Peluang Seni Grafis di Tengah Keterbatasan
(Baliekbis.com), Seturut Pameran Pemenang II Kompetisi Internasional Trienal Seni Grafis V 2015, yang pembukaannya telah berlangsung Jumat (12/01), diselenggarakan pula workshop dan diskusi seni grafis. Acara yang berlangsung di Bentara Budaya Bali (BBB), Jl. Prof. Ida Bagus Mantra No.88A, bypass Ketewel, Gianyar, Sabtu (13/01) menyoal dinamika seni grafis, terkhusus tentang seni grafis di Indonesia dan Bali, seraya menyongsong penyelenggaraan Trienal Seni Grafis Bentara Budaya berikutnya.
Secara khusus, perupa dan akademisi Kun Adnyana, yang tampil sebagai narasumber, mengetengahkan pula bagaimana sesungguhnya seni grafis, dan Kompetisi Trienal Grafis yang diperjuangkan Bentara Budaya, berpeluang menjadi bentuk ekspresi yang universal untuk seni kontemporer. “Seni grafis dapat tetap eksis karena ia bisa menjelajah ekspresi tematik yang luar biasa. Sebagai contoh karya-karya Puritip Suriyapataripun ini yang hadir dengan bahasa metaforik dan konsep-konsep yang sangat kuat dalam karya grafisnya,” tutur Kun Adnyana. Sementara Susanta Dwitanaya, mengungkapkan bahwa salam 5 tahun terakhir, banyak mahasiswa Undiksha yang tertarik dalam seni grafis, terutama teknik cukil kayu. Hingga lahirlah Komunitas Studio Grafis Undiksha, di mana sebagai pinisepuhnya yakni Hardiman, kurator dan akademisi yang memang dikenal getol menggaungkan seni grafis di Bali Utara.
Menurut Susanta, dalam proses kreatifnya, para seniman Komunitas Studio Grafis Undiksha seringkali didorong oleh keterbatasan alat dan bahan yang sulit dicari. “Jadi kita harus mensiasati hal itu untuk menghasilkan kreatifitas baru. Apalagi Bali mempunyai cikal bakal pegrafis-pegrafis muda. Jadi tinggal seniman dan kurator yang mengembangkan acara-acara seni grafis itu sendiri,” ujar Susanta yang juga alumnus Seni Rupa Undiksha.
Proses kreatif para pegrafis Komunitas Studio Grafis Undiksha ini dibagikan pula kepada hadirin pada sesi workshop. Workshop seni grafis yang dipandu Pande Darmayana dan Susanta Dwitanaya mengajak peserta menyelami teknik grafis transfer image. Transfer image merupakan sebuah teknik penyalinan gambar atau objek tertentu ke acuan cetak. Teknik transfer image ini dapat mempermudah atau pun mempercepat proses penyalinan objek ke acuan cetak, terutama jika ingin mencetak objek-objek yang membutuhkan tingkat presisi yang tinggi, misalnya jika kita ingin menyalin foto yang realistik ke dalam acuan cetak untuk diproses lebih jauh, atau pada saat ingin membuat acuan cetak dengan menggunakan teknik cukil (cetak tinggi).
Puritip Suriyapatarapun, seniman kelahiran Bangkok, 2 Mei 1992, merupakan Pemenang II Kompetisi Internasional Trienal Seni Grafis V 2015 yang diselenggarakan oleh Bentara Budaya, dengan judul karya Our Whole Life Searching. Merujuk tajuk “Boundary of Freedom”, pada pamerannya kali ini Puritip menggunakan eksplorasi teknik litografi pada 36 karya terpilihnya. Dalam pameran ini, Puritip Suriyapatarapun mengangkat isu kemerdekaan yang dianggapnya hanya hidup dalam cangkang dan ilusi. Ciri khas dalam karya Puritip ini juga digambarkan dengan representasi wajah dan bendera Thailand sebagai identitasnya. Kebanyakan karyanya dituangkan dalam objek-objek sehari-hari yang disentuh dengan ide-ide imajinatifnya sebagai sebuah ajakan untuk merenung lebih jauh.
Sedini tahun 2012 Puritip telah aktif berpameran. Beberapa pameran terkininya antara lain pameran International Print Triennale – Cieszyn, Polandia (2017), Guanlan International Print Biennale China (2017), Ural Print Triennale International Exhibition, Russia (2017), dll. Ia juga telah meraih sejumlah penghargaan, di antaranya Grand Prize Young Thai Artis Award 2014, Award Winner 27th TOSHIBA “Brings Good Things to Life” Art Competition, Bangkok (2015), “Silpa Bhirasri” Silver Medal Award dalam Pameran Seni Kontemporer ke-33 di Bangkok, Thailand 2016, dll. Pameran tunggal Puritip Suriyapataripun bertajuk “Boundary of Freedom” masih akan berlangsung hingga 21 Januari 2018, buka setiap hari pukul 10.00– 8.00 WITA. Pembukaan eksbisi ini, Jumat (12/01), dimaknai pula pertunjukan musik oleh Antrabez dan Orkees Keroncong Made In Tjrong Bali.
Pada kesempatan itu, Kun Adnyana, yang membacakan sambutan pembukaan mewakili Rektor ISI Denpasar, juga menyampaikan bahwa pameran seni grafis ini merupakan momentum untuk menelisik seni grafis dalam ruang publik sekaligus dapat membuka kesempatan yang sangat luas bagi publik seni rupa untuk berpartisipasi dalam Kompetisi Trienal Seni Grafis VI yang akan datang.
“Keterwakilan Bali menekuni dunia seni grafis masih dibilang sangat minim. Saat ini hanya ada penggraris dari Undiksha Singaraja. Jadi hal ini sangat menarik dan membangun pengeksplorasian teknik-teknik seni grafis konvensional untuk dapat tertantang menjadi bagian dari konstelasi ekspresi seni kontemporer” ungkap Kun. Pameran yang dihadiri oleh seniman, budaya, rekan media dan mahasiswa ini memberi suatu gambaran dan pengetahuan baru tentang seni grafis yang dapat ditelisik lebih mendalam. Hal tersebut juga diungkapkan oleh seniman sekaligus kurator seni rupa, Susanta Dwitanaya.“Pameran seni grafis kali ini sangat menarik terutama dari segi tekniknya. Teknik litograf sendiri belum terlalu banyak dikenal khususnya di Bali. Pameran ini juga memberikan suatu nuansa yang baru di mana penggrafis dan seniman di Bali dapat melihat estetik teknik litograf itu secara langsung,” ungkap Susanta yang ditemui usai pembukaan pameran. (ist)