New Normal, Saat yang Tepat untuk Merevitalisasi Perekonomian Bali
Guncangan terhadap perekonomian Bali bukan saja saat pandemi Covid-19. Pengalaman menunjukkan hantaman terhadap ekonomi Bali yang terlalu
mengandalkan glamornya pariwisata tanpa dukungan yang kuat di sektor pertanian menyebabkan ekonomi Bali sangat rentan dan ketergantungan.
MOMENTUM Covid-19 menuju New Normal, saat yang tepat untuk merevitalisasi perekonomian Bali.
Sektor pertanian yang menjadi tulang punggung utama perekonomian Bali selama ini belum berperan secara optimal.
Bali di sektor pertanian memiliki daya saing/competitif advantage dengan kearifan lokal yang telah mendunia. Bali tidak memiliki sumber daya alam, seperti daerah lain di republik ini. Bali kaya dengan sumber kreatif budaya berbasis pertanian yang produk-produknya mempunyai daya saing global.
Saat inilah Bali harus menuju era ekonomi baru, yang mampu mengkolaborasikan sinergi antara potensi budaya, daya kreatif, imaginasi dan integritas. Sudah saatnya Pemprov Bali dengan nangun sat kerthi-nya, mengimplementasikan era ekonomi baru dengan kolaborasi antar pemerintah, dunia usaha, perguruan tinggi dan asosiasi.
Ini momentum untuk menjadikan industri nasional /daerah yang berbasis ekonomi rakyat dengan UMKM menjadi tuan rumah di negerinya sendiri.
Pandemi Covid-19 memberi signal terjadinya perubahan rantai produksi global.
Di Asean (terutama Indonesia dan India), berpeluang menjadi new growth zone, akibat pergeseran geopolitik dan ekonomi dunia. Di sektor pariwisata, misalnya terobosan untuk menjadikan kualitas tourism ke arah mise tourism (medical, sport dan retired) ke depan menjadi salah satu solusinya.
Demikian juga dengan menciptakan wirausaha-wirausaha baru yang mandiri. Dikenal sebagai entrepreneur distruption development human capital investment.
Ini indikasi Bali menuju new era economy. Semoga.
*Oleh: nyoman senimantara