Pejuang Masa Kini: Kisah Seorang Perawat untuk Bantu Lawan Corona
(Baliekbis.com), Apa yang kita inginkan terkadang belum tentu menjadi keputusan terbaik bagi kita. Hal tersebut tercermin dalam kehidupan Anggriani, perempuan asal Medan yang kini berprofesi sebagai perawat. Ingin mencari profesi yang dekat dengan masyarakat, Anggi bercita-cita menjadi dokter. Namun nyatanya, perjalanan wanita yang akrab disapa Anggi ini mengarahkannya untuk menjadi perawat.Apa yang kita inginkan terkadang belum tentu menjadi keputusan terbaik bagi kita. Hal tersebut tercermin dalam kehidupan Anggriani, perempuan asal Medan yang kini berprofesi sebagai perawat. Ingin mencari profesi yang dekat dengan masyarakat, Anggi bercita-cita menjadi dokter. Namun nyatanya, perjalanan wanita yang akrab disapa Anggi ini mengarahkannya untuk menjadi perawat.
“Aku emang suka ketemu orang dan punya passion untuk memberikan pelayanan. Banyak hal yang aku coba mulai jadi dokter, pendeta, sampe guru, hingga akhirnya saat ini aku aktif sebagai perawat. Aku nggak pernah berpikir akan jadi perawat sebelumnya. Setelah menjalaninya, aku bersyukur karena aku bisa lebih dekat dan berhadapan langsung melayani pasien.”
Berperan sebagai perawat tentu memiliki tantangan tersendiri, terlebih dengan penyebaran virus corona (COVID-19) saat ini di mana perawat menjadi salah satu pejuang di garis terdepan yang merawat para pasien. Anggi menceritakan pengalamannya saat berhadapan dengan pasien COVID-19 yang terjadi tak lama setelah kasus pertama di Jakarta dikonfirmasi.
“Awalnya ada dokter rumah sakit kami yang memiliki keluhan kurang enak badan. Kami memberikan perawatan seperti biasa. Lima hari kemudian, pak dokter dijemput ambulans karena keluhan sesak nafas. Setelah ditelusuri, ternyata pak dokter baru saja melakukan perjalanan ke beberapa negara. Berhubung kami belum memiliki alat pendeteksi, hasil tes harus dikirimkan ke Jakarta yang hasilnya keluar sekitar 3-5 hari. Entah gejala psikosomatis, aku jadi demam dan batuk.”
Berpikir dipicu gejala psikosomatis, gejala yang muncul saat stres sehingga memengaruhi kondisi fisik, Anggi mengaku kondisi tubuhnya kian memburuk. Demi berjaga-jaga dan mengamankan kondisi yang lainnya terutama pasien, Anggi diliburkan agar dapat beristirahat di rumah karena gejala batuk dan demam selama 14 hari. Saat tahap pemulihan diri, Anggi mendapat kabar bahwa sang dokter meninggal dunia, beberapa jam sebelum hasil tes keluar yang menyatakan sang dokter positif COVID-19.
“Mendengar kabar duka tentang pak dokter, aku dan rekan lainnya terkejut. Kami semua sedih dan menangis bersama. Semenjak itu, karena aku yang tinggal sendiri, aku lebih berhati-hati saat merawat diriku sendiri di masa karantina. Aku banyak mencari referensi dan melakukan segala anjuran untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Selain untuk kesembuhanku, aku berpikir jika aku semakin cepat membaik, maka aku bisa semakin cepat membantu para pasien.”
Bekerja sebagai perawat pada akhirnya menjadi satu-satunya hal yang ditekuni oleh Anggi sampai akhirnya Anggi menemukan Likee, sebuah platform pembuatan video pendek, yang berhasil membuatnya menjadi influencer yang menghasilkan. Menjadi influencer tentu tak pernah terbayang oleh Anggi mengingat ia sebelumnya tidak pernah memiliki akun media sosial sebelum bertemu dengan Likee. Perjalanan sebagai influencer nyatanya bermula dari acara gathering di rumah sakit yang mengharuskan Anggi untuk mengedit video sebagai kebutuhan acara.
