MPB Gaungkan Nilai Kemanusiaan dan Kebangsaan, Pembagunan Patung Rama-Krishna dan Simbol Rumah Ibadah Badung
(Baliekbis.com), Patung Rama dan Krishna yang merupakan tokoh pawayangan dan Itihasa Ramayana dan Mahabharata telah rampung berdiri di Monumen Perjuangan Bangsal (MPB), Badung, Minggu (4/7). Batu pertama pembangunan patung Rama dan Krishna yang diletakkan oleh Ketua MPR RI Bambang Soesatyo (Bamsoet) ketika dianugerahi Penghargaan dan Lencana 3/4 Abad Monumen Perjuangan Bangsal di Pura Puncak, Kawasan MPB, Selasa (18/5). Patung Rama dan Krishna dibangun masing – masing setinggi lima meter, serta kehadiran Bamsoet pada waktu tersebut meresmikan simbol rumah ibadah enam agama yang menggambarkan kemajemukan dan keharmonisan bangsa Indonesia. Demikian disampaikan Ketua Umum MPB, Dr. Bagus Ngurah Putu Arhana, Sp.A (K) kepada Atnews di Badung, Senin (5/7).
Dijelaskan, kedua tokoh Rama dan Krishna yang merupakan Avatara Visnu dapat menjadi teladan para pemimpin bangsa dalam mengisi kemerdekaan menuju 100 tahun Indonesia merdeka. Dalam ajaran kepemimpinan kekawin Ramayana, Raja Ayodya Sri Rama putra pertama dari Prabu Dasaratha di personifikasikan sebagai Dharma. Rama yang di gambarkan sebagai sosok cerdas, cekatan, dan penuh gairah pengabdian merupakan sosok yang ideal dalam melaksanakan Dharma dengan segala kebjaksanaannya.
Pemimpin dalam kepemimpinannya harus dapat mengusahakan kebahagiaan seluruh anggotanya atau rakyatnya dengan tetap mengutamakan rasa bhaktinya dan rasa persaudaraan bersatu mencapai tujuan. Seorang pemimpin memiliki kewajiban untuk menjalankan tugasnya menurut hukum, norma, dan tradisi yang baik. dan tidak dibenarkan memiliki sifat-sifat semaunya saja, otoriter, dan materialistis. Agar prilaku seperti itu tidak di miliki oleh seorang pemimpin, maka sepatutnya pemimpin memiliki delapan karakter mulia yang disebut Astabrata (Manawa Dharmasastra, IX; Kekawin Ramayana, XXIV : 53-60,80). Pemimpin yang ideal itu haruslah orang yang “gunaman” yaitu berkarakter mulia yakni memiliki wawasan yang luas, memahami ilmu niti (politik, kepemimpinan, dan ilmu ketatanegaraan), berbakti kepada tuhan, leluhur, dislipin dan mampu mengendalikan diri, dermawan dan bekerja penuh iklas, pemberani dan berlaku adil, memiliki sifat penuh kasih serta setia kepada janji.
Begitu juga, Krishna yang merupakan Raja Dwarka terdiri dari pulau-pulau seperti Antar Dwipa, Pulau Dwarka dan pulau utama yaitu Dwarka. Dalam kisah Mahabharata, Dwarka disebut sebagai ibukota Yadawa dan termasuk di dalam juridiksinya yaitu negara-negara tetangga seperti Vrishni, Andhaka dan Bhoja. Pemimpin penting Yadava selain Raja Krisna, ada pula Balarama, Kritavarma, Satyaki, Akrura, Kritavarma, Uddhava dan Ugrasena. Dalam kesastraan Jawa Kuna, cerita kelahiran dan masa remaja Krishna dimuat dalam kakawin Kangsa (Naskah Kirtya No. 844). Bahkan keberadaan Bhagavadgita semakin populer merupakan wejangan Krishna kepada Arjuna dari Bhismaparwa, Mahabharata.
Bhagavadgita banyak dikagumi tokoh dunia, termasuk The Founding Father Sukarno, karena sebagai kitab yang mengandung makna filosofis tentang kehidupan yang luar biasa. Selain itu, Bhagavadgita sebagai kitab suci yang kelima bagi umat Hindu setelah Rigveda, Samaveda, Yajurveda, dan Atharmaveda. Sedangkan Mahabharata dan Ramayana isinya pun mengenai berbagai hal, seperti filosofi kehidupan, nasehat, dan peristiwa sehari-hari. Kedua kitab kuno itu banyak menyinggung hal yang bersifat universal dan masih memiliki relevansi dengan masa sekarang, sehingga digemari di seluruh dunia. Menurut Bamsoet, keberadaan simbol rumah ibadah dan patung Rama serta Krishna menggambarkan semangat nilai pluralisme, sikap humanis dan Bhinneka Tunggal Ika sebagai aset dan kekuatan bangsa Indonesia.
