Pembukaan PKB ke-39 Tampilkan Potensi Lokal
(Baliekbis.com), Duta kesenian Kota Denpasar tampil memukau dalam Pawai Pembukaan Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-39 di Areal Monumen Perjuangan Rakyat Bali Bajra Sandi Renon Sabtu (10/6). PKB ke 39 dibuka secara resmi oleh Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Tjahjo Kumolo. Selain undangan dari pusat dan tokoh-tokoh seni Bali, tampak hadir Wakil Walikota I.G.N Jaya Negara didampingi Ny. Antari Jaya Negara serta sejumlah pimpinan Daerah Se Provinsi Bali.
Duta seni Kota Denpasar dalam garapannya mengambil tema Revitalisasi Segara (laut). Dimana pementasan ini bermakna menjaga kelestarian laut berserta isinya. Duta Kota Denpasar yang diperkuat 550 seniman mengawali penampilannya dengan membawa Lambang Daerah Kota Denpasar, Uparengga atau hiasan disusul barisan teruna teruni berbusana endek khas Kota Denpasar yang diiringi gambelan “Gong Suling”. Selanjutnya disusul Tari Baris khas Kota Denpasar, gebogan kreasi janur, dirangkaikan dengan bunga dan buah lokal yang diusung ibu – ibu PKK diiringi musik Semara Pegulingan. Pada bagian pertengahan ditampilkan tiga karya seni unggulan yakni Tari Tenggek, Tari Gambuh dan mejangeran serta tradisi Omed-omedan yqng merupakan tradisi asli Desa Sesetan.
Tari Omed-omedan mengisahkan “Sang Penguasa” di Desa Sesetan menderita sakit. Suatu ketika beliau mendengar teriakan (suryak) di Jaba Puri dan ada yang berpelukan. Melihat fenomena seperti itu, tiba tiba kesehatan sang raja berangsur angsur sembuh seperti sedia kala. Karena merasa sudah sembuh dengan melihat kejadian tersebut maka raja meminta kepada para muda mudi untuk melanjutkan kegiatan bergurau, saling tarik atau saling omed dan berpelukan secara terus menerus atau berkelanjutan yang hingga kini disebut tradisi Omed-omedan. Sebagai musik pengiring “Semara Dahana” artinya tebakannya api asmara.
Pada bagian akhir dipentaskan karya seni inovasi “Pura Sakenan” dalam perspektif Samudra Krtih dan Wisata Bahari. Konsep cerita terdiri dari tiga zaman yaitu zaman pemerintahan Prabhu Udayana didampingi pendeta istana Dharmadhyaksa “Mpu Kuturan”, pada zaman Dalem Waturenggong didampingi pendeta istana (Dharmadhyaksa) Dang Hyang Nirartha dan masa pada kekinian yang dipimpin Walikota IB Rai Dharmawijaya Mantra dan Wakil Walikota IGN Jayanegara.
Pura Sakenan telah berdiri sejak masa kepemimpinan raja Udayana sekitar abad 11 Masehi ketika pemerintah Prabhu Udayana, Mpu Kuturan diangkat sebagai pendeta istana (Dharmadhyaksa). Mpu Kuturan dikenal menghargai adanya perbedaan agama dan budaya (multi culture) dan terbukti bahwa beliau berhasil menyatukan sekte sekte di Bali dengan keyakinan yang berbeda. Hal ini tampak di Pura Sakenan bahwa di ujung utara Pulau Serangan terdapat Dusun Bugis dengan kebudayaan Islam. Tradisi menghargai perbedaan agama dan budaya berlanjut terus sampai abad 16 M, zaman Dalem Waturenggong dan ketika itu menjadi pendeta istana adalah Dang Hyang Niratha.
Sementara pada masa kekinian, Kota Denpasar dibawah kepemimpinan Walikota I.B Rai Dharmawijaya Mantra dan Wakil Walikota I.G.N Jayanegara tetap menjaga tradisi multi culture dimana semua agama hidup berdampingan secara damai. Pengembangan daya tarik wisata bahari di Kota Denpasar tidak hanya di pusatkan di wilayah Sanur. Tetapi wilayah Serangan juga dikembangkan. Berbagai daya tarik wisata dengan memberdayakan laut seperti, penangkaran penyu, banana boat, parasailing, diving, water sport dan lain sebagainya juga dikembangkan dan menjadikan daya tari wisata. Selain itu ditampilkan juga karya inovatif sang kreator muda “Dadong Rerod” yang bernilai magis, historis dan alami.
Plt Kadis Kebudayaan Kota Denpasar Ni Nyoman Sujati mengatakan, garapan Duta seni Kota Denpasar pada pawai pembukaan PKB ke-39 ini dibawakan seniman dan sekaa kesenian Desa Pakraman Penatih dan Desa Sesetan . ”Seluruh garapan ini dibina oleh beberapa seniman diantaranya Ketut Suandita dan I Gede Arsana di bawah koordinasi Dinas Kebudayaan Kota Denpasar,” ujarnya. (Ayu)