“Sebenarnya aku itu bisa dibilang gaptek karena memang nggak familiar dan nggak pakai media sosial. Sebagai orang yang bekerja di rumah sakit, aku cuma fokus sama pekerjaanku sebagai perawat. Menjelang acara gathering, aku mencari aplikasi edit video dan menemukan Likee. Setelah melihat ulasan dan fiturnya, aku unduh aplikasinya dan melihat kalo Likee ternyata bukan sekedar aplikasi edit video tetapi juga media sosial. Trus aku penasaran dan coba-coba deh.”
Sebagai orang yang merasa dirinya gaptek, Anggi mampu menggunakan aplikasi Likee dengan baik karena merasa pemakaiannya mudah. Berbekal rasa ingin tahu, Anggi tidak hanya mengedit video tetapi juga mengunggah video dirinya dan berinteraksi dengan pengguna lain melalui akun miliknya yaitu @laguku. Memiliki kemampuan bermusik, Anggi membuat video pertamanya saat bernyanyi dan bermain gitar. Tidak disangka, ternyata Anggi mendapat antusiasme yang besar di mana ia langsung mendapatkan pemasukan dari Likee. Akhirnya, Anggi melanjutkan profesinya sebagai influencer Likee di sela-sela kesibukannya sebagai perawat.
Menjadi influencer tentu tidak melupakan passion-nya untuk melayani masyarakat luas. Seakan tidak pernah kehabisan ide, Anggi menjadi sosok pejuang masa kini dengan banyak membuat video Likee yang menyuarakan pesan kebaikan tentang kesehatan. Inisiatif tersebut dimulai sejak penyebaran COVID-19 di Indonesia. Anggi membagikan berbagai tips seperti bagaimana virus menyebar dan tips pencegahannya. Tidak hanya tentang COVID-19, Anggi juga berbagi tips kesehatan lain untuk mencegah gigi tidak berlubang, menjaga daya tahan tubuh, dan tips bermanfaat lainnya.
“Banyak hal baru yang aku dapatkan setelah aku aktif di Likee. Selain aku bisa menghilangkan stres, aku banyak ketemu teman baru dan akrab dengan influencer lainnya. Nggak pernah nyangka bisa dekat sama orang-orang yang biasanya cuma bisa aku amati dari jauh aja, dan bahkan ketemu orang yang mengenaliku sebagai influencer. Aku juga bersyukur karena Likee menyadarkanku kalau ternyata aku bisa ya memberikan manfaat buat banyak orang. Nggak semata-mata bikin video heboh untuk senang-senang tapi aku bisa juga share video mendidik tentang ilmu kesehatan.”
Selalu ingin memberikan kebaikan kepada orang lain, Anggi senantiasa berusaha untuk melakukan hal-hal baik selama ia mampu. Hal tersebut terlihat dalam keseharian Anggi sebagai perawat maupun influencer Likee.
“Aku senang dengan kehidupanku sebagai perawat karena aku bisa secara langsung membantu pasien. Sedangkan di Likee berbeda, karena aku bisa menjangkau lebih banyak orang. Aku sadari bahwa Likee adalah tempat untuk berbagi hal positif di mana aku juga belajar banyak. Saat ini penggunanya didominasi oleh remaja. Oleh karena itu, aku merasa bertanggung jawab untuk memberikan informasi yang benar supaya aku nggak menjerumuskan pengguna lain. Aku harap pengguna lain juga dapat melakukan hal yang sama.”
Likee bertujuan untuk memudahkan semua orang dalam membuat video dan membagikan pesan positif terhadap satu sama lain. Menyadari kondisi saat ini yang terjadi akibat COVID-19, Likee meluncurkan kampanye bertemakan Cloud Economy untuk mendorong pengguna agar beralih melakukan kegiatan daring atau online agar mereka dapat melanjutkan profesinya masing-masing melalui berbagai kegiatan online. Tidak hanya kampanye, Likee juga menyediakan dasbor khusus ‘Lawan Virus Corona’ yang menyediakan data terbaru dan terpercaya terkait pandemi bersumber dari World Health Organization (WHO). Di dalamnya terdapat data jumlah kasus baru, total kasus, pasien sembuh, dan pasien meninggal. Dasbor juga menampilkan cuplikan berita-berita terbaru terkait pandemi, Dos & Don’ts untuk mencegah COVID-19 dalam format video pendek yang dibuat oleh Likers, dan kumpulan berita hoax tentang COVID-19, sebagai upaya untuk memberantas berita-berita palsu. (ist)