Pameran Lingkar Dua Budaya Musti Berkelanjutan
(Baliekbis.com), Meskipun silaturahmi seni rupa from Bali to Beijing yang dilaksanakan di Museum Nasional Qingdao, Beijing baru akan dimulai 27 November 2017, 5 perupa Bali yang mewakili 9 perupa yang terundang untuk ikut berpameran sudah tiba di Beining pada Jumat, 24 November 2017. Sembilan perupa peserta pameran adalah, D. Tjandra Kirana, Chusin Setiadikara, Wayan Redika, Agung Mangu Putra, Wayan Sujana Suklu, Made Wiradana, Polenk Rediasa, Made Gunawan dan Putu Edy Asmara. Sementara yang berangkat ke China D. Tjandra Kirana, Chusin Setiadikara, Wayan Redika, Made Wiradana dan Polenk Rediasa, sedangkan 6 orang lainnya berhalangan hadir karena aktivitas kesenian di lain tempat. Para perupa Bali ini akan bergabung dengan 6 perupa China ternama yakni, Mo Xiaosong, Cai Yushui, Fang Zhenghe, Li Xuesong dan Wei Kui. Mereka akan menggelar karyanya di sebuah Gallery di Kota Qingdao, 27 November 2017.
Kehadiran para perupa Bali di Negeri Tirai Bambu ini dikoordinasikan oleh devisi seni budaya Perhimpunan Persahabatan Indonesia-Tiongkok Chapter Bali, Putu Agus Maha Usada melalui Konsulat Jenderal Tiongkok di Bali. Seperti diberitakan sebelumnya, pameran ini merupakan interaksi rupa dua budaya antara Bali dan China yang dipandang masih memiliki persilangan budaya yang kental. Dalam pameran yang bertajuk From Bali to Beijing, para perupa diminta datang lebih awal guna membahas kemungkinan event lanjutan yang diharapkan bisa dibangun bersama.
Setibanya di Beijing, para perupa Bali yang didampingi Agus Maha Usada, diterima Director of China Fine Art Academy Wang Mingming didampingi wakilnya, sejumlah seniman China dan pihak terkait pada Jumat, 24 November 2017. Dalam pertemuan itu Director of China Fines Art Academy memandang pameran dua budaya ini musti digagas dan dipersiapkan lebih intensif pada tahun mendatang, Wang Mingming yang sebelumnya sudah melihat sejumlah aktivitas kebudayaan di Bali mengakui betapa banyak potensi yang bisa diangkat menjadi thema garapan untuk mencerminkan citra budaya dua Bangsa. Demi kelanjutan program ini ia akan mengupayakan dukungan penuh dari Pemerintah China. “Kami akan mengusahakan hal ini bisa terwujud melalui dukungan Pemerintah, kalau tidak kami juga bisa menggandeng pihak swasta”, kata Wang Mingming. Pihaknya juga meminta kepada seluruh seniman untuk tidak hanya terpaku pada visual akhir, namun penting juga dinarasikan sebuah proses kreatif bisa menjadi riset akademik. Sementara itu, Agus Maha Usada menanggapi tantangan dari China Fines Art Academy ini akan melakukan komunikasi lebih intensif dengan para seniman di Bali yang terlibat agar fokus menyiapkan karya lebih awal. Ia meminta untuk segera membuat media komunikasi antar dua Negara guna membahas kriteria tema sedari awal. Hal ini tentu akan memudahkan para seniman untuk berimprovisasi merespon tema sehingga tercipta karya yang lebih berkualitas. Berkaitan soal tema, seniman Wayan Redika berpendapat bila banyak hal yang bisa direduksi menjadi tema garapan, melihat tradisi dan keterkaitan budaya Bali dan China sangat kaya di sekitar masyarakat Bali. “Tema hanyalah sebuah tonggak untuk merancang karya, jauh lebih penting bagaimana agar karya itu memiliki nilai yang mencerminkan pembaharuan tanpa melepaskan kulturnya”, jelas Redika. Menurutnya kerjasama ini bisa dilanjutkan dengan kesadaran untuk membangun wacana seni rupa dua bangsa yang sama-sama memiliki keterikatan budaya. Usai melakukan diskusi, Panitia pameran From Bali to Beijing, mengajak para perupa Bali untuk memahami lebih dekat, menelisik titik persinggungan budaya melalui situs budaya yang ada di Beijing seperti; Tia An Men Square, Forbidden City, 789 Art Zone dan perkampungan asli di tengah kota Beijing. Hari ini rombongan akan bertolak ke Kota Qiangdao dalam perjalanan 4 jam dengan transportasi kereta cepat. (ist)