Dia mengatakan nilai-nilai keagamaan itu telah mewarnai kemajemukan masyarakat sejak bangsa Indonesia dilahirkan, dan menjadi fitrah kebangsaan yang diwariskan para founding fathers kepada bangsa ini. “Oleh karena itu, tidak boleh ada pengingkaran dalam bentuk dan rupa apa pun terhadap fitrah kebangsaan tersebut,” tegas Bamsoet. Mantan ketua DPR itu menjelaskan, keberadaan markas gerakan bawah tanah di Bangsal yang kini dijadikan Monumen Perjuangan Bangsal, sangat berkaitan erat dengan sejumlah perjuangan rakyat Bali di berbagai tempat. Antara lain peperangan di Laut Gilimanuk, pendaratan pasukan I Gusti Ngurah Rai tanggal 20 November di Marga, juga perjuangan di Munduk Malang. MPB merupakan peninggalan-peninggalan para pejuang yang melakukan perjuangan rahasia bawah tanah kemerdekaan Republik Indonesia di Bali. Tempat bersejarah ini merupakan lokasi pertemuan pimpinan pemuda pejuang untuk mengatur strategi perlawanan terhadap penjajahan Jepang maupun NICA. Semangat perjuangan Bangsal adalah mencapai serta mempertahankan kemerdekaan RI.
“Menjadi markas pertemuan pimpinan pemuda pejuang dalam mengatur strategi perlawanan terhadap penjajahan Jepang dan Nica. Bahkan Pahlawan Nasional I Gusti Ngurah Rai sering melakukan pertemuan di sini,” tutur Bamsoet. Kepala Badan Bela Negara FKPPI itu menerangkan, tugas berat berada di pundak seluruh anak bangsa untuk menjadikan pengorbanan para pejuang tidak sia-sia. Kemudian, memastikan kedaulatan, persatuan, dan kesatuan bangsa tetap terjaga. Bamsoet mengingatkan bahwa tegak berdirinya NKRI sebagai bangsa yang berdaulat, tidak lain berkat dukungan dan pengorbanan segenap komponen bangsa. Sementara itu, Ketua Dewan Harian Daerah Angkatan 45 Bali Wayan Windia menambahkan, karya tersebut sebagai bentuk lambang bahwa leluhur dari Puri Puncak Bangsal adalah orang yang berjiwa kebangsaan.
“Kita adalah bangsa yang majemuk. Pemikiran kebangsaan harus diimplementasikan,” kata Prof Windia Ketua Stispol Wira Bhakti Denpasar. Untuk itu, diharapkan setiap orang yang berkunjung ke MPB akan bisa tersiram rohaninya oleh lambang-lambang semangat kebangsaan. Termasuk terdapat Pura Puncak, Taman Siva Loka, Patung Singa Raja, Ganesha dan Garuda yang menjadi kendaraan Dewa Visnu serta menjadi lambang negara Indonesia. “Inilah yang patut ditiru oleh generasi milenial. Jangan ekslusif. Kita adalah bangsa yang majemuk,” ungkapnya. Hal itulah warisan yang utama dari generasi 45. Generasi yang kalbunya penuh dengan semangat persatuan dan kesatuan bangsa. Termasuk dengan dibangunnya lambang-lambang Tokoh Ramayana dan Mahabrata, maka juga melambangkan aura spiritualitas dari MPB.
Dengan demikian lengkap sudah aura nilai MPB yang bernuansa kemanusiaan dan kebangsaan. MPB telah dibentuk lembaga Gugus Kebangsaan. Tujuannya adalah untuk melanjutkan cita-cita perjuangan kebangsaan yang lahir di MPB. Gugus Kebangsaan terdiri dari lembaga MPB, DHD-45, Koprs Mahasiswa Indonesia (KMI) Ugrasena, GNPP Bali, PPM Bali, dan alumni Menwa Seroja, termasuk Kantor Media Pers Atnews. Gugus Kebangsaan telah melakukan pendidikan pendahuluan bela negara di seluruh Bali. Jumlah pesertanya sudah mencapai 7400 orang. Mereka terdiri dari siswa dan mahasiswa di Bali. Sedangkan, Kepala Staff Korps Menwa Ugraçena Bali Mumtazah Mardliyah, S.Ked menilai, pembangunan simbol tempat ibadah yang terdiri dari masjid, gereja, vihara, klenteng serta pembangunan Patung Rama Krishna yang merupakan Tokoh Ramayana dan Mahabrata menginterpretasikan kemajemukan dan keharmonisan bangsa Indonesia. Tentunya hal ini sangat bermakna, menggambarkan kehidupan bangsa Indonesia yang mampu hidup bersama berdampingan dalam kerukunan dan toleransi beragama.
Ia sebagai Generasi Baru Indonesia (GBI) tentunya harus selalu menjaga nilai persatuan dan kesatuan sehingga terwujud kebhinekaan bangsa yang seutuhnya. Dalam kehidupan sehari-hari pun tidak lagi mempertanyakan mengenai suku, agama, maunpun ras, melainkan semua yang dilakukan semata-mata demi kemanusiaan secara tulus dan ikhlas. Hal senada juga disampaikan Ketua korps Menwa Badung Putu Krisna, keberadaan patung Rama dan Krishna di areal monumen perjuangan bangsal adalah karya seni yang luar biasa, tidak hanya menekankan pada unsur estetika akan nilai keindahan saja tetapi ada cerita yang agung dari tokoh Rama dan Krishna dikenal dunia.
“Sehingga keberadaan patung tersebut dan pembangunan simbol tempat ibadah menjadi inspirasi buat generasi muda khusunya di Bali agar lebih mengenal budaya pada khususnya,” ujarnya. Dukungan pun datang dari Owner Ayam Betutu Gilimanuk, Mendra mengharapkan MPB dapat dijadikan obyek wisata untuk mengenal kebangsaan dan nilai-nilai pejuang yang telah merebut dan mempertahankan kemerdekaan NKRI dari para penjajah. MPB menjadi ikon wisata baru bagi generasi muda tanah air, serta tidak menutup kemungkinan menerima wisatawan mancanegara. (ist)