bersedia hidup berdampingan dengan damai. Menghormati adanya perayaan hari besar keagamaan dari umat lain. Tetap menjaga silaturahmi dengan tetangga, teman, maupun rekan kerja yang berbeda agama.
Keberagaman budaya dan toleransi sangat penting dalam menciptakan masyarakat yang harmonis dan damai. Keberagaman budaya adalah kekayaan dan keindahan bangsa Indonesia yang harus dijaga dan dipertahankan. Keberagaman ini merupakan hasil interaksi antara manusia dan manusia, serta manusia dengan alam lingkungannya.
Menurut Rai Mantra, budaya dapat meningkatkan rasa toleransi dan saling menghormati antarmasyarakat. Budaya yang berbeda menjadikan masyarakat dapat belajar untuk saling menghargai perbedaan.
Proses Hukum
Bagi pelaku intoleransi, proses hukum dan penegakan hukum sangat penting. Di sini peran pemerintah diperlukan untuk memberikan edukasi untuk menanamkan semangat keberagaman dalam diri masyarakat di berbagai lapisan. Langkah hukum bagi pelaku intoleransi akan memberi efek jera agar tidak terulang kembali.
“Tentu akan lebih baik hal itu dimulai dari diri kita sendiri dengan menghargai setiap pilihan yang diambil orang lain dan tidak melakukan tindak anarki bila tidak sejalan dengan kita,” pungkas Rai Mantra.
Integrasi Kebudayaan
Integrasi kebudayaan adalah penyesuaian antara setiap unsur kebudayaan yang berbeda, sehingga bisa mencapai suatu keserasian atau kesamaan fungsi yang ada di dalam kehidupan masyarakat. Integrasi kebudayaan ini dapat terjadi karena suatu wilayah atau negara memiliki banyak sekali kebudayaannya di dalamnya. “Tanpa adanya integrasi kebudayaan, kemungkinan akan terjadi konflik yang disebabkan karena tidak ada perilaku saling menghargai dan saling menghormati,” ungkap Rai Mantra.
Integrasi Sosial
Integrasi sosial adalah penyesuaian antara setiap unsur yang saling berbeda satu sama lain yang ada di dalam kehidupan sosial masyarakat, sehingga bisa menciptakan sebuah pola kehidupan yang sama dan damai bagi masyarakat itu sendiri.
“Integrasi sosial ini sebenarnya sudah ada semenjak kita tinggal di suatu wilayah. Oleh karena itu, kita juga sering melihat apabila di wilayah tersebut banyak anggota masyarakat yang saling tidak cocok, maka anggota masyarakat tersebut belum menerapkan integrasi sosial,” jelasnya. (ist)
Leave a Reply