Penerapan “Tipping Fee”, Solusi Atasi Masalah Sampah

(Baliekbis.com), Sampah sampai saat ini masih belum bisa terselesaikan. Padahal negara tetangga Singapura yang luas wilayahnya lebih kecil dari Bali dengan penduduknya yang lebih besar bisa menyelesaikan masalah sampah ini. Ada sejumlah tantangan yang dihadapi dalam penanganan sampah yang volumenya semakin banyak.

Menurut Anggota DPD RI dapil Bali Dr. Made Mangku Pastika,M.M. volume sampah yang terus meningkat perlu segera diatasi. Selain melibatkan masyarakat dan pemerintah, perlu ada terobosan dengan memanfaatkan teknologi. Meski hal ini memerlukan investasi tinggi, namun bisa dilakukan dengan menerapkan tipping fee. “Dari sini bisa ada pendapatan untuk pengadaan teknologinya,” jelas Gubernur Bali 2008-2018 ini dalam Reses, Selasa (23/7) di Kantor DPD RI Perwakilan Bali, Renon Denpasar.

Reses yang mengangkat Tema “Problematika Sampah: Tantangan dan Solusinya” dipandu Tim Ahli Nyoman Baskara, Ketut Ngastawa dan Nyoman Wiratmaja menghadirkan narasumber UPTD Pengelolaan Sampah Dinas Kehutanan dan Lingkungan Hidup (DKLP) Provinsi Bali, Dinas KLH Kab. Badung, Dinas KLH Kota Denpasar dan Pemerhati Lingkungan.

Mangku Pastika menegaskan soal sampah ini yang penting implementasinya. Jangan banyak teori dan ilusi. “Filosopi kita soal sampah dan lingkungan sangat bagus, tapi implementasinya minim. Singapura yang luasnya 1/7 Bali dengan penduduk 5 juta serta 30 juta wisman, bisa mengatasi sampah,” ujarnya. Karena itu ke depan dalam menyelesaikan berbagai masalah yang dihadapi mesti diinformasikan kepada masyarakat secara terbuka. Sehingga tidak ada saling menyalahkan.

Sementara itu Kepala UPTD Pengelolaan Sampah Dinas Kehutanan dan Lingkungan Hidup (DKLP) Provinsi Bali Dr. Ir. Ni Made Armadi,S.P. mengatakan cukup banyak hambatan yang dihadapi dalam penanggulangan sampah saat ini, di antaranya peran masyarakat yang masih apatis, sanksi lemah dan aturan belum berjalan dengan baik.

“Sering terjadi overlapping antara regulator dan operator serta kewenangan saling lempar. Juga kurangnya sarana dan prasarana dan pembiayaan,” jelas Armadi.

Akibat berbagai kendala tersebut menyebabkan volume sampah yang ke TPS terus meningkat. “Yang paling banyak sampah domestik berupa sampah organik, sampah sisa makanan dan sampah bekas upakara,” tambahnya.

Hal senada disampaikan Made Suana dari Dinas KLH Badung. Menurutnya tantangan penanggulangan sampah selain karena lemahnya tanggung jawab pengelolaan TPS 3R, bank sampah juga akibat meningkatnya sampah per kapita. “Teknologi juga belum stabil, komposisi sampah organik yang mencapai 70 persen serta pembiayaan,” ujarnya. Berbagai upaya sudah dilakukan untuk penanganan sampah ini. Bahkan Badung tengah merencanakan membangun TPS 3R di Kuta dan Tuban yang merupakan kawasan wisata.

Ketut Adi Wiguna dari Dinas KLH Kota Denpasar mengatakan volume sampah ke TPA Suwung cukup tinggi mencapai 980 ton/hari. 70 persennya organik.

Masalah dalam pengolaan sampah masih terkendala
kurangnya peran serta masyarakat dalam pemilahan dan pengolahan sampah, kurang optimalnya pengelolaan swakelola sampah secara mandiri dan belum optimalnya operasional TPST. (bas)