Mudarta: Uang Jadi “Dewa Suara” di Pileg
(Baliekbis.com), Ketua DPD Partai Demokrat Bali Made Mudarta menilai warga yang toleran dengan politik uang (money politics) saat ini cukup tinggi. Uang sepertinya jadi ‘dewa’ suara.
“Sebagian warga mindset-nya telah dimasuki politik uang ini. Dia (calon) datang mau kasih apa dan berapa, itu kerap yang muncul,” ujar Mudarta, Jumat (5/4) di Denpasar saat ditanya soal dugaan money politics pada pileg 17 April ini.
Menurutnya kondisi yang terjadi tidak terlepas dari sikap politisi itu sendiri yang mau cari gampang dengan cara memberi sesuatu kepada calon konstituen yang disasar. “Akibatnya warga jadi ketergantungan, apa yang akan diberikan calon atau apa kebutuhan warga bisa dipenuhi. Sehingga kemudian terjadi semacam ‘jual beli’ suara.
Warga tak lagi independen,” ujarnya.
Mereka digiring, dianggap seperti bebek dan sudah tak merdeka lagi menentukan hak suara sesuai nuraninya. “Yaa karena sudah ‘digadai’,” tambah Mudarta. Meski demikian, politisi asal Jembrana ini mengakui kondisi ini takkan berlansung lama. Seiring dengan makin tingginya kesadaran warga akan berdemokrasi, maka politik uang akan ditinggalkan. Apalagi ancaman hukuman bagi pelaku maupun penerimanya cukup berat.
Mudarta mengatakan pada pileg ini pihaknya optimis kader-kadernya bisa meningkatkan perolehan suara secara signifikan. “Selain kader gencar turun, kondisi partai semakin kondusif. Ini menumbuhkan kepercayaan yang besar,” jelasnya.
Kader juga tambah semangat, sebab mereka yang tak terpilih akan dihargai suaranya. “Kita ada apresiasi berupa dana garansi elektoral Partai Demokrat” yang nanti akan berikan setiap bulan kepada caleg yang belum berhasil melenggang ke dewan,” ujar Mudarta. Dengan dana tersebut, hubungan dan komunikasi mereka juga akan tetap terjalin dengan baik. (bas)