Peringatan Hari Santri, Eko Budi Cahyono: Pemerintah Daerah agar Peduli Keberadaan Santri
(Baliekbis.com), Puncak peringatan Hari Santri Nasional pada Senin 22 Oktober 2018 disambut suka cita oleh para santri di Bali khususnya di Kota Denpasar. Belasan ribu santri tumpah ruah berkumpul di Lapangan Niti Mandala Renon, Denpasar Senin (23/10) sore mengikuti Kirab.
Salah satu tokoh Nahdhatul Ulama (NU) Bali H.M. Eko Budi Cahyono, S.E.,M.M.,M.H. di sela-sela perayaan itu berharap pemerintah daerah di Bali lebih memperhatikan keberadaan pendidikan santri dan pondok pesantren yang ada di Bali khususnya juga di Kota Denpasar. “Jangan ada perbedaan dengan di daerah lain.
“Tidak ada bedanya keberadaan santri di Bali dan daerah lainnya. Santri di Bali harus diperhatikan juga,” tegas Haji Eko. Ia berharap pemerintah daerah juga menganggarkan untuk pendidikan santri ini. Harus disesuaikan dimana ada santri dan pesantren juga agar mendapatkan anggaran tersebut. “Santri adalah salah satu tulang punggung pendidikan bangsa ini. Jadi dimanapun berada santri harus mendapatkan perhatian dari sisi anggaran pendidikannya,” imbuhnya.
Diharapkan juga dengan peringatan Hari Santri Nasional ini tidak ada lagi dikotomi atau perbedaan antara pendidikan formal dan pendidikan non formal berbasis keagamaan. “Lembaga pendidikan formal yang di bawah Kementerian Pendidikan dan lembaga pendidikan non formal keagamaan seperti pesantren yang di bawah Kementerian Agama posisinya sama,” tegas Haji Eko.
Terkait adanya kucuran anggaran 20 persen untuk pendidikan secara umum dari pemerintah, Haji Eko menganggap jumlah itu belum cukup. Pasalnya anggaran itu tidak akan bisa fokus. Jangankan untuk pendidikan formal, apalagi ditambah pendidikan non formal. “Masih jauh kurangnya,” imbuhnya.
Maka melalui Hari Santri ini pihaknya juga ingin mengetuk hati pemerintah agar anggaran pendidikan bisa ditingkatkan. Tujuannya bisa menjangkau bukan saja pendidikan formal namun juga pendidikan non formal.
“Banyak pendidikan non formal keagamaan yang belum tersentuh dana pemerintah. Bukan saja pendidikan Islam, tapi juga Hindu, Kristen, juga Budha,” ungkap Haji Eko yang juga ekonom dan pendiri Ekonomi Bali Creatif itu.
Pendidikan non formal yang saat ini tumbuh pesat, menurut Haji Eko bagian dari upaya membangun karakter generasi bangsa. Di bangku pendidikan formal hal itu tidak mereka dapat secara optimal, tapi diisi melalui pendidikan non formal berbasis keagamaan.
“Kami ingin ada keberpihakan pemerintah bagi pendidikan non formal berbasis keagamaan. Jangan sampai diabaikan,” pungkas pria yang pernah mengabdi sebagai Tenaga Ahli Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal itu.
Hal senada disampaikan Ketua Pengurus Cabang Nahdhatul Ulama (PCNU) Kota Denpasar Haji Pujianto. Pihaknya juga berharap ada perhatian khusus kepada para santri yang ada di Kota Denpasar. Khususnya dalam aspek pendidikan. “Kami harapkan para santri di Denpasar bisa mendapatkan beasiswa dari pemerintah,” harap Haji Pujianto.
Aspek pemberdayan ekonomi para santri ini juga diharapkan lebih diperhatikan. “Kami harapkan pemerintah lebih banyak memfasilitasi pelatihan-pelatihan kewirausahaan dan peningkatan skill lainnya. Sehingga ketika santri keluar dari pesantren atau dari seolah bisa bermanfaat bagi dirinya sendiri dan masyarakat,” pungkas Haji Pujianto. (emc)