Ormawa Mesti Mampu Memberikan Koreksi Guna Mewujudkan Ketahanan Pangan di Bali
(Baliekbis.com), Dalam upaya mewujudkan ketahanan pangan di Bali, organisasi kemahasiswaan (Ormawa) diharapkan tidak hanya berperan sebagai wadah kegiatan sosial, tetapi juga sebagai agen perubahan yang mampu memberikan koreksi terhadap berbagai kebijakan dan praktik yang ada. Hal ini disampaikan oleh I Nengah Muliarta, Dosen Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Sains dan Teknologi (FPST), Universitas Warmadewa (Unwar), saat menjadi narasumber pada Latihan Kepemimpinan dan Manajemen Mahasiswa Tingkat Dasar yang diselenggarakan oleh Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) FPST Unwar di Denpasar pada Selasa (29/4/2025).
Dalam acara yang dihadiri oleh puluhan mahasiswa tersebut, Muliarta menjelaskan bahwa tantangan ketahanan pangan di Bali semakin kompleks seiring dengan pertumbuhan populasi dan perubahan iklim. “Mahasiswa tidak hanya dituntut untuk belajar, tetapi juga harus mengambil peran aktif dalam mencari solusi terhadap masalah yang ada,” tegasnya.
Ketahanan pangan merupakan isu krusial yang tidak bisa dipandang sebelah mata, terutama di Bali yang dikenal dengan pertanian berbasis lokal. Muliarta menekankan bahwa mahasiswa, sebagai generasi penerus, memiliki tanggung jawab untuk memahami isu ini secara mendalam. “Organisasi kemahasiswaan harus mampu menjadi penggerak dalam memberikan edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya ketahanan pangan. Mereka juga harus kritis terhadap kebijakan yang diambil oleh pemerintah,” jelasnya.
Dalam konteks ini, Muliarta mendorong mahasiswa untuk melakukan riset dan mengembangkan program-program yang dapat membantu meningkatkan produksi pangan lokal. “Kita perlu mencari cara-cara inovatif untuk meningkatkan hasil pertanian, seperti penerapan teknologi pertanian yang ramah lingkungan,” ujarnya.
Salah satu fungsi utama organisasi kemahasiswaan adalah memberikan koreksi terhadap kebijakan yang dianggap kurang efektif. Muliarta mencontohkan beberapa kebijakan pemerintah yang perlu dievaluasi, seperti penggunaan pestisida dan pupuk kimia yang berlebihan. “Penggunaan bahan kimia berbahaya dapat merusak lingkungan dan kesehatan masyarakat. Mahasiswa harus aktif memberikan masukan untuk mendorong penggunaan alternatif yang lebih aman,” katanya.
Selain itu, Muliarta juga menyoroti pentingnya inovasi dalam pertanian. “Organisasi kemahasiswaan dapat berkolaborasi dengan dosen untuk melakukan penelitian tentang varietas tanaman yang lebih tahan terhadap hama dan penyakit, serta lebih efisien dalam penggunaan air,” jelasnya.
Dalam membangun ketahanan pangan, kolaborasi antara mahasiswa, pemerintah, dan masyarakat sangat diperlukan. Muliarta mengajak mahasiswa untuk menjalin kerjasama dengan petani lokal dan lembaga pemerintah. “Dengan bekerja sama, kita dapat menciptakan program yang lebih terarah dan tepat sasaran. Ini akan memperkuat posisi mahasiswa sebagai agen perubahan di masyarakat,” ungkapnya.
Lebih lanjut, I Nengah Muliarta menyarankan agar organisasi kemahasiswaan menyelenggarakan seminar dan workshop yang melibatkan berbagai pihak. “Melalui diskusi dan pertukaran ide, kita bisa menemukan solusi bersama untuk meningkatkan ketahanan pangan di Bali,” tambahnya.
Dalam era modern ini, kesadaran akan isu lingkungan menjadi semakin penting. I Nengah Muliarta mengingatkan mahasiswa tentang pentingnya menjaga keseimbangan ekosistem dalam pengembangan pertanian. “Pertanian yang berkelanjutan harus menjadi fokus kita. Mahasiswa harus menyebarluaskan informasi tentang praktik pertanian organik yang lebih ramah lingkungan,” katanya.
Dia juga menekankan pentingnya pendidikan bagi masyarakat mengenai cara-cara bercocok tanam yang baik dan benar. “Dengan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani, kita dapat meningkatkan produktivitas dan kualitas hasil pertanian,” ungkapnya.
Latihan Kepemimpinan dan Manajemen Mahasiswa Tingkat Dasar yang diselenggarakan oleh BEM FPST Unwar ini menunjukkan bahwa mahasiswa memiliki peran penting dalam menghadapi tantangan ketahanan pangan di Bali. Dengan bimbingan dari para dosen dan dukungan dari organisasi kemahasiswaan, diharapkan mahasiswa dapat menjadi agen perubahan yang mampu memberikan koreksi dan inovasi dalam sektor pertanian.
I Nengah Muliarta menutup sesi dengan harapan bahwa mahasiswa akan mengambil inisiatif untuk terlibat lebih aktif dalam isu ketahanan pangan. “Mari kita bersama-sama membangun masa depan yang lebih baik untuk Bali melalui pertanian yang berkelanjutan,” pungkasnya.
Dengan semangat dan komitmen yang kuat, organisasi kemahasiswaan dapat menjadi motor penggerak dalam mewujudkan ketahanan pangan yang berkelanjutan, bukan hanya untuk generasi saat ini, tetapi juga untuk masa depan yang lebih baik. (ist)
Leave a Reply