Perlu Kebijakan Khusus Agar BPR di Bali Bisa Bertahan
(Baliekbis.com), Kondisi BPR (Bank Perkreditan Rakyat) di Bali belakangan ini cukup berat sejak diterpa Covid-19. Untuk itu perlu ada kebijakan khusus agar BPR bisa tetap bertahan dan menjalankan fungsinya. Demikian mengemuka saat
Reses Anggota DPD RI Dr. Made Mangku Pastika,M.M. di Kantor Perbarindo Bali, Selasa (11/10).
Reses yang dihadiri Ketua Perbarindo (Perhimpunan Bank Perkreditan Rakyat Indonesia) Bali Ketut Wiratjana dan jajaran mengangkat tema “Peranan Perbarindo dalam Pemulihan Perekonomian: Tantangan dan Solusinya” dipandu Tim Ahli Nyoman Baskara didampingi Ketut Ngastawa dan Nyoman Wiratmaja.
Ketua Perbarindo Ketut Wiratjana dalam paparannya mengatakan kondisi BPR di Bali cukup berat akibat terdampak pandemi. Dari 133 BPR, total asetnya Rp18 triliun, Dana Pihak Ketiga (DPK) Rp13 triliun lebih dan kredit tersalur Rp12 triliun lebih. “Pertumbuhan aset 4 persen lebih, kreditnya 5 persen dan DPK 4 persen. BPR menyerap 5.800 tenaga kerja,” jelasnya.
Di tengah lesunya perekonomian akibat dampak pandemi, BPR juga menghadapi tantangan dengan adanya aturan yang dikeluarkan. Seperti kebijakan restrukturisasi. Dari 133 BPR, 87 mengalami gagal restrukturisasi sehingga berdampak pada modal (tergerus).
“Relaksasi diperpanjang, tetapi kami harus tetap mengeluarkan operasional, sementara pemegang saham asetnya tidak bisa dicairkan segera.
Relaksasi bisa saja diperpanjang, tetapi agar disesuaikan mengingat dalam POJK itu nasabah boleh tak bayar sementara BPR tetap harus jalankan operasional.
BPR juga menghadapi tantangan dengan kebijakan LPS (Lembaga Penjamin Simpanan) yang hanya memberikan batas penjaminan maksimal Rp2 miliar. Sementara banyak yang menyimpan dananya hingga puluhan miliar. Akibatnya nasabah besar ini menarik dananya.
Pengurus Perbarindo Ngurah Budiawan menambahkan sebenarnya BPR cukup berkontribusi bagi negara, penyerapan naker, pajak dan kontribusi CSR.
Mendengar kondisi yang disampaikan, Mangku Pastika berharap perlu ada terobosan-terobosan apalagi persaingan antarlembaga keuangan makin ketat. Bank-bank besar juga langsung ke bawah.
Sementara ekonomi masih belum pulih. “Kita sekarang tidak baik-baik saja, meskipun pertumbuhan sudah positif. Pariwisata banyak dinikmati oleh sekelompok orang, rental aja nggak laku karena ditentukan tahunnya. Saya nggak kebayang seperti apa ke depannya,” ujar Mangku Pastika.
Di sisi lain, mantan Gubernur Bali dua periode ini melihat perkembangan pariwisata yang belum banyak bisa digarap pengusaha lokal. “Pengusaha kita hanya dapat yang kecil-kecil. Seperti rent a car minimal tahunnga 2021, jadi yang kita punya gak laku. Juga tenaga kerja. Dalam. Event besar, didatangkan dari luar, bahkan sampai sekuriti dari luar,” papar Mangku Pastika yang sebelumnya sempat berdialog dengan jajaran Kadin Bali. (bas)