Petrokimia Gresik Luncurkan PNK Phonska Plus
(Baliekbis.com), Direktur Pemasaran Petrokimia Gresik Meinu Sadariyo memaparkan, Lembar Data Kwalifikasi (LDK) secara nasional mengungkapkan kebutuhan pupuk untuk petani tanaman pangan sebesar 13,5 juta ton setiap tahunnya. Sedangkan pemerintah hanya dapat menyediakan sesuai dengan Angaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sebesar 9,5 juta ton. Artinya masih ada sekitar 4 juta ton pupuk yang tidak terpenuhi oleh pemerintah untuk memenuhi kebutuhan pupuk di sektor pangan. “Sebanyak 4 juta inilah yang akan kami jadikan pangsa pasar pupuk non subsisi dan harapan kami dengan hadirnya produk baru dari kami PNK Phonska Plus, bisa mengurangi akan kebutuhan pupuk di sektor pangan,” ujarnya saat konferensi pers peluncuran produk PNK Phonska Plus, Kamis lalu.
Meinu menjelaskan bahwa pemberian merk Phonska Plus pada produk baru ini untuk membedakan antara pupuk yang bersubsidi dan yang non subsidi. Keunggulan Phosnka Plus dari segi kandungan NPK, mengandung unsur hara makro lengkap seperti Nitrogen (N), P2O5 atau Fosfat (P) dan Kalium (K2O) dengan kadar masing-masing 15%. Selain itu juga terdapat unsur hara mikro seperti Sulfur(S) 9% dan Zinc sebesar 2.000 part per million (ppm). Penambahan unsur hara mikro Zinc inilah yang membedakan NPK Phonska Plus dengan NPK Phonska bersubsidi biasa. “Kami ingin menawarkan solusi terhadap masalah defisiensi Zinc pada lahan pertanian sekaligus menawarkan pupuk NPK non- subsidi dengan kualitas yang lebih baik namun tetap harga terjangkau,” ungkapnya.
Ia menambahkan, antusiasme terhadap NPK Phonska Plus cukup tinggi, terbukti selama bulan Oktober sampai dengan November 2016, total realisasi permintaan telah mencapai 3.000 ton. Dengan rincian 1.000 ton dari Jawa – Bali dan 2000 ton dari luar Jawa-Bali seperti Sumatera dan Sulawesi. “Hal ini membuat PG memproduksi dan mendistribusikan NPK Phonska plus lebih awal dari jadwal peluncurannya,” lanjutnya. NPK Phonska Plus telah melewati serangkaian uji coba di sejumlah titik seperti di Kediri, Tabanan, Lombok, Jember, dan Boyolali bekerjasama dengan universitas dan Balai Penelitian Tanaman Pertanian (BPTP). Uji coba ini membandingkan penggunaan NPK Phonska Plus(NPKS+Zn) dengan NPK Phonska biasa (NPKS, tanpa Zinc). Uji coba dilakukan dengan perilaku dan dosis pemupukan yang sama pada komoditas padi, yaitu menggunakan formulasi 5:3:2 atau 500 kg pupuk organik Petroganik, 300 kg NPK Phonska Plus, dan 200 kg Urea per hektar sawah.
“Dari hasil uji coba ini, NPK Phonska Plus terbukti mampu meningkatkan panen rata-rata 0,59 ton per hektar gabah kering panen atau 11% lebih besar jika dibandingkan dengan padi yang menggunakan pupuk NPK Phonska biasa tanpa Zinc,” ujar Meinu. Sedangkan pada tanaman jagung, uji coba NPK Phonska Plus dilakukan di Jember, Jawa Timur, mampu meningkatkan hasil panen 8% atau 0,68 ton per hektar lebih besar dibandingkan dengan NPK Phonska (NPKS) biasa tanpa Zinc. Selain uji coba, PG juga melakukan demonstration plot (demplot) padi sebanyak 772 demplot di 95 kabupaten (8 provinsi) selama 2015-2016. Tujuan demplot adalah untuk melihat konsistensi hasil uji aplikasi di lokasi lain dengan kondisi yang lebih beragam. Demplot penggunaan pupuk NPK Phonska Plus (NPKS+Zn) dengan pemupukan kebiasaan petani setempat. “Dari demplot ini kami dapatkan rata-rata peningkatan panen 0,85 ton gabah kering panen per hektar atau naik 13% jika dibanding hasil aplikasi pemupukan petani setempat,” pungkasnya. (ari/ist)