Pertanian sebagai Akar Pariwisata Bali, Sejebag Gianyar Bincang Bersama dalam “WISATALK”
(Baliekbis.com), Dalam rangka menumbuhkan kesadaran generasi muda tentang pentingnya “Bertani” untuk menunjang keberlangsungan pariwisata Bali, Semeton Jegeg Bagus Gianyar mengadakan acara “WISATALK”, yaitu kegiatan bincang tentang pariwisata, yang pada kali ini membahas pertanian sebagai akar pariwisata Bali yang bertempat di NAD Coffee and Eatery pada Sabtu (23/09).
Acara ini diikuti oleh Semeton Jegeg Bagus Kab./Kota se-Bali dan Organisasi Kepemudaan di Kab. Gianyar, ungkap I Wayan Gde Mudita Pradhana, S.T. (Ketua Umum Semeton Jegeg Bagus Gianyar).
“WISATALK” perdana ini menghadirkan tiga pembicara, yaitu Dr. Dewa Gede Wiryangga Selangga, S.P., M.Si. (Dosen Pertanian Unud/Praktisi Pertanian), Gede Kamajaya, S. Pd., M.Si. (Dosen Sosiologi Unud/Direktur Sanglah Institute), dan Ida Ayu Indah Yustikarini, SS., M.Hum (Kepala Bidang Pemasaran Pariwisata Dinas Pariwisata Provinsi Bali), serta Pande Komang Indah Triroshanti dan Putu Owen Purusa Arta, S.S. (Jegeg Bagus Gianyar 2023) sebagai moderator.
Gede Kamajaya menyebutkan bahwa banyaknya alih fungsi lahan pertanian yang menjadi perumahan atau laiinya, sehingga tak jarang jika pura Subak tidak ada di tengah sawah lagi. Selain itu, pada masa kini anak muda tidak mau menjadi petani karena penghasilan yang kurang menjanjikan, baik hasil dari pemikirannya ataupun orang tuanya. Lebih lanjut disebutkan bahwa harus ada Grand Mapping yang baik agar anak muda tertarik untuk menjadi petani.
Dewa Gede Wiryangga lebih lanjut menjelaskan bahwa untuk menjadi petani sebenarnya banyak skill yang harus diketahui dan hal itu tidak mudah. Petani yang baik harus mengatahui tentang sistem irigasi, hama, metode penanaman, pupuk dan sebagainya. Sehingga petani tidak seharusnya diremehkan.
Berkaitan dengan pariwisata, Ida Ayu Indah menyebutkan bahwa budaya Bali adalah budaya agraris. Banyak kebudayaan yang menjadi daya tarik wisata tumbuh dari budaya pertanian, seperti contohnya kesenian okokan dan tentekan. Sehingga jika pertanian hilang, budaya agraris juga akan terancam dan secara tidak langsung pariwisata Bali juga terkena imbasnya.
Kegiatan “WISATALK” kali ini dapat menumbuhkan pemikiran anak muda khususnya terkait pertanian sebagai akar pariwisata Bali, bahwa untuk merubah pandangan petani adalah profesi yang dikatakan berpenghasilan kurang menjanjikan harus dibuatkan mapping dan wadah yang tepat khususnya dari pemerintah, agar anak muda yang berkarya dalam bidang pertanian dapat terhimpun dengan baik, sehingga menumbuhkan daya tarik anak muda untuk bertani. Ketika hal tersebut terjadi, akan memunculkan berbagai ide baru, mulai dari pengelolaan pertanian, pengelolaan hasil pertanian, dan industri pasca pertanian, sehingga hal itu juga akan mendukung sektor pariwisata karena akan lebih banyak lagi agrowisata yang tercipta ke depannya. (ist)