Olah Sampah Jadi Energi, Program TOSS Werdhi Guna Ditinjau Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan KLHK RI
(Baliekbis.com), Belum berselang setahun diluncurkan, program Tempat Olah Sampah Setempat (TOSS) yang dilaksanakan Desa Gunaksa mendapat apresiasi oleh Pemerintah Pusat. Hal itu terbukti dengan kunjungan kerja Direktur Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI Karliansyah ke Kelompok Usaha TOSS Werdhi Guna Desa Gunaksa, Jumat (5/10).
Direktur Utama PT Indonesia Power Sripeni Inten Cahyani, Direktur Pengembangan dan Niaga Adi Supriono, Sekretaris Perusahaan Furqon Tanzala, General Manager Unit Pembangkitan Bali IGAN Subawa Putra, serta staf lainnya menerima kunjungan kerja Direktur Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Karliansyah guna meninjau program pengolahan sampah menjadi energi terbarukan (briket/pelet) yang sudah berjalan di Desa Gunaksa.
Sripeni Inten Cahyani menjelaskan sebelumnya sudah banyak upaya dilakukan guna menangani sampah di Desa Gunaksa dan sekitarnya. Selain untuk menangani permasalahan sampah, program TOSS dapat digunakan untuk sumber pendapatan masyarakat melalui BUMDes dan juga berfungsi sebagai salah satu pemanfaatan energi terbarukan. “PT Indonesia Power bersinergi mengembangkan kelompok usaha TOSS Werdhi Guna ini untuk mengolah sampah menjadi pelet dan briket sebagai bahan bakar gasifier yaitu mesin pembangkit listrik berbahan bakar pelet. Hal ini merupakan kepedulian perusahaan kami terhadap lingkungan sekitar melalui program Corporate Social Responsibility,” ujarnya.
Direktur Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Karliansyah menyatakan pihaknya mendukung program TOSS di Desa Gunaksa ini. “Harapannya ke depan Desa Gunaksa dan sekitarnya bisa mandiri,” ungkapnya.
TOSS (Tempat Olah Sampah Setempat) adalah salah satu program PT Indonesia Power bersama pemerintah sebagai upaya untuk mengatasi permasalahan sampah yang dimanfaatkan melalui proses peuyeumisasi, briketisasi/peletisasi, dan gasifikasi. Sampah yang diolah secara langsung dengan menggunakan bio activator dalam tiga hari bau hilang dan dalam sepuluh hari volume sampah berkurang. Inilah yang disebut proses peuyeumisasi. Kemudian peuyeum sampah yang sudah kering dan tidak berbau tersebut diproses menjadi briket/pelet yang dapat digunakan sebagai bahan bakar untuk proses memasak dan listrik. (ist)