Panitia HUT Sangha Theravada Indonesia Serahkan Bantuan ke Panti Asuhan Bina Ekklesia
(Baliekbis.com), Panitia HUT ke-40 Sangha Theravada Indonesia melakukan kunjungan ke Panti Asuhan Bina Ekklesia di Jalan Tukad Pakerisan Panjer, Kamis (29/12/2016). Dalam kunjungan tersebut diserahkan bantuan makanan berupa beras, mi, susu dan makanan ringan. Ketua Panitia HUT ke-40 Sangha Theravada Indonesia Sudiarta Indrajaya (Sin) mengaku bangga dan berbahagia bisa bersama dan berkumpul dengan anak-anak panti asuhan tersebut. Sudiarta mengatakan anak-anak merasa beruntung karena ada orang tua dan pendeta yang menyayangi dan mengasihi serta mengasuh mereka. Di panti anak-anak tersebut selain mendapat pendidikan juga bisa jalan-jalan dan tinggal di tempat yang cukup bagus. ”Di sini mereka punya teman banyak yang bisa membuat anak-anak merasa bahagia dan betah,” ujar Sin. Sudiarta berharap anak-anak tersebut rajin belajar dan bisa menjadi anak yang baik agar berguna di masa mendatang. Dikatakan bantuan yang diberikan merupakan kelanjutan dari HUT ke-40 Sangha Theravada Indonesia. Sesuai anjuran para bikhu, bantuan yang diterima para bikhu bisa dibagikan kepada panti asuhan yang memerlukan. ”Para bikhu menerima persembahan cukup banyak. Padahal para bikhu hanya membutuhkan sedikit. Oleh karena itu persembahan tersebut diminta agar disampaikan kepada yang memerlukan seperti pantia asuhan ini,”ujar Sudiarta.
Ia berharap anak-anak bisa tumbuh menjadi putra-putri terbaik bangsa. Dikatakan orang bisa hebat karena berbagai faktor di antaranya kemauan dan keadaan. Orang karena keadaan orang bisa hebat. Dan karena kemauan yang kuat orang bisa maju. ”Jadi keadaan dan kemauan itu yang banyak bikin berhasil. Banyak mereka dari yang sederhana bisa jadi orang besar,” ujar Sudiarta seraya menambahkan bantuan serupa juga akan diserahkan kepada panti asuhan lain yang memerlukan.
Sementara Ketut Syon dari panti asuhan Bina Ekklesia mengatakan dia bersama suaminya Pendeta Sitorus merintis panti asuhan tersebut pada 21 April 2005. Saat ini panti mengasuh 33 anak dari usia 5 tahun hingga usia kuliah. Kebanyakan mereka dari Sumba. Ada yang anak yatim, piatu dan anak yang punya orang tua tapi harus dibantu terutama pendidikannya. Ditambahkan panti asuhan selama ini mendapat bantuan dari donatur dan pengurus yayasan serta teman-teman gereja. Kendala yang dihadapi umumnya pada bahasa, latar belakangn pendidikan serta karakter. ”Mereka disini semua sekolah. Kami hanya menampung anak-anak yang mau sekolah,” jelasnya. Ia akui fasilitas gedung memang masih kurang. ”Satu ruang bisa diisi enam orang,” tambahnya. Sejauh ini diakui belum ada bantuan dari pemerintah. (bas)