Panen Cabai di ALC, Dr. Mangku Pastika, M.M.: Tak Ada Alasan Bali Kurang Pangan
(Baliekbis.com), Banyaknya komoditi pangan dari luar membanjiri Bali saat ini mestinya tidak perlu terjadi. Sebab lahan untuk menanam masih luas.
“Dengan lahan beberapa are kalau tepat pemanfaatannya bisa memberi hasil yang cukup. Di perkotaan lahan relatif sempit juga bisa ditanami untuk mencukupi kebutuhan. Jadi tak ada alasan Bali sampai kurang pangan, apalagi harus ‘impor’,” ujar Anggota DPD RI Dapil Bali Dr. Made Mangku Pastika,M.M. saat melakukan panen cabai di lahan ALC (Agro Learning Center) kawasan Cekomaria Denpasar, Jumat (27/1).
Dalam kunjungan lapangan yang mengangkat tema “Optimalisasi Lahan Perkotaan Melalui Urban Farming” tersebut Mangku Pastika didampingi Tim Ahli Nyoman Baskara, Ketut Ngastawa dan Nyoman Wiratmaja. Juga turut melakukan panen sejumlah ibu-ibu dan mahasiswa yang selama ini tekun di bidang pertanian.
Panen cabai yang ditanam di ALC terbilang sangat bagus meski di tengah musim hujan. Menurut Pengelola Yayasan Tamiang Bali yang juga founder ALC Nyoman Baskara,M.M. dengan pemilihan bibit yang bagus disertai perawatan intensif, cabai dapat berproduksi tinggi. “Dengan sekitar 500 tanaman dan masa panen lima kali hasilnya kita prediksi bisa sampai satu ton,” jelas Baskara. Selain tanaman sayuran, di lahan ALC juga dikembangkan budidaya ikan lele dengan sistem bioflok yang ditumpang sari dengan sawi hijau.
Menurut Mangku Pastika, pengalaman Covid-19 yang menyebabkan ekonomi Bali terpuruk jangan sampai (terus) terulang dan harus dijadikan pelajaran untuk ekonomi Bali.
“Tidak masalah kalau kita kembangkan pariwisata sepanjang itu bisa ‘dijual’ dan bagus untuk perekonomian rakyat. Persoalannya ketika pariwisata terganggu dan jatuh seperti saat covid. Nah ini yang harus jadi pemikiran dan perhatian,” ujar Gubernur Bali 2008-2018 ini.
Menurut Mangku Pastika, selain pariwisata, Bali sebenarnya punya andalan ekonomi yakni di bidang pertanian termasuk pangan. Sektor ini bisa jadi alternatif atau dikembangkan bersama-sama untuk saling mendukung. Sebab pariwisata butuh dukungan hasil pertanian. “Kita juga dalam keseharian perlu pangan agar bisa hidup. Karena itu pangan ini bisa dikembangkan baik dalam skala kecil (lahan pekarangan dan rumah tangga) selain lahan yang lebih luas,” ujarnya.
“Di kota yang lahannya sempit kita bisa bertani, asal tahu teknik dan caranya. Dan terbukti bisa berhasil. Di ALC ini hanya beberapa meter persegi bisa tanam cabai yang bagus hasilnya. Juga bisa tanam dalam polybag yang hasilnya tak beda jauh,” tambah Mangku Pastika saraya mencontohkan di sebuah desa ada warga yang hanya menanam beberapa pohon limau (jeruk sambal) hasilnya bisa untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari.
Di sisi lain, penggagas Program Simantri (Sistem Pertanian Terintegrasi) ini memuji pengembangan cabai ALC yang tidak saja menguntungkan secara ekonomi juga bisa turut menjaga stabilitas harga sekaligus mengendalikan inflasi. Sebab harga cabai belakangan ini cukup tinggi. “Masak gak bisa tanam 2 pohon cabe. Saya di rumah punya 4 pohon gak habis-habis,” ujarnya. (bas)